Chapter 340 episode 339 (S2)

Kevin sudah mengantarkan semuanya ke rumahnya masing-masing. Tinggal dua kakak beradik yang masih di dalam mobil, menembus kembali keramaian jalan raya untuk tiba di kediaman mereka.

Begitu sampai di rumahnya Zira langsung membersihkan tubuhnya. Dan bersiap-siap di dapur untuk menyiapkan makan malam. Begitupun dengan suaminya juga membersihkan tubuhnya di kamar mandi.

Setelah selesai dia bergabung dengan istrinya di dapur. Dia ikut membantu dengan menata meja makan. Meja makan sudah terisi dengan makanan hasil olahan Zira.

Mereka mulai menikmati makan malamnya, dengan satu piring berdua.

" Sayang, tadi Jesy bilang ke aku, kalau mamanya sudah menjodohkan Kevin dengan wanita pilihannya." Ucap Zira sambil mengunyah makanannya.

Ziko tidak bergeming dia sibuk dengan makanannya.

" Kamu kenapa tidak respon sama sekali." Tanya Zira.

" Kamu ingat tidak, hubungan kita bagaimana." Tanya Ziko balik.

" Kalau hubungan kita kan karena ancaman, bukan perjodohan." Jawab Zira.

" Ah sama saja itu, tapi lihat karena perjodohan itu kita menjadi sebuah keluarga." Ucap Ziko sambil tetap mengunyah makanannya.

" Ok kalau pernikahan kita karena perjodohan tapi pada saat itu kamu belum ada perasaan denganku. Sedangkan Kevin ada perasaan dengan Menik, itu bagaimana menurutmu." Tanya Zira.

" Kan hanya itu perbedaannya. Menurutku orang tua pasti memilihkan pasangan yang terbaik untuk anaknya, seperti kita." Ucap Ziko lagi.

" Idih kamu ini, ok kalau pilihan mamanya Kevin adalah wanita yang cocok untuknya, terus bagaimana dengan Menik. Coba kamu melihat dari sisi wanitanya. Secara Kevin sudah mengutarakan perasaannya, dan Menik pasti juga menyukainya." Ucap Zira sambil memegang sendok.

Ziko mengisyaratkan kepada istrinya untuk menyuapi lagi. Zira kembali menyuapi suaminya kemudian menatap suaminya, menunggu jawaban.

" Jadi apa yang harus kita lakukan? Itu masalah pribadi Kevin, dia saja tidak cerita sama kita masalahnya. Apa kamu mau jadi pahlawan kesiangan." Ucap Ziko santai.

" Aku ada ide, yang ku dengar dari Jesy calonnya itu mau datang kesini dan dia seorang dokter, kenapa tidak kita jodohkan dengan dokter Diki." Ucap Zira semangat.

" Hus kamu itu, suka sekali jadi mak comblang, kenapa tidak jadi Mak erot aja." Ejek Ziko.

Zira mencubit kembali lengan suaminya.

" Aw, dari tadi habis tanganku kamu cubit." Ziko meringis sambil melihat lengannya yang telah di cubit istrinya.

" Kamu sih, kalau ngomong suka ngawur." Rengek Zira.

" Eh siapa yang pertama bawa kamus kedalam hidupku? Apa itu semua bukan kamu." Tanya Ziko.

Zira tersenyum sambil memeluk tubuh suaminya dari samping.

" Tapi gara-gara kosakataku kamu tambah cinta kan." Tanya Zira.

" Iya cinta mati malah. Mungkin itu pelet yang kamu pakai." Ucap Ziko asal.

Mereka berdua tertawa bersama, membayangkan semua kejadian yang berhubungan dengan kosakata aneh dari Zira.

Makan malam telah selesai, Zira membersihkan piring-piring kotor, dan suaminya membantu membersihkan meja makan. Pekerjaan yang biasanya di lakukan pembantunya, tapi dia mau melakukannya. Semenjak tinggal di rumah itu, Ziko tidak mau membiasakan hidup mewah, dia ikut serta membantu tugas istrinya. Karena ada rasa iba ketika melihat istrinya harus menahan sakit operasi. Dia tidak bisa membayangkan sakit yang diderita Zira. Menurutnya mengandung saja sudah melelahkan apalagi melahirkan.

Setelah selesai bersih-bersih, mereka kembali ke kamar untuk beristirahat. Sebelum tidur pasangan suami istri itu selalu menyempatkan berbicara, karena komunikasi merupakan salah satu hubungan suami istri tetap langgeng.

