Chapter 347 episode 346 (S2)

Kevin mengikuti bosnya dari belakang menuju ruangan presiden direktur. Di ruangan itu mereka membahas masalah pekerjaan.

Di pantry Menik masih memikirkan acara nanti. Tiba waktunya cofee time untuk semua karyawan. Karyawan bisa menikmati waktu istirahatnya hanya 15 menit. Dan waktu itu hanya sekali dalam sehari dan pada saat sore hari.

Banyak karyawan yang datang ke pantry mengambil kopi yang sudah di siapkan dari awal sama Menik. Mereka membawa ke ruangannya dengan cup yang sudah di sediakan.

Koko ikut masuk ke dalam pantry untuk mengambil cofee. Karyawan hanya tinggal beberapa orang yang ada di ruangan itu.

Koko duduk di kursi pantry menikmati cofeenya yang panas. Setelah sudah tidak ada karyawan lain di pantry. Pria gemulai itu mulai berbicara.

" Nik, kamu nanti ikut kan." Tanya Koko.

" Mau gimana lagi, nolak tidak bisa." Ucap Menik malas sambil menumpangkan dagunya dengan telapak tangannya.

" Kamu di paksa pak Kevin ikut ya." Tanya Koko.

" Enggaklah, kalau dia yang maksa mana mau aku ikut, secara kamu sudah dengar alasanku tadi, tapi ini yang mengajak nona Zira." Ucap Menik.

" Oh nona Zira. Pasti kamu tidak bisa menolak ya." Ucap Koko lagi.

" Iya, mana mungkin aku menolak istri bos besar. Tapi nanti di sana aku bingung, pasti banyak karyawan yang mengejekku." Ucap Menik.

" Karyawan? Tadi yang aku dengar di ruangan bos besar, hanya beberapa orang saja yang ikut dalam acara itu salah satunya aku." Ucap Koko bangga.

" Oh ya, jadi siapa saja yang di ajak nanti." Tanya Menik lagi.

" Aku tidak tau siapa saja, cuma tadi pak Kevin ada bilang tentang paket untuk sepuluh orang. Jadi bisa di pastikan orangnya tidak banyak." Ucap Koko.

Menik manggut-manggut.

" Kalau tidak banyak orang aku lebih senang dan tidak terlalu minder." Ucap Menik.

" Aku pun begitu, dan semoga yang ikut, kita mengenalnya." Ucap Koko pelan.

Waktu cofee time sudah berakhir, Koko meninggalkan pantry dan kembali menuju meja kerjanya.

Waktu pulang karyawan tinggal satu jam, Menik membersihkan semua peralatan yang kotor. Tidak terasa waktunya karyawan pulang, Menik langsung buru-buru keluar dari pantry dan ikut antri di dalam lift.

Semua karyawan selalu memandang rendah kepadanya, apalagi setelah gosip tentangnya dan Kevin menyebar, semua karyawan merasa jijik melihatnya. Tapi Menik adalah orang yang pemberani, dia ikut masuk ke dalam lift bergabung dengan karyawan lainnya.

Di dalam lift.

" Duh bau banget ya." Ucap salah satu karyawan menyindir Menik.

" Iya, baunya dari mana ya." Jawab seseorang.

Semua yang ada di dalam lift melihat kearah Menik.

" Mungkin dia pakai pelet dengan baunya itu." Ucap karyawati gendut yang pernah bertengkar dengan Menik.

Kuping Menik mulai panas. Dia mendekati karyawan yang berbicara tentang dirinya.

" Kalau tidak suka samaku bilang ke bos, jangan berani main keroyokkan." Ucap Menik ketus.

" Nih cium ketekku yang bau." Ucap Menik sambil mengangkat kedua tangannya di depan karyawan yang mengejeknya. Baju Menik di bagian ketiaknya terlihat basah. Itu yang membuat semua karyawan yang mengejeknya merasa mual.

Ting pintu lift terbuka, karyawan pada berhamburan keluar dari dalam lift, tinggal Menik sendiri di dalam lift sambil diam termenung.

" Menik kamu mau tidur di situ." Ucap Koko yang melihat ada Menik di dalam lift.

Menik langsung keluar dari dalam lift. Berjalan beriringan dengan Koko.

" Kamu naik lift yang mana." Tanya Menik.

" Itu lift di sebelah kamu." Jawab Koko.

" Kamu tadi di lift melamun ya." Tanya Koko.

" Ya seperti itu." Jawab Menik.

" Kenapa? Apa kamu melamunkan tentang acara nanti." Tanya Koko.

" Bukan ini yang lain, aku tadi di dalam lift habis di ejek sama karyawan, mereka bilang aku bau, dan aku pakai pelet dengan bau ku ini." Ucap Menik menceritakan kejadian di dalam lift.

" Wah mulut mereka sepertinya mau di sambal."

" Memang aku akui ketek kamu bau tapi jangan seperti itu bicara mereka."

" Kamu." Menik langsung melotot.

" Enggak bercanda." Ucap Koko.

