Chapter 361 episode 360 (S2)

Kepulangan Menik di sambut dengan rumah yang berantakan.

" Kenapa semuanya berantakan? Apa yang terjadi?" Menik terlihat bingung.

" Kita akan pindah dari sini." Ucap Bima membereskan semua barang-barang yang ada di rumahnya.

" Kenapa?"

" Aku tidak mau pria kaya itu datang ke sini. Dan merengek sama kakak." Jawab Bima ketus sambil terus menyusun barang-barang.

" Tapi kalau kita pindah bagaimana cara membayar sewanya, apalagi kakak belum kerja." Ucap Menik bingung.

" Rumah ini akan kita sewakan dan uang sewanya untuk membayar kontrakkan baru kita."

" Besok aku keluar dari perusahaan itu." Ucap Bima tegas.

" Apa! Kenapa harus keluar? Kamu sangat mendambakan bekerja di sana, tapi karena kakak, kamu rela melepaskan semuanya." Ucap Menik getir.

" Sudahlah kak, aku sudah memutuskan untuk keluar dari sana. Dan aku akan bekerja di tempat yang baru. Memang gajinya tidak sebesar yang sekarang. Tapi yang penting kita tenang. Nanti aku akan mencari pekerjaan sampingan." Ucap Bima.

Menik memeluk adiknya. Walaupun Bima lebih muda tapi dia mau menanggung beban hidup mereka. Menik membantu Bima menyusun semua barang. Dari pakaian dan perlengkapan dapur di susun mereka bersama-sama. Setelah semuanya tersusun, Bima dan Menik membawa barang itu satu persatu begitu seterusnya sampai semua barang di bawa. Dan tidak lupa di dekat jendela di tempelkan Bima sebuah kertas yang bertuliskan di kontrakkan.

Setelah mengantarkan Ziko, Kevin berencana mampir ke rumah Menik. Tidak lupa dia membawa buah tangan untuk Menik. Mobil di parkirkannya di depan gang. Dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam gang kecil itu. Setelah sampai di depan rumah, Kevin melihat tulisan di dekat jendela.

" Di kontrakkan? Kemana mereka pindah." Gerutu Kevin.

" Sudah pindah pak." Ucap pemilik warung yang posisi rumahnya di depan rumah Menik.

Kevin membalikkan badannya.

" Kapan pindahnya?"

" Tadi sore, apa bapak mau mengontrak rumah itu." Tanya pemilik warung.

Kevin tidak menjawab, dia menghubungi nomor yang tertera di kertas yang ada di jendela.

Panggilan tidak terhubung. Kevin tidak dapat menghubungi nomor itu. Nomor yang di cantumkan Bima adalah nomor ponselnya. Dan nomor Kevin telah di blokirnya, jadi Kevin tidak akan pernah bisa menghubungi Bima.

" Sialan." Gerutu Kevin.

Pemilik warung masih memperhatikan Kevin.

" Ibu ada nomor ponsel yang punya rumah." Tanya Kevin.

" Itu nomornya pak." Ucap pemilik warung menunjuk kearah jendela.

" Tidak bisa di hubungi Bu." Kevin menyerahkan buah tangan itu kepada pemilik warung.

" Ini untuk siapa pak." Tanya pemilik warung sedikit teriak, karena Kevin sudah menjauh meninggalkan ibu itu.

" Untuk ibu." Jawab Kevin teriak.

Kevin kembali ke mobilnya, dia berkali-kali mencoba menghubungi nomor Menik dan nomor Bima tapi hasilnya nihil.

" Menik kamu kemana?" Kevin mengacak-acak rambutnya, dia terlihat stress. Dengan pikiran yang kacau Kevin kembali kerumahnya.

Mamanya telah menantinya.

" Kevin kenapa dengan kamu? Apa yang terjadi." Tanya mamanya bingung melihat penampilan anaknya yang sangat kacau.

" Kevin tidak menghiraukan pertanyaan mamanya. Dia memilih untuk pergi ke kamarnya.

" Kevin tunggu." Mamanya terus mengikuti anaknya sampai ke dalam kamarnya.

" Vin, Jasmin sudah bekerja dia di terima di rumah sakit terbesar di kota ini. Semua atas bantuan nona Zira." Ucap mamanya.

Kevin melihat sekilas sambil membuka jas kerjanya.

" Karena Jasmin sudah bekerja jadi rencananya besok malam pertunangan kalian akan di selenggarakan." Ucap mamanya senang.

" Apa!" Ucap Kevin singkat.

" Iya, besok malam kita mengadakan pertunangan kamu dengan Jasmin. Sebenarnya mama ingin mengundang rekan kerja kamu. Tapi berhubung waktu tidak cukup jadi kita mengadakan acara yang sederhana saja." Ucap mamanya menjelaskan.

