Chapter 314 episode 313 (S2)

Kevin langsung menoleh mencari seseorang yang memanggil namanya. Wanita yang memakai seragam berwarna putih itu mendekatinya.

" Kamu Jasmin." Tanya Kevin ragu.

Wanita itu langsung menganggukkan kepalanya cepat.

" Ya aku Jasmin. Teman kamu kecil." Jawab Jasmin.

Penampilan Jasmin terlihat berbeda dari enam tahun yang lalu. Enam tahun yang lalu wanita itu masih terlihat muda, dan yang sekarang terlihat lebih dewasa dan cantik.

" Jasmin apa kamu sudah mendapatkan gelar dokter seperti yang kamu impikan." Tanya Kevin pelan.

" Ya, aku sudah menyelesaikan kuliahku empat tahun yang lalu. Dan sekarang aku telah menjadi dokter." Jawab Jasmin cepat.

" Apa kamu baru tiba dari tanah air." Jasmin melihat penampilan Kevin yang terlihat kacau, dan di tangannya masih ada koper.

" Iya, aku baru tiba, aku mencari keberadaan orang tuaku." Ucap Kevin pelan.

" Apa kamu tau di mana alamat rumah orang tuaku." Tanya Kevin langsung.

Jasmin langsung menganggukkan kepalanya.

" Jadwalku tinggal 30 menit lagi. Kamu tunggu di bawah, aku akan mengantarmu setelah pekerjaanku selesai." Ucap Jasmin.

Jasmin meninggalkan Kevin yang masih terpaku, wanita yang dulu di tolaknya tetap baik kepadanya.

Kevin menunggu Jasmin di loby rumah sakit. Dia menunggu sambil melihat layar ponselnya. Ada pesan masuk dari Menik. Dia ingin membalas pesan dari wanita pujaannya, tapi tiba-tiba Jasmin sudah berdiri di depannya.

" Ayo." Ajak Jasmin.

Kevin menutup ponselnya, dan mengikuti

Jasmin. Mereka berjalan menuju parkiran tempat mobilnya di parkirkan.

Jasmin langsung menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan area rumah sakit.

Suasana di dalam mobil hening, Kevin belum berani memulai percakapannya.

" Apa yang kamu lakukan tadi di rumah sakit." Tanya Jasmin.

Kevin menceritakan dari awal dia tiba di London, sampai dia ke rumah sakit di ceritakannya.

" Aku pikir kamu sakit, makanya aku langsung menanyakan pasien yang bernama Jasmin." Ucap Kevin cepat.

Jasmin tertawa mendengar itu.

" Pelayan kamu juga tidak menjelaskan kalau kamu bekerja di rumah sakit, wajar kalau aku berpikiran kalau kamu sakit." Gerutu Kevin.

" Apa kamu ketemu dengan pasien yang bernama Jasmin." Tanya wanita itu sambil tetap menyetir mobilnya.

" Aku ketemu dengan pasien itu tapi dia masih anak-anak." Ucap Kevin pelan.

Jasmin kembali tertawa lagi.

" Jasmin, maafkan atas sikapku yang dulu." Ucap Kevin pelan sambil melihat wanita yang sedang menyetir mobil.

" Tidak apa-apa, aku memakluminya. Memang perjodohan kita sudah di tetapkan dari kita kecil. Aku juga kurang setuju dengan perjodohan." Ucap Jasmin pelan.

" Apa kamu sudah menikah." Tanya Jasmin.

" Belum." Ucap Kevin pelan.

" Kenapa? Apa kamu mau menjemputku untuk menjadikan aku sebagai istrimu." Ucap Jasmin serius.

Kevin langsung diam, dia tidak menjawab hanya memandang lurus kedepan.

" Hahaha, aku hanya bercanda Kevin." Timpal Jasmin sambil tertawa kecil.

Kevin kembali tersenyum, yang tadinya dia kaku karena mendapatkan pertanyaan telak dari Jasmin, sekarang dia sudah bisa kembali tersenyum.

Mobil berhenti di sebuah rumah, yang tidak terlalu besar.

" Turunlah." Ajak Jasmin sambil mematikan mesin mobil.

" Apa ini rumah orang tuaku." Tanya Kevin.

Jasmin menganggukkan kepalanya cepat.

" Ayo." Ajak Jasmin cepat.

Kevin merasa rumah yang di tempati orang tuanya sangat jauh dari tempat tinggal mereka dulu. Rumah itu sangat kecil, dibandingkan tempat tinggal mereka yang lama.

" Apa yang terjadi dengan kedua orangtuaku." Tanya Kevin sambil menarik tangan Jasmin. Dia ingin mendengarkan penjelasan dari wanita itu sebelum mereka masuk ke dalam rumah itu.

" Aku tidak ada hak untuk bercerita, kamu tanyakan saja kepada orang tua kamu." Jawab Jasmin sambil berlalu meninggalkan Kevin yang masih diam mematung.

Jasmin mengetuk pintu rumah itu. Seorang gadis membuka pintu itu.

