Chapter 378 episode 377 (S2)

Di luar kamar, Kevin menghubungi orang-orang kepercayaannya untuk membeli alat yang namanya test pack. Semuanya berat untuk mengirimkan malam itu. Dengan alasan malam dan tidak ada kapal yang mau membawa benda itu.

" Bagaimana Vin." Tanya Dokter Diki.

" Alatnya banyak di jual, tapi tidak ada yang mau mengirimkan kesini." Gerutu Kevin.

" Ya sudah, kamu info saja pengiriman paling pagi. Dan kalau bisa pagi sudah sampai." Ucap dokter Diki.

" Tapi kalau tuan muda marah bagaimana?"

" Aku rasa nona Zira bisa mengendalikannya."

Akhirnya mereka beristirahat. Tapi sebelumnya Kevin menghubungi orang-orangnya untuk mengirimkan benda itu secepatnya.

Malam semakin larut suara deru ombak terdengar cukup nyaring di malam hari. Angin yang kencang membuat udara semakin sejuk. Pepohonan bergerak ke kanan dan ke kiri. Riak ombak menari kesana-kemari. Waktu terus berputar meninggalkan rembulan menyambut mentari.

Semua masih terlelap hanya para pelayan dan pengurus villa yang sudah berjibaku dengan pekerjaannya masing-masing.

Tiba-tiba ada suara kebisingan terdengar di halaman villa. Semua yang terlelap langsung beranjak dari tempat tidurnya dan keluar villa.

" Apa itu bising sekali." Ucap Zira sambil beranjak dari tempat tidur dan pergi keluar villa di ikuti oleh Ziko.

Semua sudah berkumpul di luar villa. Ziko dan Zira membelalakkan matanya melihat helikopter ada di depan mereka.

" Untuk apa helikopter ini di sini." Teriak Ziko.

Kevin tidak menjawab pertanyaan bosnya. Sampai mesin helikopter berhenti dan seseorang turun dari helikopter.

" Tuan ini benda yang anda minta." Ucap seorang pria menyerahkan benda kecil kehadapan Ziko.

" Apa ini?" Ziko melihat Kevin dan pria yang ada di depannya.

" Test pack tuan." Ucap pria itu.

" Apa! Benda sekecil ini kamu mengantarkannya dengan helikopter." Ucap Ziko sewot.

" Maaf tuan ini ide pak Kevin." Ucap pria itu.

Ziko melihat asistennya, dari ekspresinya dia minta penjelasan dari Kevin.

" Oh begini tuan, secara tuan membutuhkan alat itu cepat. Maka saya mengusulkan memakai helikopter untuk mengantarkan benda itu. Dan terbukti barangnya cepat sampai." Ucap Kevin membanggakan diri.

" Berapa harga benda ini." Tanya Ziko.

" Lima puluh ribu." Jawab pria itu.

" Apa lima puluh ribu, dan berapa ongkos kirimnya?"

" Lima belas juta tuan." Jawab Kevin.

" Apa! ongkosnya lebih mahal dari benda ini." Gerutu Ziko.

Helikopter telah pergi meninggalkan villa. Ziko masih tidak habis pikir dengan ide asistennya.

" Kenapa tuan melihat saya seperti itu. Memang saya akui kalau saya lebih ganteng dari anda." Ucap Kevin.

" Sialan kamu." Ziko ingin memukul asistennya tapi Kevin keburu kabur.

Ziko memandang benda itu.

" Bagaimana cara pakainya." Tanya Ziko ke dokter Diki.

" Di celupkan ke air seni."

" Ih jorok." Ucap Ziko jijik.

" Celup? Teh kali di celup." Timpal Zira.

Zira mengambil benda itu dari tangan suaminya dan pergi menuju kamar dikuti Ziko dan dokter Diki.

Ziko mengetuk pintu kamar mandi.

" Sayang sudah belum." Ucap Ziko dari balik pintu.

Zira masih mengetes air seninya dengan alat itu. Tidak berapa lama pintu di buka.

" Bagaimana hasilnya." Ucap Ziko penasaran.

Zira menunjukkan benda itu kepada suaminya.

" Apa ini? Aku tidak mengerti." Dia menunjukkan kepada dokter Diki.

" Ko itu garis satu yang artinya negatif." Ucap dokter Diki pelan.

" Bagaimana negatif, kami melakukannya setiap malam. Bahkan satu jam bisa 4 ronde." Ucap Ziko sewot.

" Sstt." Zira menutup mulut suaminya yang suka sembarangan dalam berbicara.

Dokter Diki hanya tersenyum simpul mendengar celotehan Ziko yang asal.

" Sudahlah, mungkin belum saatnya kita di beri anak. Sabar saja, pasti Tuhan akan memberikan anak kepada kita ketika sudah waktunya tiba." Ucap Zira menyemangati suaminya.

" Tapi kalau hanya sabar tidak usaha sama saja bohong."

