Chapter 304 episode 303 (S2)

Di dalam rumah baru Zira, sudah ada keluarga suaminya beserta Pak Budi dan dua orang pembantu yang bertugas untuk membantu bersih-bersih di rumah itu.

Mereka menyambut Zira dengan beraneka ragam makanan. Makanan itu sengaja di buat Pak Budi untuk menyambut kedatangan tuan rumah.

Zira berkeliling melihat rumahnya, dari ruang tamu, ruang keluarga dan kamar. Semua di lihatnya.

" Siapa yang memilih furnitur ini." Tanya Zira.

" Kevin dan Pak Budi. Apa kamu suka." Tanya suaminya lagi.

" Suka sayang." Ucap Zira smabil memeluk pinggang suaminya.

" Baju kita sudah di pindahkan ke sini semua sama Pak Budi." Ucap Ziko sambil membuka lemari pakaian.

Zira melihat pakaiannya yang ada di mansion telah tersusun rapi di dalam lemari.

" Apa Pak Budi juga yang menyusun pakaian ini." Tanya Zira penasaran.

" Tidak sayang, yang menyusun pakaian kamu pembantu wanita." Ucap Ziko menjelaskan.

Mereka kemudian jalan ke dapur. Zira melihat kitchen set bermotif kayu di pajang di dinding dapurnya.

Dia membuka setiap laci yang ada di dapur itu.

" Dari mana perabotan dapur ini." Tanya Zira kepada pembantu yang ada di dapur.

" Dari mansion nona. Kami memindahkan sebagian ke sini." Ucap pembantu wanita.

Zira manggut-manggut kemudian dia masuk ke dalam ruang keluarga, berkumpul bersama keluarga suaminya sambil menikmati makanan yang telah terhidang di meja makan. Kevin tetap ikut dalam acara keluarga itu, karena dia termasuk dari bagian keluarga Raharsya.

Setelah mereka menikmati makanan yang di hidangkan. Zira undur diri ke kamar.

" Saya permisi dulu ke kamar." Ucap Zira pelan.

" Kenapa sayang." Tanya Ziko khawatir.

" Ada rasa perih di bagian bawah

perut ini. Mungkin kalau berbaring rasanya akan hilang." Ucap Zira menjelaskan.

" Pergilah sayang." Ucap mama mertuanya.

Ziko menemani istrinya ke kamar.

" Sayang tinggalkan saja aku di sini sendirian, temani papa dan mama di luar." Ucap Zira pelan.

" Baiklah aku akan pergi keluar menemani mama dan papa. Kamu kalau memerlukan sesuatu teriak saja." Ucap Ziko cepat.

" Tarzan dong." Ucap Zira cepat.

" Ya kamu tarzin wanitaku." Ucap Ziko menarik hidung istrinya. Kemudian dia pergi meninggalkan Zira untuk beristirahat.

Ziko duduk di beranda teras bersama dengan Kevin.

" Aku tidak pernah duduk di depan seperti ini di mansion. Di sini tidak ada jarak antara jalan dengan rumah." Ucap Ziko pelan.

Di perumahan baru mereka, semua rumah tidak di perkenankan untuk menembok atau membuat pagar di depan rumahnya. Semua rumah di perumahan itu modelnya sama. Ada taman dan rerumputan berwarna hijau yang membuat rumah itu terkesan asri dan indah.

" Ya tuan, di mansion anda kalau duduk pasti tembok yang pertama di lihat, walaupun ada rerumputan tapi di sini kita seperti masyarakat umumnya tidak ada jarak sama sekali." Ucap Kevin sambil melihat pemandangan anak-anak main sepeda yang di dampingi orang tuanya.

" Makanya aku ingin punya rumah sendiri karena itu salah satu alasannya." Ucap Ziko lagi.

" Lihat anak-anak yang bermain bersama orang tuanya, suatu saat aku akan mengalami hal yang sama. Rasanya nikmat sekali bisa bermain dengan buah hati kita." Ucap Ziko sambil membayangkan dirinya bermain bersama anak-anaknya.

" Apa ada alasan lainnya tuan." Ucap Kevin penasaran karena dia tau pasti ada hal yang membuat bosnya pindah dari rumah utama.

" Ya alasan yang lainnya karena aku tidak mau Zira naik tangga lagi. Jika nanti dia hamil maka akan resiko untuk istriku. Dan aku harus pelan-pelan meninggalkan kemewahanku. Karena aku tidak tau sampai kapan perusahaanku akan tetap berdiri. Makanya aku mempersiapkan jauh-jauh hari." Ucap Ziko dengan tatapan yang jauh.

Kevin diam dan sambil memikirkan sesuatu.

" Tuan, kenapa anda tidak minta bantuan sama nona Zira untuk bekerjasama dalam membangun bisnis di luar negeri. Pasti perusahaan anda akan sangat besar dan jaya jika bergabung dengan nona Zira." Ucap Kevin pelan.

