Chapter 362 episode 361 (S2)

" Kenapa kamu teriak." Tanya Ziko sambil duduk di sebelah istrinya.

" Jesy bilang besok acara pertunangan Kevin."

" Apa!" Ziko kaget sekarang dia yang berteriak.

" Kenapa harus teriak sih. Kupingku sakit." Gerutu Zira.

" Maaf sayang, nanti kalau kuping kamu sakit aku ganti dengan kuping gajah." Rayu Ziko.

Zira memikirkan bagaimana cara membatalkan pertunangan itu.

" Sayang kenapa dahi kamu mengkerut. Seperti nenek-nenek saja." Ejek Ziko.

" Sayang bagaimana jika pertunangan itu terjadi, dan bagaimana dengan nasib Menik." Ucap Zira bingung.

" Sudahlah kenapa kamu harus memusingkan urusan mereka. Memang aku tau jiwa avengermu pasti berontak. Tidak mungkin kamu merusak acara itu. Kalau kamu merusak acara itu pasti nama baikku akan tercoreng karena ulahmu." Ucap Ziko.

Zira tidak bisa berpikir jernih, dia tidak tau bagaimana jika Menik tau tentang

pertunangan itu.

Ziko mengajak istrinya untuk tidur. Dia tidak mau istrinya terlalu pusing memikirkan nasib Menik dan Kevin.

Pagi hari suasana terlihat tenang, udara terasa segar. Asap kendaraan belum mengotori udara di pagi hari.

Kevin sudah bangun lebih awal dari hari biasanya. Nyonya Paula yang belum selesai dengan masakannya bingung dengan tingkah anak sulungnya.

" Kenapa kamu bangun sepagi ini. Mama belum selesai masak sarapan untuk kamu." Ucap mamanya bingung.

" Aku banyak kerjaan." Ucap Kevin cepat sambil meminum kopi yang telah di buatkan mamanya.

" Vin, kamu jangan membuat mama malu ya." Ucap mamanya dengan tatapan yang tajam.

Nyonya Paula seperti bisa membaca pikiran anaknya. Memang Kevin berencana pulang larut malam. Agar pertunangan itu di batalkan.

" Apa maksud mama." Ucap Kevin pura-pura tidak paham.

" Mama mengundang tetangga dan jika kamu tidak hadir bukan hanya mama yang malu tapi keluarga Jasmin juga malu. Dan mama pastikan keluarga Jasmin akan membenci keluarga kita. Mama mohon dengan sangat jangan rusak acara nanti malam." Ucap mamanya sambil memegang tangan Kevin.

Kevin langsung pergi meninggalkan rumahnya. Dia tidak ingin mendengarkan ceramah mamanya di pagi hari. Mobil sudah melaju dengan kecepatan tinggi. Dia sudah tiba di rumah Ziko lebih awal.

Tok tok tok.

Zira membuka pintu rumahnya.

" Kevin? Kenapa kamu datang sepagi ini? Apa kamu ada piket membersihkan ruangan hari ini." Goda Zira.

" Boleh saya masuk." Tanya Kevin.

Zira menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Kevin untuk masuk.

" Tuan muda masih tidur, kamu terlalu awal kesini." Ucap Zira.

" Ya saya tau." Ucap Kevin menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.

" Kamu sudah makan belum?"

Kevin menggelengkan kepalanya. Zira ke dapur membantu bik Inah menyiapkan sarapan.

Kevin di tinggalkannya di ruang tamu sendiri. Zira kembali ke ruang tamu dengan membawa kopi dan roti gandum untuk Kevin.

" Makanlah ini, untuk mengganjal perutmu yang kosong." Ucap Zira sambil meletakkan piring yang berisi roti gandum dan gelas yang berisi kopi di atas meja.

" Terimakasih nona." Ucap Kevin.

Zira duduk di depan Kevin, dengan batas sebuah meja di antara mereka.

" Vin, mamamu mengundang kami ke acara pertunangan kamu. Apakah semua itu betul." Tanya Zira.

Kevin menganggukkan kepalanya.

" Apa kamu menyetujui pertunangan itu." Tanya Zira pelan.

Kevin menggelengkan kepalanya.

" Saya tidak tau harus berbuat apa. Yang jelas pertunangan ini ide mama dan orang tua Jasmin." Ucap Kevin kesal.

Zira mengeluarkan nafasnya yang berat.

" Apa kamu sudah menanyakan hal ini kepada Jasmin." Tanya Zira.

" Maksud nona apa." Tanya Kevin bingung.

" Apa kamu pernah menanyakan perasaan Jasmin ke kamu." Tanya Zira lagi.

" Belum." Jawab Kevin singkat.

