Chapter 377 episode 376 (S2)

Ziko menghubungi nomor dokter Diki.

" Ya ko, ada apa." Tanya dokter Diki.

" Datang ke kamarku." Kemudian panggilan terputus.

Ziko menutupi tubuh istrinya dengan selimut tebal.

" Aku bukan demam." Gerutu Zira.

" Yang bilang kamu demam siapa?"

" Ini buktinya." Zira menunjukkan selimut tebal yang berada di atas tubuhnya.

Tidak berapa lama pintu di ketuk.

Tok tok tok, Ziko berlari membuka pintu kamarnya.

" Masuk."

Dokter Diki masuk ke kamar.

" Ada apa?"

" Istriku hamil." Ucap Ziko.

" Bukan dok." Timpal Zira.

" Sstt diam, kamu baring saja di kasur. Jangan banyak bergerak." Ucap Ziko sambil menunjuk kearah Zira denagan isyarat tidak boleh bergerak.

" Apa kamu yakin Ko." Tanya dokter Diki.

" Kamu tidak percaya denganku." Ucap Ziko sewot.

Dokter Diki memandang Ziko heran. Dia berpikir yang jadi dokter dirinya apa Ziko.

" Biar lebih jelas, periksa istriku." Perintah Ziko.

" Tapi aku tidak bisa memeriksanya." Ucap Dokter Diki pelan.

" Kenapa kamu tidak bisa memeriksanya, bukannya kamu seorang dokter."

" Ya Ko, aku memang seorang dokter, tapi aku bukan dokter spesialis kadungan." Ucap dokter Diki menjelaskan.

" Jadi sia-sia aku membawamu kesini." Ucap Ziko kecewa.

" Panggilkan rekanmu kesini." Perintah Ziko lagi.

" Siapa? Jasmin?"

" Memangnya ada berapa orang kamu bawa kesini! Cuma satu kan?"

" Dia juga tidak bisa Ko." Ucap dokter Diki lagi.

" Ada dua dokter dua-duanya tidak bisa mengecek!" Ziko menggelengkan kepalnya kekanan dan kekiri.

" Suruh dia kesini. Tidak mungkin dia tidak tau, mereka sesama wanita, pasti dia tau." Ucap Ziko.

Dokter Diki mengalah, dia menghubungi Jasmin untuk datang ke kamar Ziko.

" Ya tuan, ada yang bisa di bantu." Ucap Jasmin ramah.

" Kamu wanita." Tanya Ziko.

Jasmin menganggukkan kepala dengan raut wajah bingung.

" Periksa istriku, pastikan kamu mengecek perutnya. Kasih kabar yang bagus buatku."

Dokter Diki melihat raut wajah Jasmin yang bingung.

" Tuan muda ingin kamu memeriksa tentang kehamilan nona Zira."

" Tapi saya bukan dokter kandungan." Ucap Jasmin.

" Terus kamu dokter apa." Tanya Ziko.

" Dokter anak." Ucap Jasmin singkat.

" Nah cocok, kamu cek anak yang ada di dalam perut istriku." Ucap Ziko lagi.

Jasmin dan dokter Diki saling pandang.

" Sayang, mereka bukan spesialis kadungan. Kalau mau periksa kehamilan ke dokter spesialisnya. Bukan sama mereka berdua. Benar tidak dokter." Ucap Zira sambil melihat kearah Jasmin dan Diki.

Kedua dokter itu menganggukkan kepalanya.

" Tapi kalau mau mengecek bisa dengan alat yang di sebut test pack." Ucap Jasmin.

" Ya sudah bawa alat itu kesini." Ucap Ziko sudah tidak sabar.

" Tapi alat itu tidak ada di sini. Biasanya beli di apotik." Ucap Jasmin.

" Ya sudah beli." Perintah Ziko.

" Mau beli kemana? Kita berada di tengah pulau." Ucap dokter Diki.

Ziko sudah mulai penasaran dengan kondisi Zira. Dia memikirkan sesuatu sambil menghubungi asistennya.

" Kevin datang kesini sekarang."

Tidak berapa lama Kevin tiba di kamar Ziko. Dia heran dengan dua dokter di kamar bosnya. Dan lebih mengherankan lagi, Zira memakai selimut tebal.

" Kenapa dengan nona Zira." Tanya Kevin.

" Istriku hamil." Ucap Ziko.

" Oh ya, selamat tuan." Ucap Kevin.

" Belum tau Vin, itu hanya harapannya saja. Jangan di dengarkan." Timpal Zira.

Kevin melihat wajah bosnya dengan seksama.

" Tidak usah melihatku seperti itu, aku memang lebih tampan di bandingkan kamu." Ucap Ziko.

Kevin tersenyum mendengar ucapan bosnya yang sombong.

" Diki bilang sama Kevin, alat apa yang harus di belinya." Perintah Ziko.

Dokter Diki menjelaskan nama alat itu kepada Kevin. Asisten itu mecatat di dalam catatan ponselnya.

" Tuan, sekarang sudah petang. Apa sebaiknya besok saja alat itu di cari." Ucap Kevin pelan.

