Chapter 331 episode 330 (S2)

Melihat barang pemberiannya di balikan semua membuat Kevin marah. Dia menghubungi nomor telepon pantry.

" Halo." Ucap Kevin dengan nada tinggi.

" Ya." Jawab Menik malas.

" Datang ke ruangan saya sekarang!" Ucap Kevin dengan nada marah.

Menik sudah menduga dan bisa menebak akan kemarahan yang di timbulkan akibat ulahnya. Dengan langkah berani dia mendatangi ruangan itu.

Tok tok tok.

" Masuk." Teriak Kevin.

Menik masuk ke dalam ruangan itu dengan berani, dia mengangkat kepalanya dengan tegak. Kevin menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

" Apa maksud kamu dengan semua ini!" Ucap Kevin sambil menunjuk semua barang yang di kembalikan Menik

" Ya saya hanya mengembalikan kepada pemiliknya." Ucap Menik santai sambil menatap wajah bosnya.

" Itu sudah milik kamu, kalau kamu mau mengembalikan kepada pemiliknya, pergi kembalikan ke tokonya." Ucap Kevin marah.

Menik diam, tapi dia masih tetap berani menatap wajah Kevin.

" Ambil barang ini semua." Ucap Kevin marah.

" Tidak, saya tidak mau menerima pemberian bapak lagi, saya tidak mau berhutang budi." Ucap Menik dengan lantang.

Kevin diam, mengenai hutang budi menyebabkan dirinya harus membayar dengan perjodohan.

" Maaf pak, kerjaan saya masih banyak." Ucap Menik lagi.

" Baik, saya terima ini kembali dengan syarat, bayar semua hutang perbaikan mobil." Ucap Kevin mengancam.

Menik membelalakkan matanya, dia tidak tau harus berkata apa. Karena dia memang masih ada hutang dengan Kevin. Tapi karena bosnya baik jadi hutang itu di anggap tidak ada. Tapi karena perbuatannya lagi pria di depannya menagih kembali.

" Tapi pak." Ucap Menik gugup.

Kevin memutari mejanya dan berjalan mendekati Menik yang berdiri tidak jauh dari belakang pintu.

" Tapi apa." Ucap Kevin pelan.

" Saya belum ada uang." Jawab Menik.

" Ya mau gimana lagi, tidak ada pilihan lain selain kamu menerima itu semua." Ucap Kevin sambil menunjuk barang-barang yang ada di meja kerjanya.

" Maaf pak, saya tidak bisa menerima itu semua. Saya harus sadar diri tingginya langit tidak bisa saya raih, seperti rasa sayang ini kepada bapak tidak akan mungkin terbalaskan." Ucap Menik sambil menunduk.

Kevin mengangkat dagu Menik dengan tangannya.

" Saya memberikan semua itu ikhlas, dan tidak ada niat untuk memanfaatkan keadaan. Terimalah, dan jangan kembalikan lagi." Ucap Kevin pelan.

Menik menatap tajam wajah pria di depannya dengan tatapan serba salah.

" Baiklah saya terima itu kembali dan terimakasih atas kebaikan bapak selama ini." Ucap Menik sambil berjalan mengambil barang-barang yang diletakkannya di meja kerja bosnya.

" Permisi." Ucap Menik pelan sambil membawa barang tersebut dengan tangannya.

" Nik." Ucap Kevin sambil menahan tangan office girl itu.

Menik berhenti dan menoleh kearah Kevin.

" Saya tidak bermaksud menjauhi kamu, rasa cinta ini masih tetap ada di dalam hati. Apapun pemikiran kamu tentang saya semua adalah salah." Ucap Kevin pelan.

" Jika bapak ingin meyakinkan saya, maaf pak tidak bisa." Ucap Menik cepat.

" Jadi bagaimana saya harus menyakinkan kamu." Ucap Kevin dengan intonasi tinggi.

" Tidak perlu meyakinkan apapun untuk saya. Karena rasa itu akan pudar beriringnya waktu." Ucap Menik.

Menik melepaskan tangan Kevin dari lengannya.

" Terserah kamu mau mengatakan apa tentang saya. Yang jelas saya masih mencintai kamu." Ucap Kevin sedikit berteriak karena Menik sudah berlalu meninggalkannya.

Di dalam pantry Menik diam membisu sambil memandangi pemberian Kevin. Dia mengingat momen semua pada saat bosnya memberikan barang-barang berharga itu.

Di ruangan Kevin duduk sambil mengacak-acak rambutnya. Dia stress harus melakukan apa tentang hubungannya, sedangkan dia dan Jasmani belum ada ikatan. Ingin rasanya dia mengakhiri semuanya dengan mengatakan sejujurnya kepada mamanya.

