Chapter 307 episode 306 (S2)

Pagi hari mentari sudah menunjukkan cahaya kilaunya. Zira membuka matanya secara perlahan, karena sinar mentari masuk melalui celah-celah jendela.

Dia mendapati suaminya di depannya, sedang tertidur pulas. Zira mengecupi suaminya, untuk memberikan kecupan selamat pagi.

Ziko membuka matanya perlahan.

" Selamat pagi sayang." Ucap Ziko dengan suara bangun tidur.

" Kamu mau sarapan apa hari ini." Tanya Zira.

" Kenapa kamu yang memasak, aku sudah menyuruh pembantu di mansion datang ke sini. Mereka yang akan memasak untuk kita." Ucap Ziko cepat.

" Aku sudah baikan kok, semua bisa aku kerjakan." Ucap Zira cepat.

" Jahitan kamu belum kering benar sayang." Ucap Ziko sambil duduk dari posisi berbaringnya.

Ting tong. Ada suara bel berbunyi.

" Siapa yang datang pagi-pagi." Tanya Zira.

" Mungkin pembantu di mansion." Ucap Ziko sambil beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi.

Zira keluar dari kamar dan membuka pintu ruang tamu. Yang di katakan suaminya benar, kalau di depan rumahnya ada pembantu mansion.

" Selamat pagi nona." Ucap pembantu itu ramah.

" Pagi, saya harus memanggil apa." Tanya Zira.

" Panggil saja saya Inah." Ucap wanita paruh baya itu.

" Silahkan masuk bi Inah." Zira mempersilahkan wanita paruh baya itu masuk ke dalam rumahnya.

Bi Inah langsung ke dapur dengan membawa tentengan di tangannya.

" Bi, apa bibi baru dari pasar." Tanya Zira.

" Iya nona, saya mampir ke pasar dulu baru ke sini." Ucap pembantu itu ramah.

" Kenapa bibi repot-repot." Ucap Zira lagi.

" Saya tidak merasa di repotkan, dan saya juga menjalani perintah ini sesuai dengan instruksi Nyonya besar." Ucap Bibi itu jujur.

Hati Zira berdesir mendengar penuturan pembantunya. Menurutnya mama mertuanya sangat perhatian dengannya.

Zira membantu Bi Inah di dapur. Mereka masak yang simpel untuk sarapan paginya. Setelah selesai dari kamar mandi, Ziko menikmati sarapannya, dan untuk pertama kalinya mereka menikmati sarapan pagi di rumah baru mereka.

" Sayang, aku hari ini ke kantor. Kamu di rumah saja, jangan pergi kemanapun." Ucap Ziko tegas.

" Iya sayang, aku akan menunggu kamu di sini." Ucap Zira cepat.

Zira mengantarkan suaminya sampai di depan rumahnya. Ziko mengecup istrinya sebelum berangkat kerja, ada rasa senang ketika mereka melakukan rutinitas itu. Dia masuk kembali ke rumahnya setelah bayang mobil tidak ada lagi.

Suasana di kantor di penuhi kesibukan, Kevin sudah tiba terlebih dahulu daripada Ziko. Dia terlihat sibuk di depan laptopnya.

Ziko sudah tiba di ruangnya. Koko melihat kedatangan bos besar, dia langsung menghubungi Kevin. Karena sebelumnya dia sudah memerintahkan sekertaris itu untuk mengabarinya jika Ziko sudah tiba di kantor

Suara telepon berdering.

" Ya halo." Ucap Kevin dari ujung teleponnya.

" Pak, bos besar sudah datang." Ucap Koko cepat.

" Baik." Kevin langsung beranjak dari kursinya, dia terlihat sangat sibuk hari ini, sambil meletakkan teleponya.

Ziko sedang duduk di kursinya, Kevin langsung masuk dengan segera.

" Pagi tuan." Sapa Kevin.

" Ya, ada kabar apa." Tanya Ziko cepat.

" Sepertinya kita ada investor baru di luar negeri." Ucap Kevin cepat.

" Apa!" Ziko terlihat semangat mendengar kabar itu.

Kevin memberikan beberapa berkas yang baru di terimanya dari luar negeri. Ziko membaca profil perusahaan yang akan berkerja sama dengan perusahaannya.

