Chapter 330 episode 329 (S2)

Ruangan Zira telah di sulap menjadi taman bunga, bukan bunga seperti kebanyakan di taman, tapi bunga kuburan yang menghiasi ruangan itu.

Dengan berat hati Ziko memerintahkan sebagian karyawan Zira untuk membersihkan ruangan itu, dia merasa seram jika bunga itu menemani dia dan istrinya di ruangan itu.

" Dasar si Kevin, bisa-bisanya dia meletakkan bunga di ruangan ini. Mau di hajar malah kabur dianya." Gerutu Ziko.

" Iya benar juga, kenapa tidak sekalian makam juga di pindahkan kesini." Zira ikut kesal dengan tingkah asisten suaminya. Awalnya dia suka dengan kejutan itu, balon dan bunga memenuhi ruangan barunya, tapi setelah mendengar kejujuran dari Kevin, dia jadi kesal dengan pria itu.

Seharusnya dia bisa mulai bekerja tapi semuanya jadi tertunda karena ruangannya harus di bersihkan. Zira dan Ziko tidak ingin ada aroma bunga itu lagi di dalam ruangan. Mereka berdua merasa takut dengan aroma dari bunga itu.

" Sayang kalau gara-gara bunga ini aku kesurupan bagaimana." Ucap Zira sambil memegang lengan suaminya. Ziko langsung menoleh kearah istrinya dengan tatapan takut.

" Sayang, jangan buat lelucon aneh. Di rumah cuma hanya ada aku dan kamu. Kalau seandainya kamu kesurupan aku mau panggil siapa, Ibu Ningsih?"

Zira menganggukkan kepalanya.

" Ibu Ningsih sibuk tau, apa aku panggil Feridianto aja." Ucap Ziko

" Memangnya Feridianto siapa?" Zira penasaran sambil menatap suaminya.

" Itu loh yang bisa hipnotis." Ucap Ziko.

" Apa hubungannya ahli hipnotis sama mengeluarkan arwah." Zira tambah bingung dengan ide suaminya.

" Kalau ada ahli hipnotis nanti jika kamu kesurupan dia akan menghipnotis arwah itu untuk kembali ke alamnya." Ucap Ziko.

Zira manggut-manggut paham.

" Bagus juga ide kamu sayang. Kenapa tidak sekalian saja suruh ahli hipnotis itu menghipnotis si arwah agar merubah penampilannya." Ucap Zira.

" Memangnya bisa hantu dirubah penampilannya." Tanya Ziko lagi.

" Bisalah, soalnya gaya pakaiannya sudah ketinggalan jaman." Ucap Zira asal.

" Ah kamu ngada-ngada, terus kamu mau jadi desainer mereka." Tanya Ziko lagi.

" Ogah, seram tau." Ucap Zira menolak.

Salah satu karyawan Zira datang mendekati mereka berdua yang sedang duduk di sofa.

" Mbak Zira ruangan sudah bersih." Ucap seorang karyawan.

" Terimakasih." Jawab Zira.

" Bunganya kamu bawa kemana." Tanya Ziko sama karyawan tadi.

" Di buang tuan." Jawab karyawan itu.

" Jangan di buang tapi aku mau kamu membuat sesuatu dari bahan bunga itu." Ucap Ziko cepat.

Ziko berbicara cukup serius dengan karyawan tadi, dari tatapan si karyawan dia terlihat bingung dan ingin menolak permintaan suami bosnya, tapi dia tetap menganggukkan kepalanya menuruti perintah Ziko.

Zira dan Ziko masuk ke dalam ruangan itu.

" Aromanya masih bau bunga kuburan." Ucap Ziko.

" Iyalah, kalau bau masakan sana di rumah makan." Ucap Zira.

" Iya sayang." Ziko mengibaskan kertas ke atas ruangan itu.

" Kamu kenapa sayang." Tanya Zira.

" Biar aromanya hilang, aku kalau mencium aroma ini seperti di kuburan, terus kliennya para arwah kan seram." Ucap Ziko membayangkan yang enggak-enggak.

" Enggak usah ngomong yang aneh-aneh. Nanti kalau datang benaran bisa gawat." Ucap Zira menakuti.

" Iya juga." Ziko duduk di sofa sambil menutupi hidungnya. Dan istrinya duduk di kursi kerjanya.

" Lah aku mau mengerjakan apa, laptopku masih di kantor." Gerutu Ziko.

" Kamu bantu aku saja." Zira sibuk dengan beberapa kertas di mejanya.

" Bantu ngapain, aku tidak bisa menggambar tapi kalau buat anak aku bisa." Ucap Ziko genit.

