Chapter 306 episode 305 (S2)

Menik berjalan keluar mobil dan berusaha memijat pundak bosnya.

" Jangan pegang, tangan kamu bau." Ucap Kevin cepat.

" Bapak saya bercanda, mana ada cebok pakai tangan kanan. Kalau tangan kiri mungkin." Rengek Menik.

Kevin sudah bisa berdiri tegak, walaupun sedikit lemas tapi dia masih mampu berdiri dengan kedua kakinya.

" Cuci tanganmu dulu." Ucap Kevin cepat.

" Bapak saya tidak sejorok itu, saya hanya mengerjai saja." Ucap Menik jujur.

" Udah cuci tangan sana." Ucapan Kevin lagi.

Menik berjalan dengan langkah gontai menuju toilet umum. Disana dia mencuci tangannya menggunakan sabun. Setelah cukup wangi dia mampir ke salah satu warung untuk membeli teh manis hangat.

Dia kembali lagi ke mobil dengan menenteng minuman di tangannya.

" Minumlah." Ucap Menik sambil menyodorkan teh hangat tersebut kearah Kevin.

" Apa ini? Jangan bilang kalau Ini sebagai pengganti hadiahnya." Ucap Kevin cepat.

" Enggak Pak, saya hanya kasihan sama Bapak, pasti perut itu kosong karena baru muntah. Jadi dengan meminum minuman hangat perut itu akan terasa enak." Ucap Menik menjelaskan.

Kevin meminum teh yang di berikan Menik kepadanya.

" Bapak sih gampang banget percaya. Mana mungkin saya bawa kotoran kemana-mana." Gerutu Menik.

" Stop jangan kamu bicarakan masalah kotoran lagi di depan saya." Ucap Kevin cepat, dia takut muntah lagi jika membayangkan kotoran itu.

Kevin sudah merasa cukup lega setelah minum teh hangat itu.

" Baiklah lanjutkan yang tadi." Ucap Kevin cepat.

" Lah masih ya, bukannya tadi sudah muntah." Ucap Menik bingung.

" Sudah jangan banyak ngomong, kalau kamu tidak mau mencium saya. Nanti saya yang balik mencium kamu." Ucap Kevin cepat.

Menik mengingat ciuman yang di berikan Kevin kepadanya. Walaupun tidak lama, tapi ciuman itu terasa intim untuknya.

" Baik, tutup mata Bapak." Ucap Menik pelan.

Kevin langsung menutup matanya. Menik mendekatkan tubuhnya di dekat bosnya. Dengan hati yang berdebar-debar dia mengecup bibir Kevin, kemudian badannya mundur lagi.

" Sudah." Ucap Menik cepat.

" Sudah? Saya bilang mencium bukan mengecup. Itu suatu hal yang berbeda tau." Ucap Kevin cepat.

" Ayo lakukan lagi." Perintah Kevin.

Bibir Menik menurutnya ada candunya yaitu boraks. Dengan perasaan yang sama yaitu hati yang berdebar-debar Menik kembali mendekatkan tubuhnya dengan Kevin. Dia menempelkan bibirnya di atas bibir bosnya. Kevin langsung menyambut bibir imut itu dengan lumatannya. Ciuman itu semakin dalam, keduanya tidak sadar dengan kelakuan mereka. Sampai mereka tersadar ada suara klakson mobil.

" Maaf Pak." Ucap Menik dengan wajah yang malu.

Kevin terlihat tersenyum puas sambil merapikan kemejanya.

" Pintar juga kamu dalam hal seperti itu." Goda Kevin.

Menik tidak menjawab, dia masih merasa malu sambil melihat keluar jendela mobil. Kevin menyalakan mesin mobilnya meninggalkan taman itu.

Bodohnya aku, kenapa aku menyambut ciumannya.

Kevin fokus dengan mengemudikan mobilnya, dia sesekali melihat kearah Menik. Wanita yang ada di sebelahnya sama sekali tidak mau melihat kearahnya.

" Nik apa kamu marah." Tanya Kevin.