" Itu merupakan kabar yang sangat baik." Ucap Ziko semangat.

" Kapan penandatanganan kontrak kerjasama." Tanya Ziko.

" Secepatnya tuan, mereka masih mengirim beberapa berkas perusahaan mereka." Ucap Kevin menjelaskan.

" Kamu cek dulu perusahaan itu, apakah itu perusahaan bonafit atau perusahaan yang sedang di ambang kehancuran seperti perusahaan kita." Perintah Ziko.

" Baik tuan." Ucap Kevin cepat.

" Kabari secepatnya." Ucap Ziko lagi sebelum Kevin pergi meninggalkan ruangannya.

Kevin telah kembali ke ruangannya, dia harus mengecek perusahaan yang akan bekerjasama dengan perusahaan Ziko di luar negeri.

Ada suara ketukan dari luar ruangan Presiden direktur.

Tok tok tok.

" Masuk." Ucap Ziko cepat.

" Tuan, ada seseorang ingin bertemu dengan anda." Ucap Koko cepat.

" Siapa." Tanya Ziko lagi.

" Namanya Vita." Ucap Koko cepat.

" Vita? Mau ngapain dia ke kantorku." Gumam Ziko pelan.

" Bagaimana tuan, apa saya tolak." Ucap Koko lagi.

" Jam berapa meeting dengan kepala bagian?" Tanya Ziko lagi.

" Satu jam lagi tuan." Jawab Koko cepat.

" Baik, suruh dia masuk." Perintah Ziko lagi.

Koko keluar dari ruangan itu, dan kembali menghubungi resepsionis.

" Perintahkan dia masuk." Ucap Koko dari ujung telepon.

Vita sudah tiba di lantai tempat ruangan Ziko berada. Dia menuju meja sekertaris.

" Selamat pagi, saya mau bertemu dengan presiden direktur." Ucap Vita ramah.

" Tunggu sebentar." Ucap Koko.

Koko berjalan dan mengetuk ruangan Presiden direktur. Dia masuk kedalam ruangan itu, meninggalkan Vita sendirian di ruang tunggu. Dan beberapa detik kemudian dia keluar lagi dari ruangan Presiden direktur.

" Silahkan masuk." Ucap Koko ramah.

Vita berjalan dengan anggunnya. Kecantikan Vita memang tiada duanya, sama halnya seperti Sisil, cuma mereka beda karakter. Vita memiliki sifat cenderung lebih sopan di bandingkan Sisil.

Di dalam ruangannya Ziko terlihat sibuk menatap laptopnya.

" Pagi Ziko. Maaf mengganggu." Ucap Vita cepat.

" Silahkan duduk." Ziko mempersilahkan mantan pacarnya duduk di kursi depan meja kerjanya.

" Ada yang bisa saya bantu." Ucap Ziko langsung.

Vita tidak menjawab dia malah menundukkan kepalanya.

" Kamu kenapa? Apa ada masalah dengan bukumu." Tanya Ziko langsung.

Vita menggelengkan kepalanya cepat.

" Lalu kenapa." Tanya Ziko lagi.

" Aku di lamar Fiko." Ucap Vita pelan.

" Wah itu kabar yang luar biasa." Ucap Ziko sambil bertepuk tangan.

Vita terlihat tidak semangat sama sekali.

" Kamu kenapa? Seharusnya kamu senang." Tanya Ziko cepat.

Vita masih menundukkan kepalanya.

" Apa ada masalah? Coba kamu ceritakan kepadaku." Tanya Ziko lagi.

" Aku aku belum menjawab lamaran itu." Ucap Vita gugup.

" Kenapa kamu belum menjawabnya? Apa kamu tidak mencintainya." Tanya Ziko lagi.

" Aku datang kesini ingin meminta pendapat kamu, tentang ini. Karena hanya kamu yang mengerti kondisiku." Ucap Vita pelan.

" Maksud kamu apa?" Ziko terlihat cukup bingung.

" Aku pernah bercerita kepadamu penyebab hancurnya pernikahanku. Apa kamu ingat?"

Ziko menganggukkan kepalanya cepat, dia masih mengingat hal itu, karena ucapan Vita yang menyebabkan dia salah dalam mengambil keputusan.

" Bagaimana aku mau menerimanya jika aku mandul. Pasti pernikahan kami tidak akan bertahan lama nantinya." Ucap Vita dengan derai air mata.