" Bagaimana bisa besok, aku tidak bisa tidur kalau belum mendapatkan hasilnya." Gerutu Ziko.

" Tapi kapal tidak akan mau mengantar kesini malam hari." Ucap Kevin lagi.

" Gunakan burung merpati." Ucap Ziko asal.

Kevin bingung harus mengatakan apalagi sama bosnya. Secara mereka berada di tengah pulau. Untuk sampai ke pulau itu butuh waktu berjam-jam.

Zira turun dari kasur dan mendekati suaminya.

" Hey siapa yang suruh kamu turun dari kasur." Ucap Ziko teriak. Zira tidak menghiraukan larangan suaminya.

" Vin, kamu urus saja bagaimana baiknya. Dan untuk kedua dokter terima kasih atas bantuannya." Ucap Zira memerintah Kevin, Jasmin dan dokter Diki untuk keluar dari kamarnya.

Ketiganya keluar dari kamar itu. Semua urusan di serahkan kepada Kevin. Zira menutup pintu kamarnya.

" Kenapa kamu menyuruh mereka keluar, aku belum selesai dengan mereka semua."

" Aku ngantuk." Ucap Zira singkat sambil menuju tempat tidur.

Ziko mengikuti istrinya yang berbaring di kasur. Dia mencari di guuling, dengan mengetik tanda-tanda hamil.

Mual, pusing, di tri semester pertama tidak nafsu makan, bawaannya mengantuk.

" Sayang apa kamu ada mual dan pusing." Tanya Ziko.

" Enggak." Jawab Zira sambil mata tertutup.

" Napsu makan kamu bagaimana." Tanya Ziko lagi.

" Semua aku sikat, memangnya kenapa? Tidak biasanya kamu bertanya seperti itu." Ucap Zira sambil melihat suaminya yang sedang menatap ponselnya. Dia ikut melihat keseriusan suaminya dalam menatap benda tipis itu.

" Kenapa kamu mengecek di situ. Belum tentu itu benar." Ucap Zira.

" Kalau ini tidak benar, berarti kebalikannya. Di sini mual dan pusing, kebalikannya berarti tidak. Nah aku yakin kamu pasti hamil. Secara kamu tidak pusing dan mual."Ucap Ziko semangat.

Zira sudah malas menjelaskan sama suaminya. Dia memilih untuk tidur. Tenaganya banyak terkuras ketika menaklukan elemen air.

" Kamu besok tidak boleh turun dari kasur, sampai hasilnya keluar." Ucap Ziko.

" Terserah." Ucap Zira sambil menutup matanya.

" Sayang apa kamu ingin memakan sesuatu." Tanya Ziko.

" Maksudnya?" Zira membalikan badannya agar bisa melihat suaminya.

" Ngidam." Tanya Ziko lagi.

" Enggak sayang. Aku tidak ingin memakan apapun, aku hanya ingin tidur. Bisa tidak kamu tidak bertanya dan tidak berbicara yang bisa membuat telingaku gatal."

" Ok, aku akan menutup mulut ini. Kamu tidak harus menjawabnya. Beri saja sebuah isyarat dengan mengangkat tangan." Ucap Ziko.

Untuk beberapa saat Ziko diam sambil melamunkan sesuatu.

" Kalau seandainya kamu hamil aku suruh Kevin dan Koko pulangnya berenang." Ucap Ziko.

Zira langsung membuka matanya.

" Yang jadi suamiku siapa?"

" Aku." Jawab Ziko singkat.

" Yang mau punya anak siapa?"

" Suamimu yang tampan inilah."

" Terus kenapa harus Kevin dan Koko yang berenang. Seharusnya kan kamu!" Ucap Zira.

" Itu bentuk peduliku kepada mereka. Agar mereka bisa merasakan bagaimana jika punya anak." Ucap Ziko.

" Ok kalau begitu, kalau nanti anak kita wajahnya campur sari antara Kevin dan Koko, kamu tidak boleh komplain ya!"

" Apa! Tidak aku tidak mau anak kita bergenre dua dunia." Ucap Ziko.

" Dua dunia?"

" Ya kalau Kevin dunia nyata kalau Koko dunia lain."

" Buhahaha." Zira tertawa terbahak-bahak.

" Kamu benar, pada saat tadi naik jet ski dia sama sekali tidak berani menyalakan mesin itu. Kalau ada mantri pasti aku suruh sunat lagi dia. Untungnya istrimu ini sudah berguru dengan aquaman."

" Avengers sudah, dan itu di darat. Aquaman untuk elemen air. Bagaimana dengan elemen api dan petir. Apa elemen petir kamu belajar sama thor." Tanya Ziko.

" Enggaklah, dia sibuk mencari palunya yang hilang, aku belajar sama boboiboy saja. Dia menguasai beberapa elemen."

" Siapa itu boiboiboy? Kok namanya terdengar asing di telingaku?"

" Dia tukang sayur keliling kompleks." Jawab Zira asal.

" Like, komen dan boom vote ya, terimakasih."

ig.anita_rachman83