Chapter 325 episode 324 (S2)

Menik mengetuk pintu ruangan presiden direktur sambil membawa nampan.

" Masuk." Ucap Ziko cepat.

Menik membuka pintu secara perlahan dan meletakkan nampan di atas meja. Ziko dan Rudi sedang ngobrol di sofa. Ketika Menik meletakkan kopi untuk keduanya. Tidak sengaja tatapannya dan Rudi bertemu, keduanya kaget. Secara Rudi tidak mengetahui kalau Menik bekerja di perusahaan sepupunya, dan Menik tidak tau kalau tamu bosnya adalah mantannya.

" Menik." Ucap Rudi cepat.

Menik langsung berdiri.

" Permisi." Ucap Menik meninggalkan ruangan itu.

Ziko melihat keduanya, dia mencoba menghubungkan antara keduanya.

" Permisi Ko." Ucap Rudi sambil beranjak dari sofa.

Ziko menganggukkan kepalanya, dia sudah ingat kalau sepupunya pernah menjalin hubungan dengan pekerjanya.

Menik berjalan terburu-buru menuju pantry.

" Menik tunggu." Ucap Rudi sedikit berteriak.

Koko yang sedang fokus dengan pekerjaannya, melihat kejadian itu. Dia mencoba menerka-nerka apa hubungan antara sepupu bosnya dengan temannya.

Menik masih terus melangkahkan kakinya sampai dia berhenti, karena ada sosok Kevin di depan pintu pantry.

Menik membalikkan badannya melihat ke arah Rudi.

" Ada apa." Ucap Menik sambil melirik kearah Kevin.

" Apa kamu ada waktu sore ini." Tanya Rudi pelan.

Menik sebenarnya sudah malas berbicara dengan Rudi, tapi dia sedang memulai perang dengan Kevin dan alat perangnya adalah mantannya.

" Ada." Ucap Menik dengan suara sedikit kencang agar terdengar oleh Kevin.

Bukan hanya Kevin yang mendengar, Koko juga mendengar ucapan Menik.

" Bagaimana kalau pulang kerja aku jemput kamu." Ucap Rudi pelan.

" Ok, nanti tunggu saja aku di depan ya." Ucap Menik kencang.

Rudi sambil memundurkan kepalanya karena suara Menik sangat kencang.

" Terimakasih Menik." Ucap Rudi pelan.

" Sama-sama Rudi." Ucap Menik dengan suara yang masih kencang.

Rudi kembali ke ruangan sepupunya. Dan Menik kembali masuk ke dalam pantry sambil melewati Kevin.

" Nik, kamu mau pulang bareng dia." Tanya Kevin.

Menik tidak menjawab, dia hanya sibuk mencuci nampan yang baru selesai di gunakannya.

" Nik, jawab saya. Kamu mau pulang bareng Rudi." Ucap Kevin sambil menatap wajah Menik.

" Bukan urusan bapak." Ucap Menik ketus.

" Nik, jelas itu urusan saya karena saya..." Kevin berhenti dengan kalimatnya.

" Karena saya apa? Kenapa tidak di lanjutkan." Ucap Menik ketus.

" Nik, saya mengaku salah. Tapi apa yang kamu pikirkan tentang saya semuanya salah." Ucap Kevin memelas.

Menik menoleh dan menatap tajam wajah pria yang di cintainya.

" Jelaskan pada saya, kalau apa yang ada dalam pikiran saya semuanya salah." Ucap Menik cepat.

Kevin diam, menurutnya belum waktunya dia mengatakan hal yang sebenarnya, bukan karena takut. Tapi status hubungannya dengan Jasmin belum jelas.

" Ayo." Ucap Menik cepat.

" Belum waktunya saya mengatakan kepada kamu, tapi asalkan kamu ketahui kalau saya sangat mencintaimu." Ucap Kevin pelan.

" Pergi bapak dari sini. Jangan pernah mengatakan cinta lagi di hadapan saya." Ucap Menik marah.

" Cintamu palsu." Ucap Menik teriak.

Waktu sudah menunjukkan jam istirahat. Banyak karyawan yang wara wiri keluar dari ruangan.

Kevin langsung meninggalkan pantry. Hanya Menik sendirian di ruangan itu. Di dalam ruangannya Kevin terlihat kesal dan marah. Dia tidak tau mau marah sama siapa. Yang jelas dia merasa cemburu dan tidak rela jika Menik kembali dengan mantannya.

Koko pergi ke kantin, dia lebih memilih makanannya di bungkus. Dia merasa penasaran dengan sikap Menik.

Office girl itu terlihat diam membisu di pantry. Dia tidak menyadari kehadiran Koko di sebelahnya.

" Menik ini makanan untuk kamu." Ucap Koko sambil menyerahkan satu bungkus nasi di hadapan Menik.

" Terimakasih, aku masih kenyang." Ucap Menik bohong.

" Menik ini sudah siang, makanlah." Ucap Koko pelan.

Menik hanya melihat bungkus nasi di depannya, dia tidak semangat untuk menyentuh makanan itu.