" Jangan ikut campur dengan urusan Kevin, walaupun aku tau pasukan Avengers bisa mengatasi semua masalah, tapi biarkan si Kevin menyelesaikan masalahnya." Ucap Ziko sambil merangkul bahu Istrinya.

Mereka menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur.

Aku tetap akan membantu Kevin, bagaimanapun istrimu ini seorang wanita, tidak tega rasanya kalau dua wanita itu akan tersakiti hatinya.

Ziko melepaskan tangannya dari bahu istrinya sambil menatap lekat wajah Zira.

" Kenapa kamu mencabut gugatan Sisil dan Kia." Tanya Ziko sambil menatap wajah istrinya.

" Oh itu sebenarnya." Zira merasa gugup, dia mengambil keputusan tidak menanyakan terlebih dahulu kepada suaminya.

" Aku memang ingin mencabut gugatan itu, karena kasihan satu dan yang kedua aku tidak mau ada permusuhan lagi dengan siapapun." Ucap Zira menjelaskan.

" Tapi dengan mencabut gugatan itu kamu memberikan peluang lagi untuk mereka berdua." Ucap Ziko marah.

" Sayang, mereka tidak akan melakukan apapun untuk kita, aku sudah mematahkan kaki Sisil, dan Kia hidungnya. Jadi mereka tidak akan berani menyakitiku lagi." Ucap Zira.

" Ah kamu itu kalau mau ambil keputusan tanya kepadaku dulu, bukan diam-diam seperti ini." Gerutu Ziko.

" Sayang kalau aku minta persetujuan denganmu pasti kamu tidak akan mengizinkanku." Ucap Zira.

" Pastilah itu." Jawab Ziko kesal.

" Nah betul, makanya aku mengambil keputusan ini sendiri." Ucap Zira.

Ziko merasa khawatir dengan keputusan istrinya. Karena dia paham dengan karakter Sisil yang pendendam, dia tidak mau istrinya terluka karena ulahnya sendiri.

Zira memijat kaki suaminya sebagai bakti seorang istri.

" Aku penasaran dengan pria yang kamu tendang itu, seberapa kuatnya sampai pria itu bisa langsung di rawat." Tanya Ziko penasaran.

" Di bahas lagi." Tanya Zira.

" Iya, aku masih penasaran." Ucap Ziko.

" Itu tendangan biasa saja, mungkin pria itu kaget dan tidak dalam posisi bersiap jadinya sakit banget." Ucap Zira menjelaskan.

" Hey nona Zira mana ada orang di tendang tiba-tiba dalam posisi bersiap. Pasti semua orang yang mendapatkan serangan mendadak tidak mempunyai persiapan." Ucap Ziko.

Zira tersenyum sendiri dengan penjelasan dari suaminya, ucapannya yang asal di bantah suaminya.

" Sebenarnya aku memakai jurus tapak kuda." Ucap Zira asal.

Ziko menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

" Memangnya ada jurus tapak kuda." Tanya Ziko.

" Ada...apa kamu mau." Tanya Zira balik.

" Oh tidak, aku tidak mau menerima jurus tapak kudamu, aku yang akan melakukan jurus untukmu." Ucap Ziko sambil melucuti baju istrinya.

" Sayang mau ngapain." Ucap Zira sambil menahan tangan suaminya.

" Kamu yang buka atau suamimu yang buka." Tanya Ziko balik.

" Tidak keduanya." Jawab Zira.

" Ok, berarti pilihannya aku yang buka." Ucap Ziko sambil melepaskan kancing baju istrinya satu persatu.

" Sayang kamu mau ngapain." Tanya Zira lagi.

" Tadi di kantor polisi aku belum mengecek tubuhmu apakah ada luka lebam atau tidak." Ucap Ziko.

" Alah alasan, bilang saja kalau si tole cari gua." Ucap Zira asal.

" Nah itu juga, tapi sebelumnya aku cek dulu. Setelah itu kita lakukan jurus baru." Ucap Ziko semangat.

Tubuh Zira sudah tidak memakai pakaian lagi, hanya ada dalaman yang menutupi bagian sensitifnya.

" Kamu mau melakukan jurus apa." Tanya Zira.

" Berisik, aku mau melakukan jurus bercocok tanam." Jawab Ziko sambil memberikan kecupan di sekujur tubuh istrinya.

" Bantu author dengan like, komen dan vote ya. Jangan hanya minta lanjut tapi tidak vote. Dengan vote kalian memberikan apresiasi atas karya author, dengan vote juga author jadi tambah semangat updatenya. Terimakasih."