" Kita kan sudah berusaha, tinggal menunggu dari Sang Pencipta saja."

" Apa aku kurang subur ya." Gumam Ziko pelan.

" Diki bagaimana cara menyuburkan ubi kayu." Tanya Ziko.

" Maaf Ko, aku kurang tahu menahu tentang pertanian, tapi ku rasa untuk menyuburkan ubi kayu bisa dengan pupuk." Ucap dokter Diki.

" Buahahaha." Zira tertawa lebar. Dokter Diki berpikiran kalau ubi kayu yang di maksudnya adalah tanaman.

Mendengar istrinya tertawa Ziko memperbaiki ucapannya. Yang tahu menahu tentang istilah ubi kayu hanya Kevin, dia dan istrinya. Wajar jika dokter itu tidak paham.

" Bukan ubi kayu itu, maksudku junior ku. Bagaimana cara menyuburkannya." Ucap Ziko pelan.

" Oh." Dokter Diki menjelaskan kiat-kiat untuk menyuburkan ubi kayu. Dari makanan yang bergizi sampai rajin berolah raga di jelaskan dokter itu.

Kevin duduk di beranda villa, Katherene mendekatinya.

" Vin, main selancar yuk." Ajak Katherene.

Dari jauh Menik memperhatikan keduanya, yang ngobrol lumayan dekat.

" Apa betul dia masih mencintaiku. Kalau benar kenapa dia terlihat akrab dengan bule itu." Gumam Menik cemburu.

" Tapi ombaknya kurang tinggi." Ucap Kevin.

Dari jauh Kevin memperhatikan Menik yang curi-curi pandang kepadanya.

Kenapa si Menik melihat aku jutek seperti itu. Sepertinya dia cemburu dengan Katherene. Lebih baik aku buat dia tambah cemburu. Aku mau membuktikan apakah dia masih cinta samaku apa tidak.

" Bagaimana kalau kita berenang saja." Ajak Kevin.

" Ayo." Jawab Katherene semangat.

Kevin dan Katherene pergi menuju pantai. Dan Menik mengikuti dengan bersembunyi di balik pohon.

Keduanya sudah mulai berenang. Menik mencak-mencak melihat keakraban keduanya.

" Kalau seandainya aku bisa berenang pasti asik banget. Tapi aku hanya bisa gaya botol." Gumam Menik sendiri.

Dari jauh Menik dapat melihat Katherene tapi dia tidak bisa melihat keberadaan Kevin.

" Kemana perginya pak Kevin." Gumam Menik sambil melebarkan pandangannya kearah lautan.

" Saya disini." Ucap Kevin sambil menepuk pundak Menik.

" Aw, kenapa bapak mengagetkan saya." Menik memegang jantungnya yang berdebar kencang.

" Sudah berapa lama bapak di sini? Bukannya seharusnya bapak di laut." Ucap Menik sambil memperhatikan pakaian Kevin yang basah.

" Apa kamu sedang memata-matai saya"

" E-enggak, saya main petak umpet sama Koko." Ucap Menik gugup.

" Apa kamu berbohong."

" Enggak, ngapain juga mengintai bapak. Kita kan lagi marahan."

" Oh iya, kamu benar tidak seharusnya saya berbicara panjang lebar sama kamu." Ucap Kevin berakting seolah-olah sedang bermusuhan dengan Menik.

Kevin melangkahkan kakinya menuju pantai.

" Dasar pria genit." Teriak Menik.

Kevin memutar badannya dan berjalan mendekati Menik.

" Siapa yang genit?"

" Bapak."

" Kenapa kamu bilang saya genit?"

" Ya karena bapak dengan gampang berduaan dengan wanita lain padahal baru kemaren bilang cinta sama saya.Ops." Menik menutup mulutnya dengan jarinya, dia baru keceplosan dalam berbicara tapi membuat Kevin tersenyum bahagia.

" Apa kamu cemburu."

" Enggak, ngapain harus cemburu dengan dia. Rambut seperti kesiram kuah sate begitu di cemburui." Ceplos Menik.

" Maksud kamu apa?"

" Itu loh warna rambutnya seperti kesiram kuah sate."

Kevin lucu melihat Menik nyerocos karena cemburu.

" Tapi dia seksi loh." Ucap Kevin memanasi Menik.

" Dasar pria hidung zebra." Ucap Menik.

" Zebra?"

" Hidung belang maksudnya." Ucap Menik yang masih saja nyerocos.

Kevin mendekati Menik yang sibuk dengan mulutnya yang bawel.

Cup

" Jangan bawel." Ucap Kevin mengecup bibir Menik.

Menik membulatkan matanya karena mendapatkan serangan fajar dari Kevin. Dan Kevin kembali ke pantai dengan penuh kemenangan.

" Like, komen dan boom vote ya, Terimakasih"

ig.anita_rachman83