Chapter 338 episode 337 (S2)

Sebelum di bawa ke kantor polisi, semua yang berada dekat mesin ATM di bawa ke ruangan khusus. Tim keamanan sudah melaporkan kejadian itu kepada pihak yang berwajib.

Zelin dan Jesy merasa takut, karena ini adalah hal pertama yang mereka alami. Zira sebagai orang lebih tua diantara dua gadis itu berusaha menenangkan.

" Kalian tenang saja." Ucap Zira sambil mengambil ponselnya. Dia menghubungi pengacaranya.

Tidak berapa lama pihak polisi datang membawa mereka semua dengan mengenakan mobil polisi. Ada rasa malu, karena mereka seperti terdakwa yang melakukan kejahatan. Semua pengunjung mall yang tidak mengerti cerita itu berasumsi sendiri, kalau yang di angkut dengan mobil polisi telah melakukan kesalahan.

Mobil sudah meluncur ke kantor polisi, sesampainya di sana, mereka di data dan diizinkan untuk menghubungi keluarga. Sebelum menghubungi pihak keluarga, pihak polisi memintai keterangan kepada mereka semua, termasuk Zira, Zelin dan Jesy.

" Kak, aku menghubungi kak Ziko apa papa." Tanya Zelin.

" Kakak kamu saja." Ucap Zira.

Jesy menghubungi Kevin. Sedangkan Zira berkomunikasi dengan pengacaranya.

Di kantor Ziko dan Kevin sedang rapat. Ponsel mereka di silent, jadi mereka tidak tau kalau yang menghubungi adalah Zelin dan Jesy.

" Kak, tidak di angkat." Ucap Zelin.

" Kirim saja pesan." Ucap Zira.

" Aku takut kakak marah." Ucap Zelin gugup.

" Enggak, sudah cepatan biar kita bisa langsung proses dan pulang." Ucap Zira.

Zelin dan Jesy mengirimkan pesan kepada kakak mereka masing-masing.

Pesan Zelin untuk Ziko.

Kakak, jemput kami di kantor polisi di jalan xxxx.

Pesan Jesy untuk Kevin.

Kakak, aku takut sekarang kami di kantor polisi, jemput aku kak.

Pengacara Zira sudah datang, pria paruh baya itu sudah mendengarkan cerita dari kliennya lewat ponsel, dan dia langsung mengurus masalah itu kepada pihak kepolisian.

Ziko telah selesai menyelesaikan meetingnya. Semua yang ada di dalam ruang meeting sudah di izinkan meninggalkan ruangan tersebut. Hanya dua pria itu yang belum keluar dari ruangan.

" Apa sudah ada kabar dari mereka." Tanya Ziko sambil melihat ponselnya.

" Belum tuan." Jawab Kevin sambil membuka ponselnya.

Dua pria itu sama-sama membaca pesan dari adiknya. Mereka saling pandang dan langsung berlari secepat kilat menuju lift. Di dalam ruangan berbentuk kubus itu, jantung mereka berdetak cukup kencang. Ziko berpikiran telah terjadi sesuatu dengan istrinya, dan Kevin memikirkan hal yang sama. Pintu lift terbuka, mereka berlari cukup kencang sehingga tapak sepatu mereka cukup menggema di loby kantor. Semua mata yang ada di loby tertuju kepada dua bos besar itu.

" Apa dua bos itu sedang lomba lari." Ucap salah satu karyawan kepada temannya.

Kevin langsung mengambil mobil di area parkiran, dan menjemput Ziko di depan pintu loby. Mobil sudah meluncur menuju jalan raya.

" Tuan kita ke kantor polisi mana." Tanya Kevin sambil mengemudikan mobil.

Ziko membaca pesan dari adiknya dan menyebutkan alamat yang di terimanya.

" Apa yang sebenarnya terjadi, ada apa dengan Zira." Ucap Ziko sambil memukul bagian depan mobil.

Biasanya bos besar itu duduk di belakang, tapi sekarang Ziko duduk di depan, perasaannya sudah tidak menentu.

" Nona Zira tidak menghubungi." Tanya Kevin.

" Tidak, berarti telah terjadi sesuatu dengannya." Ucap Ziko emosi.

Kevin berusaha menenangkan bosnya, walaupun dia juga panik, tapi di harus bisa berpikiran jernih. Mobil yang mereka tumpangi melewati berbagai rambu lalulintas, setelah melewati jalanan yang cukup panjang, mobil tiba di kawasan kepolisian. Ketika mobil sudah berhenti dengan sempurna, Ziko langsung keluar dan berlari menuju kantor tersebut.

