Chapter 356 episode 355 (S2)

" Sudah cukup ya kak, ini yang terakhir kalinya kakak di sakiti pria." Ucap Bima kesal.

" Lupakan pria kaya itu, kita memang tidak sederajat untuk mereka." Ucap Bima.

Menik tidak menjawab sama sekali. Kemarahan adiknya terulang lagi.

" Jangan tangisi pria kaya itu. Air mata kakak lebih berharga dari pada pria brengsek sepertinya." Ucap Bima marah sambil berlalu meninggalkan kakaknya.

Waktu terus berputar, dari petang ke malam. Dan dari malam ke pagi.

Menik sudah bersiap dengan pakaian kerjanya. Hari ini adalah hari terakhir dia bekerja di perusahaan itu. Dan adiknya dapat shift pagi. Jadi mereka berangkat bersama-sama ke kantor.

Lalu lintas tidak terlalu padat karena mereka berangkat lebih pagi dari karyawan pada umumnya. Sesampainya di gedung Rahasrya group. Menik langsung melakukan kegiatannya.

Zira di bantu bik Inah mempersiapkan sarapan. Setelah selesai dengan masakannya dia membangunkan suaminya.

" Sayang bangun." Ucap Zira sambil menggoyangkan badan suaminya.

" Hemmm." Ucap Ziko sambil duduk dari posisi berbaringnya.

Zira menarik tangan suaminya agar segera beranjak dari tempat tidur. Dengan susah payah dia bisa menarik tangan suaminya. Ziko mulai beranjak dari tempat tidur dan melangkah ke kamar mandi. Tapi bukan Ziko bila tidak jahil. Dia sengaja membopong tubuh istrinya untuk masuk ke kamar mandi.

" Sayang turunkan aku." Ucap Zira sambil menggoyangkan kedua kakinya.

Ziko tidak menghiraukan ucapan istrinya, dia terus membawa tubuh istrinya sampai kamar mandi.

" Sayang, aku sudah mandi." Ucap Zira.

" Mandi lagi." Ucap Ziko.

" Enggak ah." Ucap Zira sambil berlalu meninggalkan suaminya.

Tapi Ziko sudah menarik bagian belakang baju istrinya. Dengan seperti itu Zira mundur teratur beberapa langkah.

" Aku sudah mandi." Ucap Zira lagi.

" Mana buktinya kalau kamu sudah mandi." Tanya Ziko sambil melihat istrinya dari atas sampai bawah.

" Cium nih ketekku wangi." Ucap Zira sambil mengangkat salah satu tangannya kehadapan Ziko.

" Bohong, kalau mandi badan kamu itu basah. Ini buktinya kering." Ucap Ziko sambil tersenyum licik.

" Sudah keringlah." Ucap Zira sewot.

" Itu bukan pembuktian yang akurat." Ziko sudah melucuti baju Istrinya. Dengan mulut manyun Zira mandi untuk yang kedua kalinya.

Jika hari libur dia bisa mandi berkali-kali, karena kalau hari libur, Ziko memanfaatkan untuk mengerjakan pr nya.

Bik Inah sibuk di dapur sedangkan majikannya sibuk di kamar mandi. Setelah selesai dengan aktivitasnya. Sepasang suami istri itu keluar bersama-sama. Zira memilihkan pakaian yang akan dipakai suaminya kerja.

" Kenapa sih kamu selalu mengajakku mandi bareng." Tanya Zira.

" Aku takut tenggelam sayang." Ucap Ziko asal.

" Alah alasan saja. Bilang aja cow cow junior mau masuk." Gerutu Zira.

" Cow cow? Memangnya aku sapi." Gerutu Ziko sambil melihat kearah ubi kayunya.

" Ya kalau koboi junior sudah ada. Tapi kalau cow cow junior belum ada." Ucap Zira sambil memakai dasi untuk suaminya.

Ziko sudah selesai dengan pakaiannya.

" Ayo." Ucap Ziko melihat Istrinya sibuk dengan hair dryer.

