Chapter 308 episode 307 (S2)

Kevin masuk kedalam ruangan bosnya.

" Apa sudah ada kabar." Tanya Ziko.

" Tuan perusahaan itu sudah cukup lama berkecimpung di semua bidang, salah satunya bidang ekspor impor dan bidang perkapalan." Ucap Kevin menjelaskan.

" Kedua bidang itu yang paling signifikan, dan bisa di bilang keuntungan perusahaan itu setiap tahunnya selalu meningkat tajam." Kevin menjelaskan lagi.

" Apa nama perusahaan itu." Tanya Ziko lagi

" Alpha corporate."

" Baik persiapkan semua berkas dan kontrak kerjasama. Kita harus berangkat secepatnya kesana." Ucap Ziko cepat.

" Tuan, mereka yang akan berkunjung kesini. Mereka ingin mengunjungi tanah air kita, sekaligus melihat perusahaan kita di sini." Ucap Kevin menjelaskan.

" Ok kalau begitu, itu keputusan yang bijak, dan tidak mungkin juga aku meninggalkan istriku sendirian." Ucap Ziko lagi.

" Tapi mereka menginginkan salah satu dari pihak perusahaan kita untuk berkunjung ke perusahaan mereka." Ucap Kevin lagi.

" Tadi kamu bilang mereka yang akan datang, dan penandatanganan di sini." Ucap Ziko bingung.

" Memang seperti itu tuan, itu permintaan dari mereka. Tapi sebelum penandatanganan terjadi mereka ingin menunjukkan perusahaan mereka pada pihak kita." Ucap Kevin menjelaskan.

Ziko diam, dia memikirkan keadaan Zira.

" Apa hanya perusahaan Alpha saja yang mau bekerjasama dengan kita." Tanya Ziko cepat.

" Iya tuan, perusahaan lain enggan untuk bekerjasama dengan kita. Mereka menganggap perusahaan kita tidak bisa memberikan untung kepada mereka."

" Baiklah, karena investor itu percaya dengan perusahaan kita, maka saya akan berangkat kesana sekalian mengecek perusahaan kita di sana." Ucap Ziko lagi.

" Tuan bagaimana dengan nona Zira. Apa sebaiknya di tunda saja." Ucap Kevin.

" Jangan di tunda, ini kesempatan emas untuk kita, aku akan memberikan penjelasan untuk Zira. Pasti dia mengerti." Ucap Ziko.

" Bagaimana kalau saya yang ke sana. Jadi tuan tidak meninggalkan nona Zira sendirian. Saya bisa mengecek keadaan di sana. Lagian kontrak kerjasama akan di tanda tangani di sini." Ucap Kevin lagi.

" Apa kamu yakin." Tanya Ziko.

" Yakin tuan, sekalian saya mau berkunjung kerumah orang tua saya." Ucap Kevin pelan.

" Ah betul itu, kamu sudah lama tidak berkunjung kerumah orang tua kamu. Apapun masalahmu selesaikanlah. Jangan jadi anak durhaka." Ucap Ziko mengingatkan.

" Baik tuan, saya berangkat malam ini." Ucap Kevin sambil berlalu meninggalkan ruangan bosnya.

Entah kenapa Kevin merindukan kedua orang tuanya, bayang-bayang mereka selalu menghiasi mimpinya.

Kevin mempersiapkan semua kebutuhannya. Semua dokumen yang akan di bawanya semua sudah tersusun rapi.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan waktu istirahat. Semua karyawan banyak yang makan di luar dan sebagian makan di kantin. Kevin terlihat sibuk di ruangnya, sampai-sampai dia tidak menghiraukan makan siangnya.

Suara pintu di ketuk.

Tok tok tok.

" Masuk." Ucap Kevin cepat.

Menik masuk ke dalam ruangan Kevin. Dengan membawa sebungkus nasi di tangannya.

" Bapak ini makan siangnya." Ucap Menik sambil meletakkan di atas meja Kevin.

" Kamu makan saja, saya hari ini sangat sibuk." Ucap Kevin cepat sambil menyusun beberapa berkas di atas mejanya.

" Bapak harus makan, nanti sakit loh." Ucap Menik mengingatkan.

" Terimakasih atas perhatiannya, saya masih kenyang, kamu makan saja." Ucap Kevin lagi.

Dengan langkah gontai dia keluar dari ruangan itu. Dia melihat Koko yang hendak pergi keluar.

" Koci kamu mau kemana." Tanya Menik.

Koko langsung mendekati Menik.

" Kan sudah aku bilang jangan panggil aku Koci. Aku mohon panggil saja Koko." Ucap Koko mengeja namanya.

" Oh iya, aku lupa. Kamu mau kemana." Tanya Menik lagi.

" Aku mau makan siang." Ucap Koko cepat.

" Makan aja ini." Ucap Menik menyerahkan bungkusan makanan di tangannya.

" Kenapa? Apa kalian lagi bertengkar." Ucap Koko asal.

" Siapa yang bertengkar, jadian aja belum." Ucap Menik ketus.

" Terus kenapa nasi ini tidak di makan bos Kevin." Tanya Koko cepat.