Kevin menengadahkan kepalanya melihat langit-langit ruangan, lama-lama matanya terpejam sambil membayangkan saat dia mencium bibir Menik.

Tak terasa detik jam terus bergerak yang menandakan pergantian waktu. Tiba waktunya karyawan yang bekerja di perusahaan itu beristirahat. Melepaskan kepenatan sejenak dengan beristirahat dan ngobrol dengan teman membuat karyawan melupakan rasa lelah mereka.

Banyak karyawan yang makan di kantin perusahaan dan ada juga sebagian yang makan di luar. Seperti halnya Koko dia lebih sering membeli makanan di kantin dan membawanya ke pantry. Dia merasa harus memberikan perhatian untuk office girl itu.

" Halo Nik." Ucap Koko mengagetkan Menik yang duduk melamun.

" Eh halo." Jawab Menik gugup.

" Sudah jam istirahat ya." Tanya Menik sambil melihat jam dinding yang ada di ruangan itu.

" Makanya jangan kebanyakan melamun." Ucap Koko.

Menik mengambil kotak makan siangnya. Dan membukanya untuk Koko.

" Kamu bawa apa." Tanya Koko.

" Ayam rica-rica." Jawab Menik.

" Wah enak tu." Ucap Koko.

" Kamu mau? Ambil saja kalau kamu suka." Ucap Menik menyodorkan kotak makan siangnya kehadapan Koko.

Dari pintu ada yang melihat keakraban antara Menik dan Koko. Dengan langkah yang berat Kevin kembali keruangannya. Dia membanting pintu ruangannya.

" Untuk apa dia memberikan makan siangnya sama si Koko." Gerutu Kevin.

Kevin kembali keluar dari ruangan dan berjalan menuju pantry. Dua manusia yang ada di dalam pantry itu tidak menyadari kalau bosnya sudah berdiri di belakang mereka.

" Ehem." Ucap Kevin.

Menik dan Koko membalikkan badannya melihat kebelakang. Pria gemulai itu langsung berdiri.

" Maaf pak, saya hanya menemani Menik makan siang." Ucap Koko gugup.

" Belikan saya nasi di kantin." Ucap Kevin cepat.

" Baik pak, pakai lauk apa." Tanya Koko.

" Nasi putih saja." Jawab Kevin.

Kemudian Koko menjulurkan tangannya kehadapan Kevin.

" Untuk apa tangan kamu." Tanya Kevin.

" Uangnya pak, saya belum tarik." Jawab Koko.

Kevin mengambil dompetnya di saku belakang celana, dan mencari beberapa lembar uang kertas tapi tidak ada mata uang negaranya yang ada mata uang asing. Dia menyerahkan uang itu kepada Koko.

Pria gemulai itu membelalakkan matanya sambil melihat uang kertas itu.

" Pak ini kebanyakan, nanti pihak kantin mengembalikan pakai apa." Ucap Koko.

" Tidak usah di kembalikan." Ucap Kevin cepat.

Koko hendak pergi, kemudian langkahnya terhenti.

" Koci tunggu." Ucap Menik.

Koko berhenti sambil menghentakkan kakinya. Dia tidak suka kalau julukan yang di berikan Menik di sebutkan di depan orang lain, apalagi itu bosnya, karena dia tidak mau masa lalunya di ketahui orang lain selain Menik.

" Pakai saja uangku." Ucap Menik sambil menyerahkan uangnya kepada Koci. Pria gemulai itu menerima uang itu sambil cemberut.

" Kamu Koci." Tanya Kevin.

" Enggak Pak." Elak Koko.

Kevin tidak menghiraukan ucapan pria gemulai itu.

" Apa arti Koci." Tanya Kevin.

" Koko dan Ci..." Menik belum menyelesaikan ucapannya karena mulutnya sudah di sumpel Koko dengan ayam rica-rica.

" Dasar Koci." Ejek Menik.

Koko merapatkan giginya dengan memberikan isyarat kepada office girl itu, untuk menutup mulutnya.

" Udah sana pergi." Ucap Kevin.

Koko pergi sambil berlari, dia tidak mau melewatkan momen ketika Menik dan Kevin berduaan.

Menik kembali duduk dan Kevin langsung ikut duduk di sebelah office girl itu. Dia terus memandangi wajah office girl dari samping.

" Jangan pandang wajah saya." Ucap Menik.

" Kenapa." Tanya Kevin.

" Berat, cukup Dilan saja yang melakukannya." Ucap Menik santai sambil menikmati makanannya.

Kevin mengerutkan dahinya, dia tidak mengerti maksud ucapan wanita di sebelahnya.

" Bantu author dengan like, komen dan vote ya. Jangan hanya minta lanjut tapi tidak vote. Dengan vote kalian memberikan apresiasi atas karya author, dengan vote juga author jadi tambah semangat updatenya. Terimakasih."