Chapter 379 episode 378 (S2)

Menik masih bengong dengan serangan Kevin.

" Apa yang kamu lakukan disini." Tanya Rudi.

" Eh kamu." Menik gugup dengan wajahnya yang merona malu.

" Kenapa dengan wajah kamu?"

Menik memegang kedua pipinya.

" Memangnya wajahku berubah ya." Tanya Menik polos.

" Pipimu merona. Apa telah terjadi sesuatu kepadamu." Tanya Rudi.

" E-enggak." Ucap Menik gugup.

Pasti kamu akan kena serangan jantung kalau mengetahui aku baru dapat serangan fajar dari pak Kevin

Menik mengalihkan pembicaraan.

" Kamu ngapain disini." Ucap Menik sambil melihat sekelilingnya.

" Kamu lihat apa?" Tanya Rudi.

" Itu aku lihat penjaga pantai. Apa kita ada perlombaan lagi." Tanya Menik.

Rudi mengangkat bahunya. Menik hendak pergi meninggalkan Rudi.

" Nik tunggu." Rudi memegang tangan Menik.

" Ada apa."

" Aku mau minta maaf." Ucap Rudi pelan.

Kevin memperhatikan dari jauh. Dia mulai panas mendidih di dalam lautan.

" Untuk apa." Ucap Menik.

" Gara-gara aku, kamu tenggelam. Seharusnya aku memaksamu untuk memegang pinggangku. Maafkan aku Nik." Ucap Rudi sambil berlutut di depan Menik.

Sialan dia melamar Menik. Aku tidak boleh tinggal diam.

Kevin kembali ketepi pantai meninggalkan Katherene.

" Sudahlah, aku tidak menyalahkan mu, semua kesalahan ada padaku." Menik menarik tangan Rudi untuk berdiri. Mereka berdiri sejajar.

" Terima kasih." Rudi dan Menik berjalan menuju villa.

Kevin berpikir kalau Rudi baru melamar Menik.

" Sialan." Gerutu Kevin sambil berjalan masuk kedalam villa.

Dia melebarkan pandangan ke sekeliling villa, dia mencari keberadaan Menik. Tapi dia tidak menemukan Menik.

" Mungkin dia di kamar." Gumam Kevin sambil berjalan menuju kamar.

Di lorong kamar Ziko berpapasan dengan Kevin.

" Vin, kamu mau ngapain." Tanya Ziko.

" Mau ngulek." Jawab Kevin singkat.

Ziko manggut sambil memegang ponselnya. Sesampainya di depan pintu kamar, dia mengetuk pintu dengan keras.

" Bapak?" Ucap Menik bingung.

" Mana kaleng kerupuk itu." Tanya Kevin dengan raut wajah marah.

" Kaleng kerupuk? Oh ada di atas meja makan." Ucap Menik polos.

Kevin menarik tangan Menik dan melihat apakah ada sesuatu yang melingkar di jari manisnya.

" Mana cincinnya." Tanya Kevin.

" Cincin?" Menik berpikir beberapa saat.

" Cincinnya bukannya sama bapak? Apa cincinnya hilang." Ucap Menik polos.

Kevin tersadar, dia telah melakukan kesalahan dengan berpikir kalau Rudi telah melamar Menik.

" Maaf." Ucap Kevin sambil berlalu meninggalkan Menik.

" Apa bapak cemburu." Tanya Menik.

Kevin membalikkan badannya.

" Tentu saya cemburu, karena rasa itu masih ada."

Kevin mendekati Menik kembali. Dengan sigap Menik langsung menutup mulut dengan telapak tangannya.

" Bapak jangan mendekat." Ucap Menik sambil mundur teratur.

" Kalau saya mendekat akankah kamu menjauh atau malah mendekat." Ucap Kevin sambil membuat Menik berada di pojok dinding.

" Tidak keduanya. Sekarang saya tidak bisa bergerak."

Kevin merentangkan tangannya di dinding. Posisi mereka cukup dekat. Dia menatap lekat wajah Menik yang manis semanis sirup.

" Hey belum halal." Ucap Zira dari depan pintu. Posisi pintu kamar dalam keaadan terbuka, kamar Zira melewati kamar Menik. Dengan seperti itu dia bisa melihat kejadian barusan.

Keduanya menoleh kearah Zira. Menik langsung malu pipinya merona merah. Tidak dengan Kevin, dia menanggapi majikannya dengan santai.

" Nona, jangan jadi nyamuk? Cukup saya yang jadi nyamuk." Ucap Kevin.

" Belum waktunya kamu menikmati itu, buruan lamar Menik keburu di tikung tukang ojek." Ucap Zira.

" Tukang ojek."

" Rudi maksudnya." Ucap Zira singkat.

" Bukan tukang ojek tapi kaleng kerupuk." Ucap Kevin.

Zira dan Kevin tertawa bersamaan. Menik malu untuk ikut tertawa. Kejadian barusan membuatnya masih malu.

" Saya sudah melamarnya, tapi di tolak." Ucap Kevin seperti mengadu kepada ibunya.