" Kak Jasmin." Ucap gadis itu ceria.

Jasmin tersenyum dan melihat kebelakangnya ke arah Kevin.

Gadis itu melihat arah pandangan Jasmin, dia membulatkan matanya.

" Kak Kevin." Ucap gadis itu sambil berlari memeluk kakaknya.

Gadis itu menangis sambil memeluk erat tubuh Kevin. Kevin berusaha menenangkannya.

" Kamu sudah besar sekarang." Ucap Kevin sambil mengelus rambut adiknya.

" Kakak aku rindu." Ucap adiknya sambil menangis.

" Mari masuk kak." Ajak adiknya.

Kevin ragu untuk melangkahkan kakinya.

" Ayo kak." Ajak adiknya sambil menarik tangan Kevin.

Kevin masuk ke dalam rumah itu. Dia melihat sekeliling rumah itu, furniture rumah mereka terlihat biasa saja. Berbeda dengan rumah mereka yang dulu, furniture yang dulu sangat berkelas.

" Apa yang terjadi dengan kalian." Tanya Kevin sambil terus berjalan mengikuti adiknya.

" Mana mama." Tanya Kevin.

" Mama lagi ke toko roti sebentar lagi pulang." Jawab adiknya.

" Dan Papa." Tanya Kevin lagi.

Adiknya Jesy tidak menjawab, dia hanya menunjuk sebuah kamar dengan jari telunjuknya.

" Apa papa ada di dalam." Tanya Kevin.

Jesy menganggukkan kepalanya pelan sambil menundukkan kepalanya.

" Masuklah." Ucap adiknya.

" Tapi." Kevin terlihat ragu untuk membuka pintu itu.

" Masuk Kevin." Ucap Jasmin sambil membukakan pintu itu secara perlahan. Kemudian dia mendorong tubuh Kevin. Ruangan itu adalah sebuah kamar ada kasur dan sebuah meja rias. Dan ada satu kursi yang menghadap ke arah jendela. Dia melangkahkan kakinya untuk mendekati kursi itu.

Kevin kaget melihat keadaan papanya yang sudah tidak gagah lagi. Tangan dan kaki papanya sudah tidak bisa bergerak lagi. Bibirnya miring, anggota tubuhnya kaku.

" Papa." Ucap Kevin sambil bersimpuh di bawah kaki orang tuanya.

Jasmin dan Jesy menangis melihat kejadian itu.

" Maafkan aku papa." Ucap Kevin dengan isak air mata.

Papanya tidak menjawab, dia hanya membalas dengan air mata, yang mengalir dari ujung matanya.

" Apa yang terjadi dengan papa." Tanya Kevin.

Jesy hanya diam tidak menjawab pertanyaan kakaknya. Tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar itu.

" Ada apa Jesy." Tanya wanita itu sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar itu.

Wanita paruh baya itu melihat sosok pria yang selama ini selalu di rindunya. Dan pria itu sedang bersimpuh di bawah kaki suaminya.

" Anakku Kevin." Ucap wanita paruh baya itu sambil memeluk anaknya.

" Mama." Jawab Kevin.

Mereka melepaskan rasa rindu yang sudah amat sangat di pendam.

" Apa yang terjadi dengan kalian Ma." Tanya Kevin.

Mamanya hanya meneteskan air matanya sambil mengelus rambut suaminya.

" Kamu sudah makan nak." Jawab Mamanya mengelak pertanyaan anaknya.

" Ma, jawab aku." Tanya Kevin cepat.

" Jasmin silahkan periksa om Hendrik." Ucap mamanya sambil keluar meninggalkan kamar itu.

" Baik tante." Jawab Jasmin.

Kevin memperhatikan Jasmin memeriksa papanya.

" Papa kamu butuh istirahat." Ucap Jasmin cepat.

Langkah kaki Kevin terasa berat untuk meninggalkan papanya. Tapi yang di katakan Jasmin benar, papanya membutuhkan banyak istirahat.

Kevin dan Jesy memindahkan tubuh papanya ke atas kasur.

" Papa istirahat dulu di sini." Ucap Kevin sambil mengelus lengan papanya.

Kevin meninggalkan kamar itu bersama dengan adiknya dan Jasmin. Di meja makan mamanya sedang menghidangkan roti dan teh hangat untuk anaknya.

" Minumlah nak." Ucap mamanya sambil menyodorkan gelas yang berisi teh.

" Tante aku harus pulang." Ucap Jasmin cepat.

" Tapi kamu baru tiba di sini sayang." Ucap Nyonya Paula.

" Besok aku akan main kesini lagi." Jawab Jasmin. Kemudian wanita itu pamit sambil mengecup pipinya Nyonya Paula.

" Bye Kevin." Ucap Jasmin.

Setelah Jasmin pergi, Kevin menanyakan hal yang dari tadi di tanyakannya. Tapi orang tuanya selalu mengelak untuk menceritakan peristiwa yang mereka alami.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."