Chapter 344 episode 343 (S2)

Di kantor.

Waktu istirahat para karyawan sudah selesai begitupun dengan Menik, dia juga baru menghabiskan bekalnya. Dia mendatangi meja kerja Koko.

" Koci, aku perhatikan dua bos tidak ada di kantor ya." Tanya Menik.

" Koci Koci, kenapa tidak panggil saja kuaci sekalian." Gerutu Koko.

" Hahaha jangan marah, kamu kalau marah mirip Cici." Goda Menik lagi sambil melihat ke belakangnya. Dari jauh ada dua orang yang sedang berjalan keluar dari lift.

" Panjang umurnya." Ucap Menik langsung kabur masuk ke dalam pantry.

Koko menyapa bosnya yang lewat di depannya.

" Siang, eh sore bos." Ucap Koko bingung harus menyapa apa, karena kedatangan bosnya sudah lewat dari jam istirahat karyawan.

" Hemmm." Ucap Ziko.

Kevin masuk ke dalam ruangan, dan mulai mengerjakan pekerjaannya yang tertunda. Dia kembali keluar ruangannya dan menuju ke kantor bosnya. Sebelum sampai di ruangan Ziko, Kevin harus melewati pantry dulu, dia melihat sekilas office girl itu sedang berbicara di ponselnya.

" Kenapa dia masih memakai ponsel sabun mandi itu." Gerutu Kevin sambil tetap melangkah kakinya.

Tok tok tok.

" Masuk." Ziko sedang menandatangani beberapa berkas yang di bawakan Koko ke ruangannya.

" Ada apa." Tanya Ziko.

Koko masih berdiri didepan Ziko, dia masih menunggu berkas yang di tanda tangani bosnya.

" Tuan untuk trip dengan kapal pesiarnya sudah ada jadwalnya." Ucap Kevin sambil menyerahkan selembar kertas kepada bosnya.

Ziko melihat kertas yang di berikan asistennya dan membaca tanggal keberangkatan, kegiatan di kapal dan harga per orang.

" Ada sistem paket tuan." Ucap Kevin menjelaskan sambil menunjuk kertas yang ada di depan Ziko.

" Maksud paket apa." Tanya Ziko.

" Kalau lebih dari sepuluh orang dapat diskon tuan." Ucap Kevin menjelaskan.

" Kalau dapat diskon kamarnya bagaimana? Apa jangan-jangan di suruh bawa kasur sendiri." Ucap Ziko.

" Buahahhaha." Koko tidak menyadari kalau dirinya tertawa cukup besar sehingga mengagetkan kedua bos itu.

" Kenapa kamu tertawa?" Ziko melihat sekertarisnya dengan tatapan penasaran.

" Maaf bos, saya hanya lucu mendengar bawa kasur sendiri, seperti mau camping saja." Ucap Koko sambil menahan tawanya.

Ziko dan Kevin saling pandang. Mereka mulai memikirkan ide brilian sekertaris itu.

" Bagaimana kalau kita camping saja." Ucap Ziko.

" Bagus juga ide kamu." Ucap Ziko.

Koko membalas hanya dengan senyuman, dia tidak menyangka kalau guyonannya di jadikan sebuah ide untuk bosnya.

" Tuan, tapi nona Zira minta naik kapal pesiar." Ucap Kevin mengingatkan.

" Iya, kita naik kapal pesiar. Tapi nginapnya di tenda. Kan lebih menantang." Ucap Ziko.

" Sepertinya tidak ada perjalanan seperti itu tuan." Ucap Kevin mengingatkan bosnya.

Ziko mulai memikirkan cara agar bisa naik kapal pesiar tapi nginapnya di tenda.

" Begini saja, kita sewa kapal yang tidak terlalu besar, dan berhenti di satu pulau." Perintah Ziko.

" Apa tuan yakin." Tanya Kevin lagi.

Ziko yakin tidak yakin, secara dia tidak pernah tidur di alam, dan sekali tidur di alam itu di halaman rumahnya, dan masih kecil.

" Sudah cari saja kapalnya dulu." Perintah Ziko lagi.

" Kalau kapal kapanpun ada tuan, cuma saya ragu dengan kita semua, secara kita bukan anak gunung, yang ada anak batu gilingan." Ucap Kevin.

" Buahahhaha." Koko tertawa lagi.

Ziko dan Kevin kembali melotot kearah pria gemulai itu.

" Jangan bersuara dan jangan perlihatkan gigimu, sebelum ada perintah dari bosmu." Ancam Ziko.

Koko mengunci mulutnya dengan menutup rapat bibirnya.

Ziko mencari sesuatu di dalam laptopnya. Dia menemukan sebuah pulau kecil yang ada vila di pulau itu.

" Vin sepertinya rencana kita berubah, kita tetap naik kapal pesiar tapi tidak perlu berkeliling menyusuri lautan. Karena setelah aku pikirkan lautan di susuri tetap berair dan tidak ada rambu lalulintas di dalam lautan."