" Kenapa harus terburu-buru." Ucap Kevin kesal.

" Lusa orang tuanya Jamsin akan kembali ke London jadi mereka minta pertunangan kalian segera di langsungkan dan mama menyetujui ide itu." Ucap mamanya senang.

Kevin mendengus kesal. Masalahnya sama Menik belum selesai di tambah masalah pertunangan, membuatnya semakin stres.

" Besok kamu bisa izin tidak masuk kerja." Tanya mamanya.

" Untuk apa." Tanya Kevin ketus.

" Membeli cincin pertunangan untuk kalian berdua." Ucap mamanya.

" Enggak bisa besok aku sibuk." Jawab Kevin ketus dan meninggalkan mamanya menuju kamar mandi.

Nyonya Paula keluar dari kamar anaknya dan kembali ke ruang keluarga bersama dengan suaminya dan anaknya. Papanya Kevin masih duduk di kursi roda. Untuk menghilangkan rasa bosan pria paruh baya itu. Mereka sengaja meletakkannya di depan televisi, agar pikiran papanya Kevin dapat bekerja seperti dulu lagi.

" Jes, kamu hubungi nona Zira, undang untuk datang ke rumah kita."

" Untuk apa ma?" Ucap Jesy bingung.

" Besok malam acara pertunangan kakakmu, mereka adalah tamu spesial dalam acara besok malam." Ucap mamanya senang.

" Apa kak Kevin sudah tau." Tanya Jesy.

" Sudah." Jawab mamanya singkat.

" Lalu apa kata kak Kevin."

" Dia tidak banyak berbicara, mama tau dia tidak suka dengan perjodohan ini." Ucap mamanya.

Jesy menghubungi nomor ponsel Zira dan nyonya Paula menghubungi nomor Menik.

" Kenapa tidak bisa di hubungi." Gerutu nyonya Paula.

" Siapa ma." Tanya Jesy sambil meletakkan kembali ponselnya.

" Manek, mama mau meminta bantuan kepadanya untuk memasak acara besok malam." Ucap mamanya.

Jesy hanya menggelengkan kepalanya, dia menghubungi nomor ponsel Zira.

" Malam nona Zira maaf mengganggu."

" Iya ada apa Jesy." Tanya Zira.

" Mama mengundang nona dan tuan muda untuk hadir ke acara pertunangan kak Kevin." Ucap Jesy pelan.

" Apa!" Zira kaget dan Ziko yang lagi tidur di paha istrinya ikut kaget.

" Iya nona, besok malam pertunangannya akan di selenggarakan."

" Di mana acaranya." Tanya Zira.

" Di rumah, acaranya hanya sederhana saja. Kami harap nona dan tuan muda bisa hadir ke acara besok." Ucap Jesy.

Kemudian panggilan terputus. Kevin turun dari lantai atas.

" Vin, kamu tau rumah Manek." Tanya mamanya.

" Untuk apa." Tanya Kevin cepat.

" Mama sudah menghubungi nomornya tetapi tidak aktif, jadi mama mau datang ke rumahnya, mau mengundangnya sekaligus mau meminta bantuan kepadanya untuk masak acara besok." Ucap nyonya Paula.

Kevin terlihat tidak senang dengan ide mamanya, dia memilih untuk pergi ke ruang makan.

" Vin, ayo antarkan mama." Ucap nyonya Paula.

" Rumahnya sudah di kontrakkan." Ucap Kevin ketus.

" Di kontrakkan? Bagaimana kamu bisa tau? Apa yang kamu lakukan di sana." Tanya mamanya penasaran.

Kevin keceplosan, dia tidak tau jika ucapannya yang asal membuat mamanya penasaran.

" Eh hem, dia ada cerita kepadaku kalau rumahnya mau di kontrakkan." Jawab Kevin gugup.

" Terus bagaimana dengan acara besok." Gerutu mamanya.

" Kenapa mama harus repot-repot, suruh aja semua tamu bawa makan dari rumahnya masing-masing. Gitu saja kok repot." Ucap Kevin ketus.

" Vin jangan bercanda, mama serius tidak mungkin kita tidak menjamu tamu undangan." Ucap mamanya bingung.

Jesy masuk ke ruang makan dan mendengar percakapan mamanya dan Kevin.

" Pesan catering saja ma. Dengan seperti itu mama tidak perlu repot-repot." Ucap Jesy.

" Tapi apa masakannya enak. Secara mama baru di sini. Dan mama tidak tau catering mana yang masakannya enak." Ucap mamanya bingung.

Jesy membuka sebuah aplikasi dan mencari catering yang terkenal di kota itu. Setelah di ceknya lalu di tunjukkannya ke mamanya. Nyonya Paula akhirnya setuju dengan ide anaknya. Wanita paruh baya itu langsung menghubungi pihak catering.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."