Chapter 339 episode 338 (S2)

Ziko memarahi dua wanita itu, dia tidak menyadari kalau perbuatannya membuat Zira dan Zelin malu.

" Kamu tidak pernah keluar, sekali keluar pergi ke kantor polisi." Ucap Ziko menyindir istrinya.

Zelin membela kakak iparnya.

" Bukan begitu kak, kak Zira tadi di luar melihat ada keramaian masuk." Ucap Zelin.

Ziko melihat kedua wanita yang di sayanginya dengan tatapan tajam.

" Kalian berdua sama saja, coba kalau kamu mau menurutiku dengan memakai bodyguard pasti ini tidak terjadi, dan kamu juga itu pakai baju apa tidak." Ucap Ziko melihat kearah adiknya yang memakai pakaian serba ketat.

" Pakailah kak." Jawab Zelin pelan.

" Kenapa pakaian kamu ketat semua, apa seperti itu model sekarang." Ucap Ziko marah.

Zelin menganggukkan kepalanya pelan.

" Iya..!" Ziko melotot kearah adiknya.

" Sekalian saja kamu tidak usah pakai baju." Ucap Ziko marah.

Kevin mendekati bosnya, dan berusaha menenangkan dan mengingatkan bosnya.

" Tuan, sudah cukup marahnya. Ini di tempat umum, nona Zira dan Zelin sudah mengakui kesalahannya." Ucap Kevin berbisik.

Ziko melihat sekelilingnya, dia mencari pengacara Zira.

" Pak, saya mau melihat pria itu." Ucap Ziko sambil berjalan mendekati pria paruh baya itu.

" Pria itu tidak berada di sini tuan, dia di rumah sakit." Ucap pengacara pelan.

" Maksud kamu." Ziko bingung.

Pengacara menjelaskan kalau tendangan Zira membuat pria itu harus di rawat. Mendengar itu Ziko membelalakkan matanya dan berjalan kembali kearah istrinya.

" Ilmu apa yang kamu pakai untuk menjatuhkan lawanmu." Tanya Ziko penasaran.

" Ilmu sosial dan budaya." Ucap Zira asal.

Ziko masih tidak berekspresi, terlihat dari raut wajahnya kalau dia tidak sedang bercanda. Zira memperbaiki ucapannya.

" Melihat Zelin di tampar emosiku naik, lalu aku tendang dia dengan kakiku." Ucap Zira pelan.

" Buka sepatumu." Ucap Ziko.

" Untuk apa." Zira bingung.

" Aku mau melihat apakah ada luka lebam di telapak kakimu." Ucap Ziko khawatir.

Menurut Zira kekhawatiran suaminya terlalu berlebihan, dia tidak mau mengikuti suaminya.

" Cepat buka." Ucap Ziko lagi.

" Sayang, kakiku tidak sakit kalau sakit pasti aku tidak bisa berdiri." Ucap Zira merapatkan giginya.

" Kenapa dengan gigimu? Apa kamu pikir kita sedang iklan pasta gigi." Ucap Ziko lagi.

Zira tersenyum kaku sambil membuka sepatunya. Ziko langsung mengecek telapak kaki istrinya, mencari ada luka apa tidak di telapak kaki orang yang di cintainya.

Semua orang yang berada di situ tersenyum melihat perhatian yang di berikan Ziko kepada istrinya sungguh berlebihan, tapi mereka tetap menikmati drama itu.

" Enggak ada kan." Ucap Zira.

" Cepat pakai, kakimu bau jempol." Ucap Ziko asal. Zira langsung mencubit lengan suaminya.

" Aw..." Ziko meringis.

" Masuk ke mobil." Perintah Ziko. Zira menganggukkan kepalanya.

" Aku bagaimana kak." Tanya Zelin.

" Kamu naik taksi." Jawab Ziko.

" Ah kakak." Zelin merengek.

" Sudah cepat naik ke mobil." Ucap Ziko lagi

" Tapi bagaimana dengan mobil pelangi kak Zira. Mobilnya ada di mall." Ucap Zelin.

" Biarin aja, mana tau jika di diamkan di sana coraknya berubah jadi batik." Ucap Ziko asal.

Zira, Zelin dan Jesy menunggu di parkiran mobil. Ziko menemui kepala kepolisian. Dia mengurus sesuatu dengan pihak kepolisian.

" Di suruh masuk, tapi pintu mobil tidak dibuka." Gerutu Zira.

Tiga wanita itu kepanasan, teriknya matahari sore membuat mereka gerah.

Tidak berapa lama dua pria itu kembali dan menemui mereka. Ziko tercengang melihat bentuk wajah tiga wanita itu.

" Kenapa wajah kalian banyak minyaknya." Ejek Ziko.

" Ini gara-gara kamu, di suruh masuk mobil, yang nyuruh malah masuk kantor." Jawab Zira ketus.

Ziko tersenyum sambil merangkul bahu Istrinya.

" Walaupun wajahmu banyak minyaknya, aku tetap mencintaimu." Rayu Ziko.

" Kamu jahat." Zira mencubit pinggang suaminya.

" Aw..kenapa cubitan kamu semakin hari semakin ganas, apa itu juga di ajarkan Thanos." Ucap Ziko sambil meringis.

Kevin membuka pintu mobil, tiga wanita itu langsung masuk ke dalam mobil dengan cepat.

Mereka duduk di baris ke dua, Ziko duduk di sebelah Kevin. Dan Kevin masih bertugas menyetir mobil.

Selama perjalanan hanya ada keheningan di dalam mobil, sampai Zira menanyakan lagi perihal mobilnya.