" Ayo makan." Ajak Ziko lagi.

" Kamu duluan saja. Aku mau mengeringkan rambut dulu." Ucap Zira mulai mengeringkan rambutnya.

Ziko mendekati istrinya dan mencabut soket listrik hair dryer.

" Kenapa di cabut." Tanya Zira bingung.

" Aku tidak mau makan sendirian." Ucap Ziko.

" Iya kamu keluar saja dulu, temanin Kevin. Aku mau mengeringkan rambutku." Ucap Zira menjelaskan.

" Kenapa dengan rambutmu. Biasanya kalau basah kamu biarkan kering sendiri. Kenapa sekarang di keringkan." Tanya Ziko.

" Aku tidak mau Kevin melihat rambutku yang basah. Pasti dia berpikiran aneh-aneh tentang kita." Ucap Zira.

" Kenapa harus di pusingkan. Selama ini dia juga tau." Ucap Ziko menarik tangan Istrinya.

Di meja makan sudah ada Kevin yang sibuk dengan ponselnya. Ketika dua majikannya datang dia meletakkan ponselnya. Kevin melihat kearah keduanya. Terutama kearah Zira.

" Jangan kamu berpikiran yang aneh-aneh tentang kami. Rambutku basah karena di dalam lagi hujan." Ucap Zira asal.

Kevin hanya tersenyum tipis. Dia tidak bersemangat untuk bergurau dengan Zira. Ziko menikmati sarapannya, Zira menawari Kevin, tapi pria itu menolak.

Zira memperhatikan asisten suaminya. Terlihat raut wajah Kevin yang suntuk.

" Are you ok Kevin." Tanya Zira.

Kevin melihat kearah Zira. Dia membalas dengan senyuman yang di paksakan.

Setelah selesai sarapan Ziko langsung berangkat ke kantor. Tidak lupa dia mengecup dahi Istrinya.

Di mobil Kevin tidak banyak berbicara dan Ziko tidak mau menanyakan masalah asistennya. Menurutnya biarlah istrinya yang membantu asistennya.

Setelah Ziko berangkat Zira langsung mengirim pesan kepada Jesy yang isinya.

Jam berapa kalian kerumah saya?

Tidak berapa lama Jesy membalas yang isinya.

Saya lagi nunggu kak Jasmin, kalau kami sudah di jalan saya akan mengabari nona.

Ziko dan asistennya sudah sampai di kantor. Mereka memasuki lift bersama. Setelah sampai di lantai tempat ruangan mereka berada. Kedua pria itu berpisah dan masuk ke dalam ruangannya masing-masing.

Kevin melihat paper bag yang pernah di berikannya kepada Menik. Dia sudah menduga kalau Menik akan mengembalikan semua pemberiannya. Kevin langsung menghubungi nomor ekstensi untuk pantry.

" Halo Menik." Ucap Kevin.

" Ya ada apa." Jawab Menik datar.

" Datang ke ruangan saya sekarang." Ucap Kevin tegas.

" Maaf pak, kalau bapak mau melarang saya karena mengembalikan semua barang pemberian bapak. Mohon maaf saya tidak akan mengambilnya. Karena itu bukan milik saya." Ucap Menik tegas.

" Nik kenapa kamu berubah seperti itu." Ucap Kevin pelan.

" Berubah? Sepertinya bapak belum kenal saya dengan baik. Sifat saya memang seperti ini dari dulu. Saya selalu dingin dengan pria. Dan entah kenapa beberapa bulan ini saya jadi begitu ramah dengan pria." Ucap Menik sarkas.

Kevin diam, dia tidak bisa membalas sindiran Menik. Menurutnya perkataan Menik seperti busur panah yang langsung menusuk jantungnya.

" Oh iya terima kasih atas kebaikan bapak selama ini. Saya bukanlah manusia yang sempurna dan luput dari kesalahan. Terimakasih atas semuanya." Menik langsung meletakkan telepon ke tempat semula. Dia sengaja mengatakannya lewat telepon, karena ini adalah hari terakhirnya bekerja di situ. Menik sudah menyerahkan surat pengunduran diri ke bagian HRD, dia tidak mengatakan kepada siapapun tentang pengunduran dirinya.