Menik tidak menghiraukan pertanyaan pria gemulai itu, dia meninggalkan Koko dengan menuju pantry.

" Ditanya malah pergi." Gerutu Koko sambil mengikuti Menik masuk ke dalam pantry.

Di dalam pantry Menik membuka bungkus makanan dengan wajah yang sedikit suram. Koko duduk di depannya.

" Kamu kenapa." Tanya Koko.

" Aku hanya menawarkan makanan itu kepada Pak Kevin, tapi dia hanya menjawab sibuk, dan dia menyuruh aku untuk memakannya. Apa Pak Kevin memang sibuk sekali akhir-akhir ini." Tanya Menik.

" Iya, beliau dan tuan muda sangat sibuk. Malah aku dengar beliau akan pergi ke luar negeri dalam beberapa hari." Ucap Koko sambil membuka bungkus nasi yang di berikan Menik untuknya.

" Apa?" Menik terlihat kaget mendengar penuturan temannya.

" Kamu tidak tau?" Ucap Koko sambil menyuapkan nasi itu kemulutnya.

Menik menggelengkan kepalanya.

" Dalam rangka apa kesana." Tanya Menik lagi.

" Sepertinya kunjungan ke luar negeri." Ucap Koko lagi.

" Berarti selama beberapa hari dua bos besar itu tidak ada di tempat ya." Ucap Menik pelan.

" Tuan muda Ziko tidak ikut, karena istrinya masih dalam proses pemulihan. Jadi yang di tugaskan Pak Kevin." Ucap Koko menjelaskan.

Menik langsung diam, dia merasa hatinya akan sepi karena tidak ada sosok bayangan Kevin selama di kantor itu.

" Hey kamu jangan melamun." Ucap Koko membuyarkan lamunan Menik.

" Eh tidak." Menik terlihat gugup.

" Apa kamu sudah kenal dengan Pak Kevin lama." Tanya Menik.

" Tidak terlalu lama, aku bekerja di sini satu setengah tahun. Tapi aku banyak dengar info beredar tentang bos kita itu." Ucap Koko pelan.

Koko melihat sekeliling memastikan tidak ada orang di ruangan itu selain mereka berdua.

" Pak Kevin tidak pernah mengambil cutinya sama sekali. Dia selalu sibuk dengan kegiatannya dan kegiatan bos besar." Ucap Koko.

Menik masih mendengarkan cukup hikmat.

" Aku sampai heran, apakah Pak Kevin di dunia ini hidup sendirian. Atau dia lahir tanpa melalui proses sembilan bulan sepuluh hari." Ucap Koko pelan.

Menik langsung menoyor kepala Koko.

" Kalau tidak melalui proses sembilan bulan sepuluh hari, terus dia lahir dari mana? Apa kamu pikir dia robot." Ucap Menik ketus.

" Ya enggak tau juga, soalnya momen hari raya, bos kita itu tidak pernah terlihat bersama keluarganya. Aku jadi penasaran dengan kehidupan pribadinya. Apa ada orang tuanya atau tidak." Ucap Koko pelan.

" Ada kok, aku pernah melihat foto keluarganya." Ucap Menik keceplosan.

Menik langsung menutup mulutnya karena baru saja mengatakan hal yang seharusnya tidak di ucapkannya.

Koko langsung melihat tajam ke arah Menik.

" Kapan kamu melihatnya dan dimana?" Koko mulai penasaran.

" Di rumahnya." Ucap Menik pelan.

" Apa! Jadi kamu sudah berkunjung kerumahnya, aku saja belum pernah. Apa yang kamu lakukan di sana?" Menik hanya menggelengkan kepalanya.

" Kamu bilang belum jadian, tapi kamu sudah berkunjung ke rumahnya. Apa Pak Kevin juga pernah berkunjung kerumahmu." Tanya Koko lagi.

" Pernah." Ucap Menik cepat.

Koko melihat Menik dengan tatapan penuh kecurigaan.

" Hubungan kalian berdua seperti apa sih? Kemaren kamu bilang tidak ada hubungan apapun. Tapi kamu berkunjung ke rumahnya malah sebaliknya." Ucap Koko penasaran.

" Hubungan kami hanya sebatas bos dan bawahan." Ucap Menik cepat.

" Bohong! Mana ada bos datang ke rumah anak buah, malah kebalikannya. Kecuali ada acara di rumah si bos, kalau itu masih bisa di terima akal sehat." Ucap Koko penasaran.

" Serius Ko, aku dan dia belum ada kesepakatan menjalin hubungan. Walaupun." Menik diam.

" Walaupun apa?" Koko terus mengorek informasi.

" Walaupun Pak Kevin sudah mengatakan perasaannya, tapi kami belum ada hubungan." Ucap Menik pelan.

" Apa! Itu pengakuan yang luar biasa. Dia itu pria yang gentleman." Ucap Koko lagi.

Menik hanya menundukkan kepalanya, dia bingung harus mengatakan apalagi. Karena yang di katakan Koko tentang Kevin benar. Bahwa Kevin pria yang gentleman.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."