Mereka berjalan menuju parkiran.

" Ko, aku ikut naik motor kamu ya." Tanya Menik.

" Kamu minta izin dulu ke pak Kevin, nanti aku di pecat gara-gara bawa kamu naik motorku." Ucap Koko.

" Siapa dia, hubungan kami belum ada kata resmi." Jawab Menik.

" Ya setidaknya bilang aja sama pak Kevin, kalau aku di pecat gara-gara bonceng kamu bagaimana." Ucap Koko lagi.

" Ya udah aku naik bus saja." Ucap Menik sambil berlalu meninggalkan Koko.

" Nik tunggu." Koko langsung menyalakan motornya dan mengejar Menik.

" Udah cepat naik." Ucap Koko.

Menik tersenyum sambil naik ke atas motor Koko. Dan dari tempat yang tidak jauh, ada Kevin yang memperhatikan mereka berdua.

Di dalam perjalanan.

" Nik, kenapa kamu tidak mengatakan kepada pak Kevin tentang karyawan yang mengejek kamu." Ucap Koko sambil melajukan motornya.

" Aku dan pak Kevin belum ada ikatan apapun, dan aku bisa mengatasi mereka semua." Jawab Menik.

" Sampai kapan kamu mau menutup mulut mereka, kalau kamu bilang ke pak Kevin, pasti mereka akan tutup mulut dan tidak akan menggangu kamu lagi." Ucap Koko.

" Ko, bagaimana kalau aku sudah mengatakan hal itu kepada pak Kevin, dan ternyata kami tidak berjodoh." Tanya Menik.

Koko diam, dia tidak tau harus mengatakan apa.

" Bingung kan? Akupun bingung. Makanya biarkan saja mereka mengejekku." Ucap Menik.

" Tapi aku kasihan sama kamu." Ucap Koko.

" Jangan kasihani aku, kasihanilah dirimu sendiri." Ucap Menik.

" Maksud kamu apa." Tanya Koko.

" Gitu aja kamu enggak tau, kalau aku hubungan kami memang belum ada kejelasan sama sekali, tapi hubungan kamu sama sekali abu-abu. Maju tidak mundur tidak seperti jalan di tempat." Ucap Menik.

" Iya juga, hubunganku dengan Zelin belum ada kepastian sama sepertimu, tapi bedanya aku dan kamu, kalau kamu hanya menunggu kejelasan dari pak Kevin, kalau aku ada kejelasan dari kami berdua tapi aku yang tidak punya prinsip." Ucap Koko pelan.

" Nah betul kan, kamu seperti motor mogok." Ucap Menik.

" Ko, acara nanti apa nona Zelin di ajak." Tanya Menik.

" Aku dengar dari bos besar seperti itu." Jawab Koko.

" Ya sudah utarakan saja perasaanmu kepadanya." Ucap Menik.

" Kalau aku sudah mengutarakannya berarti kami resmi jadian, tapi masih ada yang mengganjal di hatiku."

" Apa itu." Tanya Menik.

" Masa laluku." Ucap Koko pelan.

" Kalau dia mencintaimu pasti akan menerima kekuranganmu. Dan aku perhatikan kamu sudah banyak berubah, salah satunya jari tanganmu yang sudah tidak lentik lagi." Ucap Menik.

Koko memberhentikan motornya di depan halte yang tidak jauh dari gang rumah Menik.

" Terimakasih ko." Ucap Menik sambil melangkahkan kakinya.

" Nik tunggu." Teriak Koko.

" Bagaimana kalau kita sama-sama mengutarakan perasaan kita sama orang yang kita sayangi." Ucap Koko.

" Ah aku enggak mau." Menik menolak, dia tidak mau mengatakan perasaannya kepada Kevin walaupun dia tau kalau bosnya sudah tau mengenai perasaannya.

" Kenapa Nik? Setidaknya kita sudah mengatakan perasaan kita, kalaupun kita berdua di tolak, aku ada teman untuk bersedih." Ucap Koko pelan.

" Enakmu, aku wanita beda sama pria. Untuk mengungkapkan perasaan yang pertama kali adalah pria dan bukan wanita. Walaupun ada wanita yang berani mengungkapkan perasaannya tapi kalau aku tidak berani." Ucap Menik.

" Tapi kemaren kamu bilang kalau kamu mengungkapkan perasaanmu kepada pak Kevin." Tanya Koko.

" Ya setelah aku tau kalau dia mencintaiku kalau dia tidak mengatakan lebih awal aku tidak akan mengatakannya juga. Tapi sepertinya sia-sia aku mengatakannya." Ucap Menik pelan sambil menundukkan kepalanya.

" Kenapa?"

" Sepertinya cintanya kepadaku palsu, bye Koko." Menik meninggalkan Koko yang masih ada di atas motornya.

" Bantu author dengan like, komen dan vote ya. Jangan hanya minta lanjut tapi tidak vote. Dengan vote kalian memberikan apresiasi atas karya author, dengan vote juga author jadi tambah semangat updatenya. Terimakasih."