" Apa kamu mencintainya?" Ziko melihat Vita merasa kasihan.

Vita menganggukkan kepalanya.

" Apa dia juga mencintai kamu." Tanya Ziko lagi.

" Aku tidak tau, cuma dia sering mengutarakan perasaannya kepadaku." Ucap Vita lagi.

Ziko terlihat sedang memikirkan sesuatu dari sisi pria.

" Kapan dia melamar kamu." Tanya Ziko.

" Dua hari yang lalu." Ucap Vita.

" Bagaimana cara kamu menjawabnya." Tanya Ziko lagi.

Dua hari yang lalu.

Di apartemen Vita.

Fiko sering berkunjung ke apartemen itu. Dia terlihat dekat dengan Vita setelah dirinya menjadi narasumber untuk buku yang di tulis Vita. Kedekatan itu terjalin cukup dekat, sampai anaknya Naura juga menyukai Vita.

Pada saat itu siang hari, Vita tengah sibuk memasak di dapur apartemennya. Ada seseorang datang dari belakang dan berdiri sambil berlutut di belakangnya.

Vita membalikkan badannya.

" Fiko kamu ngapain." Tanya Vita.

Fiko membuka sebuah kotak kecil yang di dalamnya ada sebuah cincin.

" Maukah kamu menikah denganku." Tanya Fiko sambil berdiri dengan lutut kakinya.

Vita sontak menagis terharu, dia merasa senang dan tiba-tiba dia diam seribu bahasa.

Fiko mengulang perkataannya tentang melamar Vita.

Vita berderai air mata terharu sekaligus bingung, bayang-bayang kehancuran rumah tangga yang lalu menghantuinya.

" Terimakasih Fiko, kamu sangat baik kepadaku, bisakah kamu memberikan waktu untukku berpikir, karena ini adalah pengalaman yang kedua yang aku alami." Ucap Vita dengan derai air matanya.

Fiko kembali berdiri.

" Baiklah, aku tau mungkin ini berat untukmu, karena kamu pernah mengalami kegagalan dalam berumah tangga. Tapi yang ingin aku sampaikan, bahwa aku mencintaimu tulus." Ucap Fiko.

" Aku mencoba merenung dan memikirkan sendiri, tapi tidak bisa. Makanya aku datang kesini meminta pendapatmu." Ucap Vita pelan.

" Apa kamu pernah bercerita tentang hancur pernikahan kamu yang lalu." Tanya Ziko.

Vita menggelengkan kepalanya.

" Aku tidak sanggup mengatakannya." Ucap Vita dengan air matanya.

" Seharusnya kamu berkata jujur kepadanya. Katakan apa yang menjadi penyebab rumah tangga kamu berhenti di tengah jalan." Ucap Ziko menjelaskan.

" Bagaimana kalau dia tidak bisa menerima pengakuanku." Tanya Vita lagi.

" Kalau dia tulus mencintai kamu, dia akan menerima kekuranganmu."

Vita terlihat masih menundukkan kepalanya.

" Percayalah yakinkan hatimu bisa mengatakan yang sebenarnya, dan yakinkan dia terbaik buat kamu." Ucap Ziko pelan.

Vita sudah berani mengangkat kepalanya, ucapan Ziko membuatnya semangat.

" Terimakasih Ko, setelah berbicara denganmu aku merasa lega. Aku semakin mantap untuk berkata jujur kepadanya." Ucap Vita.

Vita pamit untuk pulang, Ziko mengantarnya sampai pintu. Ada Koko dan Menik yang melihat kejadian itu. Mereka berasumsi dengan pikirannya masing-masing.

Cantik sekali wanita itu, kenapa dia menangis. Batin Menik.

Kenapa wanita itu menangis, tadi pada saat tiba di sini, tidak ada air mata sama sekali. Batin Koko.

Setelah mengantarkan Vita, Ziko kembali masuk ke ruangannya. Pada saat Kevin keluar dari ruangannya dia berpapasan dengan Vita.

Dia melihat mata Vita yang sembab.

" Mau apa lagi dia kesini. Apa dia mau merusak hubungan tuan muda dan nona Zira." Gumam Kevin pelan sambil berjalan menuju ruangan Presiden direktur.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."