Menik tidak menjawab, dia tetap melihat kearah luar jendela mobil. Dia berkecamuk dengan pikirannya dan perasaannya.

" Nik, kamu marah." Tanya Kevin lagi.

Menik tetap tidak menjawab.

" Maaf atas perbuatan saya yang tadi. Entah kenapa saya tidak bisa mengontrol diri ketika bertemu dengan kamu. Kamu harus tau kalau saya suka dengan kamu." Ucap Kevin pelan sambil sesekali melihat ke arah Menik.

" Terimakasih telah berkata jujur kepada saya. Tapi mohon maaf saya belum tau dengan perasaan ini." Ucap Menik jujur.

" Tidak apa-apa. Jangan kamu paksakan perasaanmu untuk mencintai saya. Tapi carilah siapa pemilik hati itu." Ucap Kevin pelan.

Tanpa terasa air mata Menik menetes, belum pernah dia melihat orang yang sangat penyabar dan berbesar hati seperti Kevin.

" Kamu menangis." Ucap Kevin pelan.

" Enggak Pak, saya terharu mendengar perkataan Bapak." Ucap Menik pelan sambil menghapus bulir-bulir air matanya.

Kevin mengelus rambut Menik dengan cukup lembut.

" Jika pemilik hati itu bukan saya, maka menjauhlah. Kejarlah pemilik hati itu." Ucap Kevin pelan.

" Saya akan mencari siapa pemilik hati ini, dan saya berharap orang itu tidak jauh dari saya." Ucap Menik pelan.

" Kenapa." Tanya Kevin.

" Kalau dia jauh, saya capek mengejarnya." Ucap Menik manja.

Kevin tersenyum melihat tingkah Menik yang manja. Menurutnya sudah cukup mengatakan perasaannya lewat perbuatannya beberapa minggu ini. Sekarang semuanya di serahkan kepada si pemilik hati.

" Pak saya turun di halte saja." Ucap Menik cepat.

" Kamu mau kemana." Tanya Kevin cepat.

" Saya mau ketemu teman." Ucap Menik cepat.

Kevin memberhentikan mobilnya di sebuah halte. Menik turun dari mobil mewah tersebut.

" Nik terimakasih atas hadiahnya." Ucap Kevin pelan.

Menik tersipu malu mendengar ucapan bosnya. Kevin melajukan mobilnya secara perlahan, dia masih penasaran dengan temannya Menik.

Menik naik sebuah ojek yang nongkrong di dekat halte. Dia menyebutkan tujuannya. Motor sudah melaju dengan kecepatan sedang dan di ikuti Kevin dari belakang.

Setelah lima belas menit, motor berhenti di sebuah Mall. Menik memberikan beberapa lembar uang kepada si tukang ojek.

" Ngapain dia ke mall." Gumam Kevin pelan.

Menik masuk ke dalam mall itu, dan Kevin memarkirkan mobilnya. Ketika sampai didalam Mall, Kevin tidak menemukan keberadaan Menik.

Dia berkeliling mencari keberadaan wanita itu. Lama dia berkeliling tapi batang hidung Menik tidak terlihat sama sekali.

" Kamu kemana sih Nik." Gerutu Kevin.

Dia duduk di kursi yang di sediakan pihak mall. Ada rasa lelah mencari keberadaan wanita itu. Sampai dia mendengar suara seseorang yang ada dibelakangnya. Ada suara dua orang wanita keluar dari sebuah salon. Salah satu suara itu Kevin mengenalnya yaitu suara Menik.

Kevin membalikkan badannya melihat dua sosok wanita itu. Dia merasa tidak asing, dengan wanita di depannya.

" Itu si Menik, cantik sekali dia. Kenapa dia berhias seperti itu." Gumam Kevin pelan.

Menik sudah meninggalkan salon itu. Dia menyusuri setiap mall. Tidak ada yang di belinya tapi dia hanya menghabiskan waktunya di sana.

Kevin terus memperhatikannya dari jauh.