Ziko menanyakan perihal adiknya dan istrinya kepada petugas kepolisian yang berjaga di depan.

" Tunggu sebentar tuan." Ucap pihak polisi yang sudah mengerti kalau yang berdiri di depannya orang penting.

Kevin sudah menyusulnya. Mereka mondar-mandir di dalam kantor polisi itu. Tidak berapa lama petugas kepolisian datang menemuinya.

" Sebentar tuan, lagi di proses." Ucap petugas kepolisian.

" Apa yang terjadi." Tanya Ziko.

" Telah terjadi sesuatu di kawasan mesin ATM." Ucap salah pihak kepolisian.

Dua pria itu saling pandang, dan mulai berasumsi sendiri. Mereka berpikir kalau Zira telah di rampok.

" Bagaimana mungkin dia bisa di rampok, bukannya istriku menguasai ilmu beladiri." Gumam Ziko pelan.

" Mungkin karena nona Zira belum terlalu fit jadi belum bisa menghajar perampok itu." Jawab Kevin.

Ziko berjalan mendekati meja jaga.

" Kejadiannya di mana." Tanya Ziko lagi.

" Di mall tuan." Jawab seorang polisi.

" Di mall." Ziko terlihat ragu tentang asumsinya, dia kembali berjalan mendekati asistennya.

" Hebat betul perampok itu, punya nyawa berapa dia merampok di dalam mall." Ucap Ziko menahan emosinya.

Tidak berapa lama tiga wanita keluar di dampingi seorang pria paruh baya yang bukan lain adalah pengacara Zira. Dan dua orang pihak kepolisian mendampingi mereka sampai depan kantor polisi.

" Kakak." Ucap Jesy berlari mendekati Kevin.

Dua wanita lainnya yaitu Zelin dan Zira tidak berani mendekati Ziko.

Ziko melambaikan tangannya kepada dua wanita yang sangat di sayanginya. Dua wanita itu datang secara perlahan. Yang pertama kali di lihat Ziko adalah Zira, dia melihat wajah istrinya dan sampai ke kaki di lihatnya. Dia ingin memastikan kalau istrinya tidak ada luka lebam. Dan kemudian beralih ke adiknya dan melakukan hal yang sama.

" Apa sebenarnya yang terjadi." Ucap Ziko setelah selesai dengan pengecekannya.

Pengacara Zira menceritakan kejadian yang terjadi di mall. Wajah Ziko langsung memerah, rahangnya mengeras dan tangannya terkepal.

" Mana pria brengsek itu." Ucap Ziko marah.

" Pria itu sudah terbukti bersalah saksi-saksi sudah memberikan keterangan dan kamera cctv sudah membuktikan kalau pria itu telah melakukan perbuatan asusila kepada nona Zelin." Ucap pengacara menjelaskan.

" Saya mau pria seperti itu di hukum seberat-beratnya agar dia tidak melakukan perbuatan hina seperti itu lagi." Ucap Ziko tegas.

" Siap tuan." Jawab pengacara itu.

Ziko beralih kepada dua wanita di depannya.

" Kenapa kamu tidak menghubungiku." Ucap Ziko marah kepada istrinya.

" Aku menghubungi pengacara." Jawab Zira.

" Siapa suamimu, pengacara itu atau aku." Ucap Ziko marah.

" Aku pikir dengan Zelin menghubungimu, kamu langsung paham." Jawab Zira.

" Iya aku paham, tapi aku bisa gila kalau kamu tidak menjelaskan sendiri kepadaku. Kamu tau aku berasumsi sendiri kalau kalian telah di rampok. Apa itu bukan hal gila yang aku pikirkan." Ucap Ziko masih marah.

Kemudian Ziko beralih kearah adiknya.

" Dan kamu lagi, jangan gunakan pakaian ketat seperti itu, kenapa tidak pakai baju olah raga saja kamu ke mall." Sindir Ziko.

Zelin dan Zira menundukkan kepalanya, suaminya marah di depan umum. Di saksikan pihak kepolisian.

" Bantu author dengan like, komen dan vote ya. Jangan hanya minta lanjut tapi tidak vote. Dengan vote kalian memberikan apresiasi atas karya author, dengan vote juga author jadi tambah semangat updatenya. Terimakasih."