" Idih masih pagi ngomonginnya buat anak, untung tidak ada Kevin, kalau ada dia bisa bau ruangan ini." Ucap Zira

" Bau kenapa." Tanya Ziko.

" Bau kentut musimannya lah." Jawab Zira.

" Malah bagus sayang, di campur dengan aroma bunga kuburan ini pasti aromanya lebih sedap dari parfum laundry." Jawab Ziko.

" Iya kalau aroma bunganya mendominasi tapi kalau aromo kentutnya yang mendominasi bagaimana, udah jangan ngomong itu lagi aku jijik." Ucap Zira cepat. Dia masih membayangkan bau angin Kevin.

Ziko duduk-duduk santai sambil menggoyangkan kakinya, dia tidak tau harus melakukan apa.

" Sayang aku harus melakukan apa di sini." Ziko merasa bosan.

" Belajar masukkan benang dalam jarum mau." Tanya Zira.

" Untuk apa."

" Untuk menghilangkan kebosanan kamu sayang." Ucap Zira sambil sekilas melihat suaminya dan kemudian lanjut dengan pekerjaannya.

" Apa tidak ada yang lebih menantang." Ucap Ziko lagi.

Zira memikirkan sesuatu sambil memutar-mutar pensilnya.

" Ada yang lebih menantang." Ucap Zira semangat.

" Apa." Ziko penasaran.

" Bersihkan toilet." Ucap Zira sambil cekikikan.

" Enggak jorok. Nanti bisa-bisa aroma anginku bisa berubah jadi parfum toilet." Ucap Ziko menolak.

" Ya sudah kalau gitu kamu tidur saja di situ." Ucap Zira menunjuk sofa tempat suaminya duduk.

" Aku tidak bisa tidur kalau di tiduri mau." Ucap Ziko sambil mengedipkan matanya.

" Cukup jangan bicara seperti itu disini." Ucap Zira mengingatkan suaminya.

Ziko menutup kembali mulutnya. Dia tetap merasa bosan. Dia mengambil ponselnya.

" Halo Kevin." Ucap Ziko.

" Ya tuan." Jawab Kevin.

" Kamu sudah sampai kantor belum." Tanya Ziko sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.

" Saya baru sampai di kantor tuan, masih di dalam lift." Jawab Kevin.

" Jam berapa kamu ke sini." Tanya Ziko.

" Belum tau tuan, saya masih mengerjakan beberapa laporan yang tertunda." Jawab Kevin.

" Memangnya kenapa tuan." Tanya Kevin balik.

" Aku bosan di sini." Ucap Ziko sambil melirik suaminya.

" Apa tuan mau saya jemput biar bisa melakukan pekerjaan seperti biasanya." Ucap Kevin.

Ziko melirik istrinya. Dia sebenarnya bosan tapi dia berjanji untuk hari ini menemani istri di butik.

" Tidak usah, aku di sini saja."

" Apa mau saya bawakan laptop kesana." Tanya Kevin lagi.

" Tidak usah, tapi coba kamu kasih ide untukku cara menghilangkan kebosanan menunggu." Ucap Ziko pelan.

" Main game saja tuan." Ucap Kevin.

" Oh iya, kenapa aku tidak memikirkan hal itu." Ziko langsung menutup ponselnya.

" Bosan di sini." Ucap Zira menyindir suaminya.

" Enggak sayang, tadi awalnya bosan tapi aku sudah tau cara menghilangkannya yaitu main game dari ponsel ini." Ucap Ziko sambil menunjuk ponselnya.

Pintu lift terbuka, Kevin melangkahkan kakinya keluar dari lift, karyawan yang berpapasan dengannya menundukkan kepalanya bentuk rasa hormat dan segan terhadap dirinya sekaligus sapaan kepada orang nomor dua di perusahaan itu. Kevin hanya menganggukkan kepalanya untuk membalas sapaan dari karyawannya.

Sebelum masuk ke dalam ruangannya dia mencari sosok Menik. Dia bisa menyimpulkan kalau wanita itu ada di pantry berjibaku dengan pekerjaannya.

Kevin masuk ke dalam ruangan dan melihat suatu benda di atas meja kerjanya. Benda itu di bungkus dalam paper bag, Kevin pernah melihat paper bag itu. Dia langsung mengeluarkan isi di dalam paper bag itu.

Kevin terkejut, ada tas jinjing merek kremes, dompet merek cikgu, sepatu dan ponsel. Semua barang itu pernah di belinya dan diberikannya kepada Menik.

" Bantu author dengan like, komen dan vote ya. Jangan hanya minta lanjut tapi tidak vote. Dengan vote kalian memberikan apresiasi atas karya author, dengan vote juga author jadi tambah semangat updatenya. Terimakasih."