" Apa dia mau bertemu dengan seseorang di sini. Tapi kenapa sudah satu jam temannya tidak kunjung datang. Dan untuk apa dia berdandan secantik itu." Gumam Kevin pelan.

Kevin sengaja jalan di depan Menik, dia berharap wanita itu melihatnya. Ketika Kevin berjalan di depan Menik. Wanita itu terlihat sibuk dengan ponselnya. Jadi dia tidak melihat Kevin melewatinya.

" Sial, dia tidak melihatku." Gerutu Kevin. Dia berjalan lagi di depan Menik, dan lagi-lagi wanita itu sibuk dengan ponselnya.

" Dasar ponsel sialan, kalau dia masih pakai ponsel remote tv itu pasti dia tidak sibuk seperti sekarang." Gerutu Kevin.

Kevin berjalan lagi di depan Menik.

" Harus berhasil, kalau tidak berhasil aku pulang." Gumam Kevin pelan.

Kevin sengaja menjatuhkan dompetnya didepan Menik.

" Mas dompetnya jatuh." Ucap salah seorang wanita yang duduk di sebelah Menik.

" Terimakasih." Ucap Kevin pelan.

Menik melirik sekilas seorang pria yang sedang berdiri tidak jauh dari tempat duduknya. Kemudian dia melihat kembali ponselnya.

" Itu bukannya Pak Kevin, ngapain dia di sini. Apa jangan-jangan dia mengikutiku. Ah sepertinya tidak, atau dia tidak kenal denganku karena aku berdandan seperti ini." Gumam Menik pelan.

" Lebih baik aku menghindar darinya." Ucap Menik berjalan menghindari Kevin.

" Sial, mau pergi kemana dia." Gerutu Kevin.

Kevin tidak punya pilihan lain, mau tidak mau dia menyapa Menik.

" Menik." Teriak Kevin.

Menik berhenti.

" Wah dia mengenaliku." Gumam Menik pelan.

Kevin sudah berdiri di samping Menik.

" Kamu Menik kan?" Ucap Kevin basa-basi.

" Udah tau nanya." Ucap Menik ketus.

" Kenapa kamu berdandan secantik ini di mall." Tanya Kevin.

Kan betul pasti dia penasaran dengan penampilanku, apa aku harus jujur kepadanya.

" Hemmmmm, saya lagi kursus." Ucap Menik malu.

" Kursus? Kamu kursus bahasa apa." Tanya Kevin lagi.

" Dan kenapa harus berdandan seperti ini." Tanya Kevin cepat.

" Aduh Bapak banyak banget tanyanya. Saya itu kursus kecantikan." Ucap Menik malu.

" Apa!" Kevin terlihat kaget mendengar penuturan wanita di depannya.

" Pak enggak usah seperti itu reaksinya." Ucap Menik melihat ekspresi bosnya yang membelalakkan matanya.

" Ok, kenapa kamu kursus kecantikan. Apa kamu mau jadi perias." Tanya Kevin.

" Bukan itu pak, saya hanya ingin cantik." Ucap Menik pelan sambil menundukkan kepalanya.

" Menik kecantikan seseorang itu bukan di lihat dari wajah atau bentuk dari tubuhnya, tapi kecantikan itu di lihat dari hatinya." Ucap Kevin pelan sambil memegang kedua pundak Menik.

" Maksud Bapak kalau hati saya sudah menemukan pemiliknya maka saya cantik, kalau belum ada pemiliknya jelek gitu." Ucap Menik polos.

" Bukan seperti itu." Kevin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Perkataannya tentang pemilik hati di sangkut pautkan Menik dengan kecantikan.

Kevin berusaha menjelaskan arti kecantikan yang sesungguhnya. Akhirnya Menik mengerti.

" Kamu tetap boleh belajar berhias. Tapi berhiaslah seperlunya. Dan kondisinya dan situasinya seperti apa. Jangan kamu berhias seperti ini pada saat membersihkan gedung yang ada luntur semua tuh makeup." Ucap Kevin.

Mereka berdua saling tertawa dan duduk berdampingan melihat lalu lalang pengunjung mall.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."