Zira sedang menunggu kedatangan Jesy dan Jasmin, hampir satu jam dia menunggu kedatangan dua wanita itu. Tidak berapa lama ada suara mobil yang berhenti di depan rumahnya. Zira buru-buru melihat melalui jendela. Didepan rumahnya ada taksi dan tidak berapa lama turun dua wanita yaitu Jesy dan satu lagi wanita bule. Zira langsung bisa menebak kalau wanita bule itu adalah Jasmin.

Zira menyambut dua tamunya.

" Pagi nona Zira." Sapa Jesy.

" Perkenalkan ini kak Jasmin." Jasmin mengulurkan tangannya dan Zira menyambutnya.

" Morning my name Zira." Ucap Zira menyambut uluran tangan Jasmin.

" Jasmin panggil saja saya Jasmin." Ucap Jasmin.

" Oh kamu bisa berbahasa seperti saya." Tanya Zira.

" Kak Jasmin sama seperti kami, papanya orang sini dan mamanya asli London." Ucap Jesy menjelaskan.

Zira mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam rumahnya. Bik Inah membuatkan minuman untuk keduanya.

" Terimakasih atas jamuannya." Ucap Jasmin.

" Sama-sama, silahkan." Ucap Zira.

" Saya sudah dengar kamu seorang dokter?" Ucap Zira.

" Iya nona, saya seorang dokter." Jawab Jasmin.

" Kamu kesini pindah tugas atau lagi melanjutkan pendidikan." Tanya Zira basa-basi.

" Saya dengar rumah sakit di negara ini bagus, makanya saya ingin mencoba mencari pekerjaan di sini." Ucap Jasmin.

" Kamu sudah melamar kemana saja." Tanya Zira.

" Belum ada, rencananya hari ini saya mau melamar ke salah satu rumah sakit." Ucap Jasmin.

Zira berakting pura-pura sedang memikirkan sesuatu.

" Saya ada kenalan dokter, dan dia penanggung jawab di rumah sakit itu." Ucap Zira.

Jasmin mendengarkan itu langsung antusias.

" Begini saja, kamu datang ke rumah sakit xxx, dan temui dokter Diki. Sebut saja nama saya." Ucap Zira.

" Baik nona." Ucap Jasmin semangat sambil melihat kearah Jesy.

" Apa nona tidak ikut." Tanya Jesy.

" Sebentar saya hubungi suami saya dulu." Ucap Zira sambil berlalu meninggalkan dua tamunya menuju kamar.

Zira langsung menghubungi nomor Ziko. Panggilan terhubung.

" Halo sayang." Ucap Zira.

" Ya sayang." Jawab Ziko.

" Calon tunangan Kevin sudah datang. Aku sudah memberitahukannya untuk datang ke rumah sakit tempat Dokter Diki bekerja, apa boleh aku ikut mengantarkan mereka ke sana." Tanya Zira.

" Enggak." Ucap Ziko ketus.

" Sayang sebentar saja." Rayu Zira.

" Baiklah, setelah dari situ jangan pergi ke mall atau kemanapun. Aku tidak mau mendengar kabar seperti kemaren." Ucap Ziko.

" Kabar apa." Tanya Zira bingung.

" Kabar kalau kalian di kantor polisi? Apa kamu masih ingat." Ucap Ziko ketus.

" Hehehe, tenang sayang. Keduanya tidak memakai pakaian yang serba ketat dan dapur mereka tidak sebesar punya Zelin. Jadi tidak mungkin pria tergoda." Ucap Zira.

Setelah itu panggilan terputus. Zira kembali ke ruang tamu untuk menemui tamunya.

" Baiklah, saya sudah mendapatkan izin. Mari kita berangkat." Ucap Zira.

Wanita di depannya menganggukkan kepalanya. Dan mereka menunggu di luar rumah. Zira mengeluarkan mobilnya dari garasi.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."