Chapter 324 episode 323 (S2)

Kevin berada di ruangan bosnya. Dia masih saja menundukkan kepalanya sambil duduk di sofa.

" Kamu kenapa." Tanya Ziko.

" Tidak ada apa-apa tuan." Ucap Kevin pelan.

" Jangan bohong, aku sudah mengenalmu lama, pasti ada yang kamu sembunyikan." Ucap Ziko cepat.

" Tidak tuan, mungkin badan saya masih terlalu letih." Ucap Kevin asal agar terhindar pertanyaan dari bosnya.

Ziko menatap tajam wajah asistennya.

" Bisa juga kamu letih." Ucap Ziko.

" Saya juga manusia tuan, mungkin kalau saya pasukan Avengers rasa letih seperti ini tidak akan pernah di rasakan." Ucap Kevin cepat.

Ziko manggut-manggut.

" Kalau kamu belum mau menceritakan masalahmu kepadaku tidak masalah. Tapi saranku apapun masalah yang kamu hadapi selesaikan secepatnya jangan sampai masalah itu meledak seperti bom waktu." Ucap Ziko.

Kevin mendengarkan nasehat bosnya, apa yang dikatakan Ziko semua benar, setiap masalah harus di selesaikan secepatnya agar tidak berkepanjangan dan tidak banyak yang tersakiti.

" Baiklah tinggalkan masalahmu, istriku sudah menghubungi modelnya, dan rencana Zira akan membuat Menik cemburu akan berlanjut di kapal pesiar."

Kevin diam, dia berbicara melalui batinnya.

Tuan tidak perlu anda membuat rencana itu, karena saya sudah tau perasaan Menik kepada saya.

" Kenapa kamu diam." Tanya Ziko.

" Tidak tuan, apa rencana itu harus kita lakukan." Ucap Kevin ragu.

" Kenapa? Bukannya kamu sudah setuju dengan rencana istriku." Ucap Ziko.

" Iya tuan, tapi."

" Enggak ada pakai tapi, ikuti saja arahan dari istriku. Dan semoga si Menik cemburu, dan jika dia sudah cemburu, kamu langsung tembak dia." Ucap Ziko semangat.

" Mati dong." Ucap Kevin cepat.

" Ah itu hanya ungkapan saja, pasti kamu tau harus melakukan apa setelah rencana istriku berhasil." Ucap Ziko semangat.

Tuan sia-sia saja anda dan nona Zira menyewa model untuk membuat Menik cemburu, sebelum rencana itu terjadi saya harus mengatakan sejujurnya kepada Menik.

" Baik tuan." Ucap Kevin.

" Tapi kenapa tuan terlihat semangat sekali untuk acara nanti." Tanya Kevin.

" Jelas aku semangat, sudah sekian lama toleku merana, sebentar lagi dia akan masuk ke dalam gawang." Ucap Ziko cepat.

Kevin memicingkan matanya.

" Maaf tole itu apa ya." Kevin bingung dengan istilah yang di sebutkan bosnya.

Ziko menggaruk rambutnya.

" Ubi kayu tau." Tanya Ziko.

" Tau tuan." Ucap Kevin cepat.

" Nah itu dia." Ucap Ziko cepat.

" Ubi kayu sama tole, bukannya sesuatu yang berbeda tuan." Tanya Kevin lagi bingung.

Kevin sudah melupakan istilah-istilah yang sering di sebutkan Zira.

" Ah kamu kelamaan kawin, makanya buruan." Ucap Ziko cepat.

" Oh ubi yang itu? Saya pikir ubi kayu yang untuk di buat tape." Ucap Kevin mulai nyambung.

" Lah iya yang itu, makanya cepatan sadar dari kesendirian." Ucap Ziko.

" Baik tuan, kalau seandainya jodoh saya bukan Menik bagaimana tuan." Tanya Kevin balik.

" Kamu kok nanya ke aku, seharusnya pertanyaan itu kamu sendiri yang jawab." Ucap Ziko balik melempar pertanyaan balik kepada asistennya.

" Enggak tau saya tuan, tidak bisa mikir." Ucap Kevin sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.

" Kalau bukan jodoh mau bagaimana lagi, setidaknya cinta itu harus di perjuangkan, seperti cintaku dan mulut micinku." Ucap Ziko membayangkan perjuangan cintanya untuk mendapatkan kepercayaan dari istrinya.

Mendengar kata memperjuangkan cinta, Kevin mengurungkan niatnya untuk berkata jujur kepada Menik, dia masih harus banyak berjuang.

" Vin, jangan lupa seminggu lagi kita akan trip naik kapal pesiar, kamu cek kapal pesiar apa yang trip seminggu lagi." Perintah Ziko.

" Baik tuan."

Pintu ruangan Ziko di ketuk.

" Masuk." Ucap Ziko.

" Tuan ada tamu." Ucap Koko cepat.

" Siapa?"

" Katanya sepupu anda Rudi." Ucap Koko cepat.

Kevin langsung menoleh dengan cepat ke arah pria gemulai itu.

" Oh iya aku hampir lupa, suruh dia masuk." Ucap Ziko cepat.

" Baik tuan." Koko pergi meninggalkan ruangan presiden direktur dan kembali ke mejanya, untuk menghubungi kembali resepsionis.

Kevin masih duduk di sofa.

" Kamu ngapain? Cepat kerjakan yang aku perintahkan tadi." Ucap Ziko cepat.