" Jadi pria itu harus berkorban pantang menyerah, baru di tolak sekali sudah keok." Ucap Zira lantang sambil meninggalkan keduanya di dalam kamar.

" Sebaiknya bapak buruan keluar dari kamar saya. Nanti kalau ke grebek lagi kita bisa di arak." Ucap Menik khawatir.

" Bagus dong, dengan seperti itu kita bisa menikah cepat."

" Ye bapak di arak di mana dulu." Ucap Menik.

" Memangnya di arak di mana." Tanya Kevin.

" Di laut." Ucap Menik sambil mendorong tubuh Kevin agar keluar dari kamarnya.

Ziko memperhatikan sekelilingnya yang mana semua orang pada mojok dengan lawan jenis. Ada satu pemandangan yang membuatnya kepanasan.

Dia dengan sengaja duduk didepan Zelin dan Koko.

Spontan keduanya pucat pasi.

" Kenapa kalian pucat seperti itu, apa kalian baru melihat hantu." Tanya Ziko.

" Bukan hantu yang kami lihat, tapi bos hantu." Ucap Zelin spontan.

" Tapi bagus juga kalau kalian takut seperti ini." Ziko memperhatikan adiknya yang hanya mengenakan celana pendek.

" Apa bahan celanamu habis." Ucap Ziko dengan sorot mata tajam.

Zelin mengetahui arah sorot mata kakaknya.

" Kak Zira juga kurang bahan." Ucap Zelin membela diri sambil menunjuk kearah Zira.

Ziko mendekati istrinya yang baru berada di depan pintu.

" Kenapa kamu datang dengan mengenakan celana pendek seperti ini. Kita tidak main di pantai lagi." Ucap Ziko berbisik.

" Memangnya kenapa?"

" Aku baru menasehati Zelin untuk tidak mengenakan celana kurang bahan, tapi kamu malah datang dengan celana seperti itu." Gerutu Ziko sambil menunjuk celana pendek istrinya dengan sorot matanya.

" Jadi sekarang aku harus bagaimana." Tanya Zira.

" Kembali ke kamar dan gunakan pakaian yang tertutup." Ucap Ziko.

" Tapi semua pakaian yang aku bawa di atas lutut semua." Rengek Zira.

" Kalau tidak ada pakai saja sprei." Ucap Ziko.

Zira mengikuti kemauan suaminya. Dia kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya. Dan Ziko kembali duduk di depan adiknya beserta Koko.

" Ganti pakaianmu." Ucap Ziko tegas.

Zelin kembali ke kamarnya dengan menghentakkan kakinya.

" Dasar kakak posesif. Tidak senang kalau lihat adiknya bahagia." Gerutu Zelin.

Ziko masih memandang tajam kearah Koko.

Sekertarisnya langsung menundukkan kepalanya.

" Dapur adikku memang besar jadi kamu harus mengingatkan dia untuk menggunakan pakaian yang longgar." Ucap Ziko tegas.

" Dapur? Apa hubungannya dapur dengan pakaian bos." Tanya Koko bingung.

" Ah kamu istilah seperti itu saja tidak tau, pokoknya larang Zelin memakai pakaian seperti itu." Ucap Ziko tegas.

Koko menganggukkan kepalanya. Dan Ziko menoleh cepat kearah pintu. Dia melihat istrinya yang keluar dengan mengenakan pakaian yang tidak lazim. Dia mendekati istrinya.

" Sayang, aku menyuruhmu memakai pakaian yang tertutup, bukan pakaian seperti ini." Ucap Ziko sambil menunjuk pakaian yang di kenakan Zira.

Zira mengenakan pakaian menyelam.

" Ini juga tertutup." Ucap Zira.

" Tapi masih membentuk tubuhmu." Ucap Ziko protes.

" Aku memakai pakaian ini bukan mau nongkrong tapi mau menyelam." Ucap Zira.

" Menyelam? Apa kamu yakin?"

Zira menganggukkan kepalanya.

" Dan kamu harus ikut." Ajak Zira.

" Kalau aku tidak ikut bagaimana." Tanya Ziko lagi.

" Ya terserah kamu saja. Kalau nanti di bawah laut aku jatuh cinta sama mahluk laut kamu jangan marah ya."

Ziko berpikir mahluk laut itu adalah aquaman.

" Tunggu di sini, aku akan ikut denganmu."

Tidak berapa lama Ziko kembali dengan pakaian menyelam dan ada Kevin di sebelahnya.

" Ngapain si Kevin ikut." Tanya Zira.

" Nanti kalau ada ikan hiu, kita kasih si Kevin sama ikan itu." Ucap Ziko asal.

Ketiganya berjalan menuju pantai. Sudah ada Stefani dan Dodi yang menunggu mereka di atas kapal kecil.

" Sayang apa mahluk laut yang kamu maksud tadi aquaman." Tanya Ziko.

" Bukan." Ucap Zira singkat.

" Lalu siapa." Tanya Ziko lagi.

" Spongebob dan kawan-kawannya." Ucap Zira.

" Vote, like dan komen, terimakasih."

ig. anita_rachman83