Koko berusaha untuk menahan tawanya sambil memegang mulutnya dengan kedua tangannya.

" Benar juga tuan, nona Zira hanya minta naik kapal pesiar, tidak minta menyusuri lautan." Jawab Kevin.

" Nah justru itu, kita sewa satu vila itu untuk kita semua." Perintah Ziko.

" Baik tuan, terus kami ikut pantungan bayar apa tuan sendiri." Tanya Kevin.

" Sialan kamu. Kamu pikir aku sudah bangkrut." Ucap Ziko kesal.

Kevin hanya tersenyum sambil berlalu meninggalkan ruangan bosnya. Ziko melanjutkan menandatangani berkas yang di berikan sekertarisnya.

" Kamu juga ikut." Ucap Ziko tanpa menoleh kearah depan.

Koko melihat kebelakangnya mencari seseorang yang di ajak bicara oleh bosnya.

" Kamu kalau di ajak ngomong jawab." Ucap Ziko kesal.

" Bos bicara sama saya apa sama mahluk halus." Tanya Koko.

" Sama hantu dan kamu hantunya." Ucap Ziko ketus.

" Untuk apa saya ikut bos." Tanya Koko.

" Aku ingin menceburkan kamu ke lautan." Ucap Ziko asal.

" Maaf tuan, saya belum mau bunuh diri." Jawab Koko.

" Sudah tidak usah banyak tanya, lagian di sana juga ada Zelin." Ucap Ziko.

Koko langsung semangat.

" Baik tuan, saya akan ikut." Ucapnya semangat.

Ziko menyerahkan berkas kepada sekertarisnya. Lalu pria gemulai itu keluar dari ruangan. Di luar dia melihat Menik sedang berjalan menuju satu ruangan yang bukan lain adalah ruangan Kevin.

" Nik." Panggil Koko pelan sambil melambaikan tangannya.

Menik menoleh dan berjalan mendekati Koko.

" Kamu mau kemana." Tanya Koko.

" Aku di panggil pak Kevin." Jawab Menik.

" Pasti mau membicarakan masalah jalan-jalan naik kapal pesiar." Ucap Koko.

" Mana ada jalan-jalan naik kapal, jalan itu pakai kaki." Protes Menik.

" Ya terserahlah." Jawab Koko.

" Serius kamu, akan ada perjalan naik kapal dari kantor." Tanya Menik penasaran.

Koko menganggukkan kepalanya.

" Pasti hanya posisi atas saja yang di ajak, akukan hanya debu yang bertaburan di lantai." Ucap Menik sambil menunduk kepalanya.

" Eh jangan minder seperti itu, mana tau pak Kevin memanggil kamu mau mengatakan hal itu." Ucap Koko memberi semangat.

" Ah aku kurang yakin." Sambil berlalu meninggalkan meja Koko.

Menik berjalan kembali menuju ruangan bosnya.

Tok tok tok.

" Masuk." Ucap Kevin dari dalam ruangannya.

Menik langsung masuk dan berdiri di depan pria itu, sebagai pembatas hanya meja kerja bosnya.

" Kenapa kamu masih pakai ponsel sabun mandi itu." Tanya Kevin.

Menik mengambil ponsel yang ada dalam saku celananya.

" Oh ini, saya belum mau memakai ponsel pemberian bapak." Ucap Menik.

" Kenapa?" Kevin menatap tajam wajah Menik.

" Apa bapak lupa, kemaren di ruangan ini bapak berjanji akan memberi penjelasan kepada saya dalam satu minggu. Bapak juga bilang kepada saya akan menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Seminggu itu tinggal beberapa hari lagi pak." Ucap Menik.

Deg jantung Kevin langsung berdetak, dia mengingat janjinya yang di ucapkannya. Tapi sampai detik ini belum ada keberanian untuk mengatakan kepada orangtuanya.

" Kalau tidak ada keperluan lagi, saya mau pamit keluar pak." Ucap Menik sambil membalikkan badannya hendak melangkah keluar.

" Tunggu, besok adalah hari sabtu dan seperti biasanya kamu akan membersihkan rumah saya. Tapi mulai besok kamu tidak perlu datang lagi." Ucap Kevin.

" Oh gitu, baik pak." Ucap Menik sambil berjalan keluar ruangan.

" Tunggu."

Menik memasukkan sebagian kepalanya melihat kedalam ruangan.

" Apa lagi pak." Tanya Menik.

" Rencananya ada perjalanan dari kantor, apa kamu mau ikut." Tanya Kevin pelan.

" Tergantung pak, jika hubungan kita jelas maka saya akan ikut tapi kalau hubungan kita di gantung seperti jembatan gantung, mending saya di rumah saja." Menik langsung menutup pintu ruangan dan kembali ke pantry.

" Bantu author dengan like, komen dan vote ya. Jangan hanya minta lanjut tapi tidak vote. Dengan vote kalian memberikan apresiasi atas karya author, dengan vote juga author jadi tambah semangat updatenya. Terimakasih."