Kevin ingin selalu berada di ruangan itu, dia merasa cemburu mendengar Rudi di sebutkan di ruangan itu.

Ziko sepertinya melupakan sesuatu tentang hubungan sepupunya dengan Menik.

Dengan langkah gontai Kevin melangkahkan kakinya beberapa langkah, kemudian dia berhenti.

" Vin, bilang sama office girl itu siapkan kopi dua." Ucap Ziko.

" Baik tuan." Ucap Kevin cepat.

Kevin keluar dari ruangan itu, dari jauh dia sudah melihat sosok bayangan yang menjadi rivalnya.

" Selamat siang asisten Kevin." Ucap Rudi ramah.

Kevin hanya menganggukkan kepalanya cepat. Dia berjalan menuju pantry, di pantry Menik sedang merebahkan kepalanya di atas meja.

" Uhuk-uhuk." Kevin pura-pura batuk.

Menik langsung berdiri ketika mendengar suara orang lain di dalam ruangan itu.

" Eh Bapak." Ucap Menik sambil berdiri.

" Tuan muda minta di buatkan kopi dua." Ucap Kevin cepat.

" Baik." Ucap Menik langsung sigap membuat kopi.

Kevin memperhatikan tubuh Menik dari belakang. Ingin rasanya dia memeluk tubuh wanita itu. Rasa rindunya sudah sangat teramat dalam kepada sosok wanita di hadapannya.

Menik sudah meletakkan kopi itu di atas gelas dan nampan.

" Biar saya yang bawa." Ucap Kevin cepat.

" Kenapa Pak? Ini kan tugas saya." Ucap Menik cepat.

" Pokoknya biar saya yang mengantarkan kopi ini ke ruangan bos besar." Ucap Kevin tegas.

" Bapak kenapa sih? Pak ini tugas saya, kalau sampai Bapak membawa nampan ini ke dalam, bos besar dan tamunya pasti akan curiga." Ucap Menik cepat.

" Curiga apanya." Tanya Kevin cepat.

" Mereka pasti berpikiran kalau bapak sudah beralih profesi jadi official boy, atau malah mereka tambah berfikir kalau kita sedang menjalin kasih, karena bapak mau membantu saya." Ucap Menik cepat.

" Itu perasaan kamu saja." Ucap Kevin sambil memegang nampan dengan wajah datar.

Menik melihat wajah datar pria di depannya.

" Bapak kenapa? Apa ada masalah." Tanya Menik lagi.

Kevin mencoba mengalihkan pandangannya agar tidak di lihat oleh Menik.

" Saya akan membawa ini ke ruangan bos Ziko." Ucap Kevin cepat.

" Pak ini tugas saya, jangan sampai karyawan melihat ini berpikir negatif tentang saya." Ucap Menik khawatir.

Karena sebelumnya tentang hubungan mereka di kantor sudah menjadi bahan cerita karyawan, dan dia tidak mau jika karyawan berpikiran jelek lagi tentangnya.

" Pokoknya saya bilang tidak ya tidak." Ucap Kevin emosi.

Menik kaget dia memegang dadanya, selama dia bekerja dan dekat dengan pria di depannya ini kali kedua dia dibentak Kevin, yang pertama ketika dia merusak mobil dan menyiram wajah Kevin dengan air dan yang kedua ini.

" Kenapa Bapak marah sama saya? Apa salah saya? Apa Bapak tidak mempunyai perasaan lagi untuk saya." Menik mengajukan beberapa pertanyaan kepada Kevin.

Kevin tidak menjawab dia hanya diam. Menik langsung menyambar nampan yang ada di atas meja.

" Menik tunggu." Ucap Kevin sambil menahan lengan Menik.

" Lepaskan tangan Bapak dari lengan saya. Tidak perlu bapak jelaskan apapun kepada saya, semua sudah bisa terbaca." Ucap Menik ketus.

" Maksud kamu apa." Tanya Kevin bingung.

" Bapak tidak usah pura-pura tidak tau, saya wanita sikap Bapak itu berubah 180 derajat. Beda sekali sebelumnya, sekarang setelah kembali dari luar negeri perubahan itu semakin jelas." Ucap Menik cepat.

" Menik kamu salah." Ucap Kevin cepat.

Menik meletakkan kembali nampan itu di atas meja.

" Ya saya salah, karena telah percaya bujuk rayu anda dan cinta palsu anda." Ucap Menik cepat.

" Nik, ini bukan seperti yang kamu pikirkan." Ucap Kevin pelan.

Menik menatap tajam wajah pria di depannya.

" Walaupun anda tidak mengatakan secara langsung tapi saya bisa membacanya, dan tadi di ruangan anda, saya ingin mengatakan kalau saya bersedia menikah dengan anda. Tapi sepertinya kata-kata itu akan saya kubur dalam-dalam." Ucap Menik tegas.

Kevin diam, raut wajah dan sikapnya bisa terbaca oleh Menik.

" Oh iya Bapak yang terhormat, saya bukan wanita yang cengeng, jangan anda pikir air mata saya akan menetes untuk anda. Tapi perlu anda ketahui perang baru di mulai." Ucap Menik tegas sambil berlalu membawa nampan meninggalkan Kevin sendirian di dalam pantry.

Kevin terdiam, dia merasa bersalah. Ancaman Menik membuatnya tambah merasa bersalah.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."