Chapter 355 episode 354 (S2)

Setelah pembicaraan itu Jesy masuk ke kamarnya. Sebelum memasuki kamarnya dia melewati kamar kakaknya. Jesy melihat kamar Kevin yang masih berantakan. Dia ingin masuk ke dalam. Tapi di urungkannya karena di lihatnya Kevin sudah lebih tenang walaupun kamarnya masih berantakan.

Di dalam kamarnya Jesy mengambil ponselnya dan menghubungi Zira. Panggilan terhubung.

Di kediaman Zira.

Suara ponsel berdering, Ziko melihat ponsel istrinya ada nomor asing tertera di layar ponsel.

" Sayang ponsel kamu berdering." Ucap Ziko sedikit berteriak.

Zira sedang di dapur, jadi Ziko harus sedikit berteriak agar suaranya terdengar oleh istrinya. Tidak ada sahutan dari istrinya, Ziko langsung menghampiri istrinya ke dapur.

Di dapur Ziko sedang melihat istrinya mencuci piring. Dia langsung memeluk tubuh Zira dari belakang dan mengecup leher bagian belakang Istrinya.

" Ah kamu mengagetkan saja." Ucap Zira kaget.

Tangan Ziko sudah bergerilya kesana kemari. Zira merasa geli dengan kelakuan suaminya.

" Sayang, aku harus menyelesaikan ini." Ucap Zira sambil melihat ponselnya ada di atas meja.

" Apa tadi ada yang menghubungiku." Tanya Zira.

" Hemmm, tadi ada yang menghubungi, makanya aku bawa kesini." Ucap Ziko sambil tetap mengecup leher istrinya.

Zira melepaskan tangan suaminya dari tubuhnya. Dan mengambil ponselnya. Terlihat ada nomor asing di layar ponselnya.

" Nomor siapa ini." Gumam Zira pelan.

Ziko mendengar gumaman istrinya.

" Kalau tidak terdaftar nomornya tidak usah di hubungi lagi." Ucap Ziko.

" Tapi kalau ini kerabatku bagaimana." Ucap Zira penasaran.

" Ya sudah kalau kamu penasaran hubungi saja." Ucap Ziko.

Zira duduk di kursi dan menghubungi nomor yang tadi menghubunginya.

" Halo." Ucap Zira.

" Halo nona Zira, ini Jesy adiknya Kevin." Ucap Jesy dari ujung ponselnya.

" Oh Jesy, ada apa Jes?" Ziko di sebelahnya mulai bertanya-tanya dengan gerak matanya. Zira hanya membalas dengan gelengan kepalanya.

" Maaf mengganggu, saya hanya mau mengabari kalau calon tunangannya kak Kevin sudah datang." Ucap Jesy.

" Oh ya, kapan datangnya." Tanya Zira.

" Tadi siang nona. Kapan saya boleh mempertemukan nona dengannya." Tanya Jesy.

Zira melihat suaminya, dia belum membicarakan hal itu dengan Ziko.

" Nanti saya hubungi kamu lagi." Ucap Zira kemudian mematikan panggilannya.

" Siapa." Tanya Ziko penasaran.

" Jesy adiknya Kevin yang menghubungiku." Ucap Zira.

" Untuk apa dia menghubungi kamu." Tanya Ziko penasaran.

" Dia baru bilang ke aku, kalau calon tunangannya Kevin datang."

" Oh ya, bagus tuh." Ucap Ziko antusias.

" Kok bagus? Bagaimana dengan Menik kalau mereka jadi bertunangan." Tanya Zira.

" Ya mau gimana lagi, kalau jodoh pasti tidak akan lari." Ucap Ziko santai sambil meninggalkan istrinya di dapur. Zira mengikuti langkah suaminya dan berhenti di ruang keluarga.

" Sayang, apa kamu tidak kasihan dengan Menik. Bagaimana jika aku di posisi Menik." Ucap Zira.

Ziko langsung menatap tajam wajah istrinya.

" Enak saja kamu di posisi Menik. Dengan seperti itu berarti kamu dan Kevin saling menyukai." Ucap Ziko cemburu.

Zira menggaruk kepalanya.

" Sayang aku hanya memberikan perumpamaan. Ya sudah bagaimana kalau Kevin jadi kamu dan aku jadi Menik. Apa yang akan kamu lakukan." Tanya Zira.

Ziko tadinya sedang duduk santai dengan mengangkat kakinya ke atas sofa. Dengan pertanyaan itu dia langsung duduk tegak sambil menghadap istrinya.

" Kalau aku jadi Kevin, aku akan memperjuangkan cintaku seperti dulu." Ucap Ziko semangat.

" Nah kamu saja mau memperjuangkan cintamu. Tapi sekarang posisi Kevin di tengah-tengah. Dia serba salah harus melakukan apa. Menurut kamu apa yang bisa kita lakukan agar masalah itu cepat selesai." Tanya Zira.

Ziko mengerutkan dahinya, dia seperti sedang berpikir.

" Apa sayang." Tanya Zira lagi sambil menggoyangkan lengan suaminya.

" Berdoa." Ucap Ziko santai.

" Ye kamu itu bukan memberikan solusi." Gerutu Zira.