" Kamu bisa ceritakan kepadaku, agar beban yang kamu rasakan lebih ringan." Ucap Koko sambil mulai menikmati makan siangnya.

Menik hanya melihat Koko sekilas, kemudian dia menundukkan kepalanya.

" Kamu benar." Ucap Menik pelan.

" Benar apanya." Tanya Koko.

" Sebelumnya kamu pernah berkata kepadaku untuk mengutarakan perasaanku kepada Pak Kevin, tapi aku menundanya sampai kepulangannya ke tanah air." Ucap Menik pelan.

Koko mendengar perkataan Menik dengan cermat.

" Dia sudah berubah Ko." Ucap Menik dengan mata berkaca-kaca.

" Dia tidak seperti sebelumnya, dia bukan pria yang mencintaiku, dirinya seperti orang asing." Air mata Menik menggantung.

" Keluarkan saja air matamu jika itu membuatmu lega." Ucap Koko pelan sambil melihat Menik lembut.

Menik berusaha untuk menahan air matanya untuk tidak menetes, tapi bulir air matanya mengalir dengan sendirinya.

" Stop air mata, jangan keluar. Aku sudah biasa dengan hal ini." Gerutu Menik sambil mengusap air matanya.

Koko masih membiarkan wanita di depannya mengeluarkan semua keluh kesahnya. Menurutnya dengan berbicara dengan seseorang beban itu sedikit berkurang.

" Nik, apa kamu yakin perubahan dalam dirinya." Tanya Koko pelan.

" Iya aku yakin." Ucap Menik sedikit emosi.

" Dari mana kamu yakin." Tanya Koko cepat.

" Kamu tau, dia tidak pernah memarahiku sedikitpun tapi hanya karena aku ingin membawa nampan dia membentakku. Dia bukan Kevin yang dulu pernah mengutarakan rasa cintanya kepadaku, dia orang asing." Gerutu Menik.

Koko mencoba memikirkan sesuatu dan menghubungkan semuanya. Selama dia dan Menik bekerja di situ, jika ada tamu Ziko pasti yang mengantarkan minuman selalu office girl itu, tapi tadi merupakan hal yang janggal menurutnya.

" Nik, apa kamu kenal dengan sepupu tuan muda." Tanya Koko.

Menik menganggukkan kepalanya.

" Maaf Nik, bukannya aku mau ikut campur dengan masalah kamu, kalau boleh aku tau, kapan kamu kenal dengan sepupu tuan muda." Tanya Koko.

" Dia mantanku." Ucap Menik pelan.

Koko sedikit kaget.

" Apa pak Kevin paham mengenai ini." Tanya Koko lagi.

Menik menganggukkan kepalanya lagi.

" Ah aku tau sebabnya kenapa pak Kevin marah kepadamu." Ucap Koko sambil tersenyum.

" Apa." Tanya Menik sambil mengangkat kepalanya.

" Dia cemburu." Ucap Koko cepat.

Menik menggelengkan kepalanya cepat.

" Iya Nik, dia itu cemburu kamu dekat dengan sepupu tuan muda. Buktinya tadi pak Kevin jutek melihat kamu bicara dengan mantanmu." Ucap Koko cepat.

Menik mencoba menelaah ucapan temannya.

" Nik, apa kamu tadi sengaja bicara dengan mantanmu dengan suara yang cukup kencang." Tanya Koko pelan.

Menik menganggukkan kepalanya.

" Kamu pasti ingin membuat pak Kevin cemburukan." Tanya Koko lagi.

Lagi-lagi Menik menganggukkan kepalanya.

" Bagaimana sikap pak Kevin melihat kamu dekat kembali dengan mantanmu."

" Dia marah dan kesal." Ucap Menik pelan.

" Nah, berarti pak Kevin masih cinta sama kamu." Ucap Koko menyemangati Menik.

" Tapi sikap dia berubah, dia seperti menghindariku." Ucap Menik pelan.

" Mungkin dia ada masalah yang lain, sehingga membuat suasana hatinya tidak menentu." Ucap Koko mencoba menerka-nerka.

" Mungkin kamu benar, tapi genderang perang sudah aku tabuhkan." Ucap Menik mantap.

" Kenapa Nik, bukannya kamu masih mencintainya." Tanya Koko bingung.

" Maaf Ko, apapun masalahnya tidak seharusnya dia menjauhi aku. Apa salahnya dia bicara kepadaku. Bukan cara seperti ini." Gerutu Menik.

" Aku memang tidak tau masalah yang di hadapi pak bos. Jika dia berkata jujur kepadamu tentang masalahnya. Apa kamu mau menerimanya kembali." Tanya Koko lagi.

" Tergantung masalahnya seperti apa. Kalau masalahnya dia sudah punya kekasih lain, dengan terpaksa aku harus menjauh. Lagian hubungan kami gelap." Ucap Menik cepat.

Koko merasa hubungan percintaan sangat sulit di pahami. Kadang senang kadang sedih. Dan sekarang terbukti tidak semua orang memahami arti cinta sebenarnya.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."