Chapter 376 episode 375 (S2)

" Maaf Nik bukan mau ikut campur, saya perhatikan kalian tidak akur, apa yang terjadi." Tanya Jasmin.

Menik diam, dia tidak tau harus mengatakan kepada Jasmin apa tidak, secara dia belum terlalu kenal dengan wanita itu, dan dia juga bukan tempat curhat Menik.

Jasmin memperhatikan raut wajah Menik yang terlihat enggan untuk bercerita kepadanya.

" Kalau kamu tidak mau cerita tidak apa-apa. Saya permisi dulu." Ucap Jasmin beranjak dari tempat tidur.

" Tunggu."

Jasmin melihat Menik.

" Bisakah dokter menjaga rahasia ini." Tanya Menik.

Jasmin menganggukkan kepalanya.

" Sebenarnya hubungan kami dalam keadaan baik-baik saja, sampai..." Menik terdiam beberapa saat.

" Sampai apa?"

" Sampai dia pulang dari Inggris, semuanya berubah. Dia bersikap dingin kepadaku. Awalnya aku mengira karena dia kelelahan atau ada masalah, tapi ternyata dia akan bertunangan dengan temannya dari Inggris."

Deg, jantungnya Jasmin berdetak kencang. Kejujuran Menik membuatnya sakit.

" Aku sudah mengikhlaskannya dan menjauh dari kehidupannya, tapi kami di pertemukan lagi disini. Itu yang membuat aku sulit melupakannya." Ucap Menik pelan sambil menundukkan kepalanya.

" Kenapa kamu harus melupakannya, dia sangat mencintaimu. Dia telah membatalkan pertunangannya dengan wanita itu."

Menik membelalakkan matanya.

" Apa maksud dokter? Dan dari mana dokter tau kalau pertunangannya batal. Apa dari dokter Diki." Menik mengajukan pertanyaan beruntun.

" Dokter Diki tidak mengetahui tentang hal ini."

" Lalu dari mana dokter tau? Apa dia yang cerita." Menik penasaran.

Jasmin tersenyum tipis.

" Saya adalah wanita itu."

Menik langsung membelalakkan matanya, ucapan Jasmin membuatnya terkejut dan tidak percaya.

" Maafkan aku dokter, karena aku pertunangan kalian batal." Ucap Menik sambil menundukkan kepalanya.

Jasmin memegang tangan Menik.

" Kamu tidak bersalah, saya yang telah salah masuk dalam hubungan kalian. Tidak seharusnya saya merusak rencana indah kalian." Ucap Jasmin.

" Katakan kalau kamu masih mencintainya, jangan hukum dirimu dan dirinya dengan tidak berkata jujur tentang perasaanmu. Hatinya memang untukmu."

Jasmin beranjak dari tempat duduknya.

" Terimakasih banyak dok." Ucap Menik.

Jasmin menganggukkan kepalanya dan keluar dari kamar itu. Dia berjalan keluar menuju kamarnya dan mendapatkan Kevin sedang menunggunya.

" Kevin, apa yang kamu lakukan di depan kamarku." Tanya Jasmin.

" Aku mau bertanya tentang keadaan Menik."

Jasmin tersenyum simpul.

" Kenapa kamu tidak melihatnya sendiri, dengan seperti itu kamu bisa melihat kondisinya secara langsung." Jasmin masuk kedalam kamarnya, meninggalkan Kevin yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.

Di dalam kamarnya ada rasa perih dan kecewa harus menyaksikan Kevin dan Menik bersatu. Tapi ada rasa senang karena dia dapat menyatukan dua insan yang saling mencintai tapi terhalang sesuatu dan itu karena dia. Dia ingin memperbaiki keadaan Kevin dan Menik seperti sediakala sebelum dia masuk kedalam kehidupan Kevin.

Kevin terlihat ragu untuk masuk kedalam kamar Menik. Dia sudah bisa membayangkan reaksi yang akan di terimanya dari Menik. Tapi karena penasaran dengan keadaan Menik, dia memberanikan diri untuk melihat secara langsung.

Tok tok tok

" Masuk."

Ceklek

Pintu di buka Kevin, dia memberanikan diri untuk masuk.

" Bagaimana keadaan kamu." Tanya Kevin.

" Sudah lebih baik." Ucap Menik gugup.

" Syukurlah saya senang mendengarnya, istirahatlah." Kevin membalikkan badannya dan hendak melangkahkan kakinya keluar kamar.

" Terimakasih banyak pak." Ucap Menik.

Kevin membalikkan badannya lagi dan melihat kearah Menik sambil tersenyum.