" Justru semua harus di awali dengan doa. Setelah itu baru usaha." Ucap Ziko tegas.

" Ok berdoa, terus usahanya apa?"

" Kalau aku jadi Kevin, aku akan mengatakan sejujurnya kepada semuanya. Baik mamanya, office girl itu dan calon tunangannya. Walaupun berat tapi harus di ungkapkan agar masalah itu tidak berlanjut." Ucap Ziko lagi.

" Ok, kalau Kevin sudah mengatakan dengan jujur kepada mamanya. Tapi mamanya tetap tidak setuju bagaimana." Tanya Zira lagi.

" Entahlah aku juga bingung, terserah kamu mau melakukan apa. Yang penting semua jangan ada yang tersakiti." Ucap Ziko sambil menaikkan kakinya kembali ke atas sofa.

" Calon tunangannya Kevin seorang dokter, dia ingin mencari pekerjaan di rumah sakit sini. Apa boleh aku memasukkannya ke rumah sakit tempat dokter Diki bekerja." Tanya Zira.

Ziko langsung menoleh kearah istrinya.

" Apa kamu mau menjodohkan Diki sama wanita itu." Selidik Ziko.

Zira menganggukkan kepalanya.

" Kalau perjodohan itu tidak berhasil bagaimana." Tanya Ziko.

" Harus berhasil, apa kamu lupa kalau aku pasukan Avengers." Ucap Zira membanggakan dirinya.

" Apa pasukan Avengers juga bekerja jadi mak erot." Tanya Ziko.

" Bukan mak Erot tapi mak lampir." Jawab Zira ketus.

" Ya sudah coba saja, kamu bilang saja ke Diki. Sebut saja nama ku tiga kali." Ucap Ziko asal.

" Tiga kali? Tidak perlu menyebutkan nama kamu pasti Diki langsung menerimanya." Ucap Zira sambil mengambil ponselnya dan menghubungi kembali nomor Jesy.

Panggilan terhubung.

" Halo Jesy." Ucap Zira.

" Iya nona." Jawab Jesy.

" Kapan kamu mau mempertemukan dia dengan saya." Tanya Zira.

" Bagaimana kalau besok? Apa nona besok sibuk." Tanya Jesy.

Jesy tidak tau untuk apa Jasmin harus bertemu dengan Zira.

" Ya sudah kamu besok datang ke rumah saya saja. Sepertinya saya tidak di izinkan keluar rumah sama suaminya saya." Ucap Zira.

" Baik nona, saya akan mengabari kak Jasmin dulu. Sampai jumpa besok nona." Ucap Jesy kemudian panggilan terputus.

Jesy langsung menghubungi nomor Jasmin.

" Halo Kak Jasmin." Ucap Jesy.

" Ya Jesy, ada apa." Tanya Jesy.

" Apa besok kakak ada kegiatan." Tanya Jesy.

" Sepertinya besok kakak mau melamar di salah satu rumah sakit." Ucap Jasmin.

" Oh seperti itu ya." Ucap Jesy pelan.

" Memangnya kenapa Jes?" Ucap Jasmin lagi.

" Aku mau mengajak kakak bertemu dengan Istrinya bosnya kak Kevin. Tapi kalau kakak sibuk kita undur saja jadwalnya." Ucap Jesy lagi.

" Besok ya, ya sudah besok kita bertemu dengannya, setelah itu kakak baru ke rumah sakit." Ucap Jasmin.

" Baiklah, aku setuju. Apa boleh besok aku ikut ke rumah sakit? Aku ingin menemani kakak melamar pekerjaan." Ucap Jesy.

" Baiklah, besok kamu boleh ikut. Sampai jumpa besok ya." Ucap Jasmin kemudian panggilan terputus.

Di tempat lain di rumah Menik. Pintu rumah di buka oleh seseorang yaitu Bima.

" Aku pulang." Ucap Bima sedikit teriak.

Tidak ada sahutan dari dalam kamar kakaknya. Bima melihat pintu kamar kakaknya terbuka sebagian. Bima langsung membuka pintu kamar kakaknya, dan mendapati Menik sedang telungkup.

Bima duduk di atas kasur kakaknya.

" Kakak tidur." Tanya Bima sambil memegang lengan Menik.

Menik mengangkat kepalanya dan melihat adiknya. Bima kaget melihat mata kakaknya sembab.

" Kenapa kakak menangis? Apa yang terjadi." Tanya Bima khawatir.

Dengan berlinang air mata Menik menceritakan tentang masalah yang dihadapinya. Bima merasa marah, karena ini kedua kalinyanya kakaknya di buat nangis oleh pria.

" Besok kakak ajukan surat pengunduran diri." Ucap Bima tegas.

" Kenapa dek." Tanya Menik bingung.

" Lupakan pria itu. Aku tidak mau kakak dengannya lagi. Tidak usah kerja, aku masih sanggup membiayai hidup kita." Ucap Bima tegas.

" Tapi dek." Menik tidak mau merepotkan adiknya dengan bertumpang tangan di rumah.

" Ikuti saja perintah ku." Ucap Bima tegas.

" Apa kamu marah?" Ucap Menik.

" Tentu aku marah. Siapa yang suka melihat kakaknya di sakiti." Ucap Bima dengan emosi yang berapi-api.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."