" Sayang mobilku bagaimana." Ucap Zira sambil duduknya maju kedepan agar bisa lebih dekat berkomunikasinya. Zira duduk di belakang suaminya.

" Biarin aja, kalau coraknya berubah jadi batik baru kita ambil." Ucap Ziko asal sambil menyandarkan kepalanya ke sandaran jok mobil.

" Mana mungkin mobil bisa berubah coraknya, kalau tidak di rubah sendiri. Bilang saja itu alasan kamu biar tidak mengizinkanku menyetir lagi." Ucap Zira lagi.

" Udah tau nanya, duduk yang bagus dan pakai safety belt." Ucap Ziko masih menyandarkan kepalanya tanpa menoleh kearah istrinya.

Posisi duduk Zira masih lebih maju, dia belum mengenakan safety belt. Tiba-tiba Kevin mengerem mendadak, kepala Zira membentur bagian belakang kursi Ziko.

" Aw." Ucap Zira sambil memegang dahinya.

" Kamu kenapa." Ziko menoleh kebelakang. Dia melihat istrinya sedang memegang dahinya.

" Itu kalau tidak mau dengar omongan suami." Sindir Ziko.

" Sempit tau, Zelin menguasai semua kursi." Ucap Zira menyindir adiknya karena posisi duduk Zelin yang di tengah dan tubuhnya yang bahenol membuat dia menguasai semua kursi belakang.

" Ah kakak." Rengek Zira.

" Zelin makanya dapur kamu jangan kebesaran." Sindir Ziko lagi.

" Kakak jahat." Rengek Zelin.

Semua yang berada di dalam mobil tertawa kecil, melihat tingkah Zelin yang manja.

" Kak Ziko." Tanya Zelin lagi.

" Hemmm." Jawab Ziko.

" Kakak kok tidak perhatian samaku, pipiku kan kena tampar sama pria brengsek itu." Ucap Zelin.

" Kamu cemburu." Tanya Ziko.

" Iyalah, kakak perhatian sama kak Zira, sampai tapak kaki aja di cek. Aku yang kena gampar tidak di cek sama sekali." Ucap Zelin.

" Ya sudah besok kamu datang ke rumah sakit jenguk pria itu dan minta dia untuk menampar kamu lagi, tapi ingat pakai dulu sepatu di wajahmu." Ucap Ziko asal.

" Buahahhaha." Semua yang mendengar tertawa, dan Zelin yang tadinya manyun juga ikut tertawa.

Mobil masih tetap melaju, melewati padatnya kendaraan dan melewati beberapa rambu lalulintas.

Ziko teringat sesuatu, dia menoleh kearah Istrinya.

" Sayang, seharusnya kamu bisa di kenakan pasal." Ucap Ziko.

" Iya aku tau, karena aku telah mencelakai pria itu. Tapi aku kan membela diriku. Dan saksi juga banyak jadi aku tetap tidak di nyatakan bersalah." Ucap Zira menjelaskan.

Ziko manggut-manggut paham.

" Zelin, pesan dari kakak jangan kamu abaikan." Ucap Ziko cepat.

" Apa itu kak." Tanya Zelin.

" Apa itu kak? Kamu lupa yang kakak ucapkan di kantor polisi." Ucap Ziko marah.

Zelin mengingat ucapan kakaknya.

" Aku lupa mana pesan sama marah." Jawab Zelin polos.

Ziko langsung menggaruk rambutnya.

" Makanya di catat masih kecil udah pikun." Ziko mengulangi pesannya. " Jangan pakai pakaian yang terlalu ketat, kalau perlu keluar pakai sarung, biar tidak ada yang menggodamu lagi."

" Sarung? Kenapa tidak sekalian aja kakak suruh aku pakai selimut." Sindir Zelin.

" Nah itu lebih bagus, kalau perlu pakai seprei sekalian." Ucap Ziko tidak mau mengalah.

Dua kakak beradik itu perang mulut, tiga orang yang ada di mobil sebagai penontonnya.

" Sepertinya kamu perlu belajar beladiri." Ucap Ziko.

" Boleh tapi kak Zira gurunya." Ucap Zelin semangat.

Zira tersenyum sambil melihat kearah adik iparnya.

" Eits jangan salah, justru dengan gurunya Zira kamu tidak akan bisa mengikuti latihannya." Ucap Ziko.

" Kenapa kak." Tanya Zelin.

" Karena kakakmu Zira belajarnya sama Thanos dan tempat latihannya bukan di bumi tapi di galaksi, jadi bisa kakak pastikan ilmu yang akan di ajarkan ke kamu pasti akan sangat berat." Ucap Ziko asal.

" Ah serius kak." Ucap Zelin percaya sambil melihat kearah Zira.

" Enggaklah, kakakmu itu mengada-ada, kapan kamu mau belajar kakak selalu ada waktu untukmu." Ucap Zira.

" No no, Kevin akan mencarikan guru beladiri untukmu. Kakakmu tidak di izinkan untuk melakukan yang berat-berat karena kami akan memberikan adik untuk Zokoh." Ucap Ziko.

Zira mencubit lengan suaminya, dia tidak menyangka suaminya bisa membicarakan hal itu di depan dua gadis belia itu. Zelin kurang mengerti siapa Zokoh, karena dia memang tidak tau nama almarhum anak kakaknya, apalagi Jesy, dia tidak mengerti sama sekali.

" Bantu author dengan like, komen dan vote ya. Jangan hanya minta lanjut tapi tidak vote. Dengan vote kalian memberikan apresiasi atas karya author, dengan vote juga author jadi tambah semangat updatenya. Terimakasih."