" Coba beranikan dirimu untuk bertanya kepada Jasmin. Perasaan apa yang di milikinya terhadap kamu. Apa dia termasuk wanita yang penurut, yang mengikuti semua rencana orang tuanya." Ucap Zira.

" Aku tidak tau Jasmin wanita seperti apa. Mungkin karena aku tidak menyukai dengan perjodohan ini makanya aku berusaha untuk tidak mau tau tentang dirinya." Jawab Kevin.

" Ada baiknya kamu menanyakan hal itu kepada Jamsin."

" Tapi jika dia menanyakan hal itu balik bagaimana." Tanya Kevin bingung.

" Pasti dia akan menanyakan hal itu balik. Karena memang itu intinya." Ucap Zira.

" Maksud nona apa." Tanya Kevin bingung.

" Vin, jika dia bertanya tentang perasaan kamu kepadanya, itu adalah kesempatan kamu untuk jujur. Katakan kalau kamu mencintai seorang gadis dan gadis itu sedang menunggu kamu." Ucap Zira lagi.

Dengan wajah bangun tidur Ziko ikut duduk di ruang tamu.

" Dari jam berapa kamu ke sini." Tanya Ziko sambil menguap.

" Baru empat puluh lima menit tuan." Ucap Kevin sambil melihat jam di tangannya.

" Ya sudah habiskan rotimu." Ucap Ziko menarik tangan Istrinya.

Zira sudah paham dengan tingkah suaminya. Dia harus memandikan bayi kolor ijo itu setiap pagi.

Setelah memandikan bayi besarnya, mereka berdua menuju meja makan dan tidak lupa Zira memanggil Kevin untuk ikut bergabung bersama mereka.

Kevin tidak bernafsu untuk memakan sarapan.

" Vin, kamu itu cengeng banget sih. Aku tau kamu memang ada masalah tapi jangan hukum dirimu dengan tidak makan sesuatu. Bagaimana kamu berjuang untuk cintamu, sedangkan energi saja tidak punya. Semua manusia pasti mengalami namanya masalah. Bagaimana kita menyikapinya, dan kamu harus menyikapinya dengan kepala dingin." Ucap Zira.

Kevin tadi tidak mau mendengarkan ceramah mamanya. Tapi pagi ini dia tidak dapat mengelak kultum pagi dari Zira. Setelah mendapatkan kultum Kevin mulai menikmati sarapannya.

Setelah itu mobil langsung pergi meninggalkan kediaman Zira dan menuju kantor.

" Jasmin, Kevin tidak bisa menemani kamu membeli cincin, jadi mama yang akan menemani kamu." Ucap nyonya Paula.

" Ya tante." Ucap Jasmin.

Mereka pergi menggunakan taksi menuju salah satu toko perhiasan. Nyonya Paula menyerahkan semua kepada Jesy. Jesy sedang menunggu pihak dekor untuk menyelesaikan pekerjaannya.

" Tante apa tidak apa-apa jika acara di rumah pria." Tanya Jasmin.

" Memangnya kenapa?"

" Saya dengar dari beberapa orang yang bekerja di rumah sakit. Mereka bilang acara pertunangan di adakan di rumah wanita. Bukan di rumah si pria. Dengan alasan tidak baik katanya." Ucap Jasmin.

" Tidak baik bagaimana? Mungkin itu adat dan tradisi dari sini. Bagaimana jika acaranya di gedung apa tidak baik juga." Tanya nyonya Paula lagi.

Jasmin mengangkat kedua bahunya. Dia juga kurang paham dengan adat istiadat di situ. Mereka sampai di salah satu toko perhiasan. Seorang pegawai perhiasan menyapa mereka ramah.

" Ada yang bisa di bantu." Tanya salah satu pegawai.

" Saya mau mencari cincin tunangan." Ucap nyonya Paula.

Pegawai wanita itu membawa mereka ke etalase kaca, yang di dalamnya berjejer perhiasan bertahtakan berlian dengan ukuran dan berat yang berbeda-beda. Jasmin menjatuhkan pilihannya pada satu cincin berlian dengan berlian kecil di tengahnya.Dia mencoba cincin itu.

" Bagus sekali, cocok di tangan kamu." Ucap nyonya Paula.

Jasmin tersenyum senang.

" Calon prianya mana." Tanya pegawai toko.

" Anak saya tidak bisa datang, banyak pekerjaan." Ucap nyonya Paula.

Pegawai itu tersenyum ramah. Nyonya Paula langsung membayar dengan kartu yang di berikan Kevin kepadanya. Kartu itu biasanya di gunakannya untuk keperluan mereka sehari-hari. Tapi hari itu di pakainya untuk membelikan cincin. Dia berharap Kevin menyukai cincin pilihan Jasmin.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."