" Saya akan melakukan apapun untuk selalu membuat kamu nyaman. Walaupun nyawa taruhannya, dan yang tadi itu hanya bentuk perhatian saya kepada kamu. Tidak perlu kamu merasa sungkan dengan saya. Jangan karena tidak enak hati kamu bersikap manis kepada saya. Jangan merasa hutang budi, saya tidak meminta balasan apapun dari kamu."

Menik terdiam, ucapan Kevin menyentuh hatinya.

" Permisi." Ucap Kevin melangkahkan kakinya keluar kamar.

" Tunggu."

Kevin membalikkan badannya.

" Terima kasih atas perhatian bapak. Dan terima kasih atas rasa yang masih bapak miliki untuk saya." Ucap Menik pelan.

" Rasa ini tidak akan pernah hilang sampai kapanpun, dan saya berharap kamu juga sama." Ucap Kevin.

Kevin pergi meninggalkan Menik yang terdiam di kamarnya. Hatinya terenyuh ketika mendengar perkataan Kevin.

" Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mengatakan kalau dokter Jasmin sudah mengatakan semuanya. Kenapa aku jadi seperti ini."

" Aku ingin dia melamar lagi Tuhan." Gumam Menik.

Di dalam kamar Ziko memperhatikan istrinya yang baru selesai membersihkan dirinya di kamar mandi.

" Sayang kenapa kamu melihat aku seperti itu." Ucap Zira sambil menyisir rambutnya yang basah.

Ziko menepuk kasur di sebelahnya dengan otomatis Zira langsung duduk di sebelah suaminya.

" Apa yang tadi kamu lakukan di dalam laut." Tanya Ziko.

Zira memicingkan matanya melihat suaminya lekat.

" Shoping." Jawab Zira singkat.

" Serius!" Bentak Ziko.

" Tidak mungkin kamu tidak tau." Ucap Zira lagi.

" Iya aku tau, kamu menyelamatkan Menik. Tapi apa kamu pernah memikirkan dirimu. Jika terjadi sesuatu di dalam laut bagaimana." Gerutu Ziko.

" Sayang tenang saja. Kan sudah aku bilang kalau aku bisa menaklukkan elemen air." Ucap Zira.

" Iya iya aku tau, kamu telah berguru sama aquaman, tapi tetap saja hatiku tidak tenang ketika kamu menyelam seorang diri di laut. Kalau kamu di makan ikan hiu bagaimana." Gerutu Ziko.

" Tenang saja sayang, kalau ikan hiu itu datang, aku akan nyanyi buat mereka baby shark do do do, baby shark do do baby shark." Zira memperagakan cara bernyanyinya.

Ziko tertawa melihat istrinya yang selalu punya cara membuat hatinya senang. Dia merangkul bahu istrinya dan menciumi pipinya.

" Pipimu kenapa empuk seperti bakpao. Apa berat badanmu naik." Ucap Ziko mencubit pipi istrinya.

" Kenapa jelek ya." Tanya Zira.

" Bukan jelek tapi gemes. Tapi jangan terlalu gemuk, aku tidak mau tidur sama tong." Ucap Ziko.

" Bagus dong kalau badanku seperti tong, kita tidak perlu pakai kasur lagi." Ucap Zira.

" Jelek tau, aku tidak bisa membayangkan kalau kamu pakai baju renang pasti semuanya berlipat seperti kain selesai di setrika."

" Tapi waktu aku hamil badanku gemuk, kamu tidak protes." Ucap Zira.

" Oh kalau hamil kamu harus gemuk, aku tidak mau anakku kelaparan karena badanmu kurus. Jadi jika kamu hamil harus banyak makan. Kalau perlu makan sekalian sama panci-pancinya."

Ziko melihat Zira dengan seksama.

" Apa kamu lagi hamil?"

" Enggak tau." Ucap Zira.

" Bagaimana enggak tau. Kapan terakhir kamu datang bulan." Tanya Ziko.

" Ye, aku itu belum datang bulan sama sekali. Setelah keguguran itu aku mengalami namanya nifas jadi mungkin itu yang menyebabkan aku belum datang bulan." Ucap Zira menjelaskan.

" Tapi berat badanmu naik, aku saja tidak kuat menggendong mu. Apa jangan-jangan kamu hamil." Ucap Ziko kegirangan.

" Hey jangan senang dulu, aku belum merasakan hal-hal yang aneh." Ucap Zira.

" Seperti?"

" Pusing dan mual."

Ziko mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

" Kamu mau ngapain?"

" Mau menghubungi Diki."

" Untuk apa."

" Biar dia ada kerjaan."

" Maksud kamu."

" Aku mau dia mengecek kehamilan kamu." Ucap Ziko.

" Tapi aku tidak hamil." Ucap Zira.

" Berisik."

" Like, komen dan boom vote ya, terimakasih."

ig.anita_rachman83