" Ah mana mungkin aku merengek minta sama istriku. Walaupun dia ku akui wanita yang penuh misteri. Aku saja tidak tau kekayaannya. Tapi biarlah ini menjadi tanggung jawabku. Usahanya adalah miliknya dan aku tidak ada hak untuk menikmati itu. Dan usahaku adalah usahanya yang penghasilannya untuk dia." Ucap Ziko cepat.

Kevin manggut-manggut mengerti.

" Dan tidak mungkin juga bekerja sama dengan nona Zira, sedangkan bidang kalian berbeda." Ucap Kevin cepat.

" Ya kamu benar. Zira mungkin hanya mengetahui beberapa bidang. Aku tidak ingin melibatkan dia dalam urusan bisnis. Biarkan dia menjalankan bisnisnya sendiri, karena itu sudah bidangnya. Dan aku akan menjalankan bisnisku dengan sekuat tenagaku, untuk mengembangkan kembali bisnis yang telah goyang." Ucap Ziko cepat.

Kevin melihat jam di tangannya.

" Tuan, jika tidak ada keperluan lain saya undur diri." Ucap Kevin cepat.

" Baiklah." Ucap Ziko.

Kevin telah pergi meninggalkan kediaman Ziko. Ziko kembali bergabung dengan keluarganya di dalam rumahnya.

Di mobil Kevin tidak lupa menggunakan deodorant lagi untuk ketiaknya. Sebentar lagi adalah waktunya karyawan pulang. Dan sore ini adalah penentuan siapa pemenangnya.

Kevin melihat jam di tangannya, dia tidak akan bisa sampai di kantor tepat waktu. Dia memperhitungkan kalau dia tiba di kantor setelah karyawan semua pulang.

Di sela-sela mengemudikan mobil, dia mengambil ponselnya dan menghubungi Menik. Panggilan terhubung

" Halo." Ucap Kevin cepat.

" Ya halo, ini siapa." Ucap seseorang dari ujung sana.

" Ini saya Kevin." Ucap Kevin lagi.

Menik kembali melihat layar ponselnya, tertera di situ nama Kevin.

" Kenapa aku tidak membaca dulu nomor yang menghubungiku, dasar Menik selalu terburu-buru." Gumamnya sendiri.

" Ya Pak ada apa." Tanya Menik cepat.

" Sebentar lagi kamu akan pulang, dan saya perintahkan kamu untuk tetap di sana." Ucap Kevin cepat karena dia mengenakan speaker jadi harus berbicara cukup kencang.

" Untuk apa Pak." Ucap Menik bingung.

" Untuk mengambil hadiah dari kamu." Ucap Kevin lagi.

" Hadiah? Memangnya saya bawa kado apa." Tanya Menik bingung.

" Alah kamu lupa atau sudah pikun. Kita kemaren bertanding, apa kamu ingat? Kejadian itu di lift." Ucap Kevin teriak.

" Waduh dia ingat." Gumam Menik pelan.

" Oh masih bertanding ya." Ucap Menik lagi

" Masih, tunggu saja di sana, jangan pulang dulu." Ucap Kevin cepat.

" Ah Bapak pasti curang." Ucap Menik cepat.

" Curang bagaimana." Ucap Kevin pura-pura.

" Pasti Bapak selama di luar pakai parfum." Ucap Menik asal.

" Enggak, saya tidak pakai apapun selama di luar, nanti kamu cium saja ketek saya." Ucap Kevin bohong.

" Pertandingan batal." Ucap Menik lagi

" Enak saja batal. Tidak ada kata batal dalam pertandingan ini. Saya pastikan saya menang, dan hadiahnya persiapkan." Ucap Kevin masih teriak.

" Pasti dia curang, lebih baik aku pulang saja." Gumam Menik pelan.

" Ingat jangan pulang, sampai saya tiba. Kalau kamu pulang hadiahnya saya minta double." Ucap Kevin cepat.

" Bagaimana dia tau kalau aku mau pulang." Gumam Menik pelan.

" Ya pak, saya tidak pulang, tapi kalau Bapak ketahuan curang pertandingan batal." Ucap Menik lagi.

" Baik." Ucap Kevin.

Setelah itu panggilan terputus. Sekitar sepuluh menit setelah Kevin menghubungi Menik, semua karyawan sudah keluar dari gedung itu. Hanya Menik yang masih menunggu di pantry.

" Nik, kamu tidak pulang." Tanya Koko cepat.

Koko sedang cuci tangan di pantry, dia mendapati Menik tidak bersiap-siap pulang.

" Belum." Ucap Menik pelan.

" Lagi nunggu kekasih kamu ya." Ucap Koko cepat.

" Apa maksud kamu." Tanya Menik bingung.

" Berita kamu sudah tersebar di kantor ini, kalau kamu menjalin kasih dengan Pak Kevin. Selamat ya." Ucap Koko sambil mengulurkan tangannya kearah Menik.

Menik langsung menepis tangan Koko.

" Jangan sembarang kalau bicara, nanti kalau kedengaran sama orangnya baru tau rasa kamu." Ucap Menik cepat.

" Ah memang kenyataannya benar kok. Kenapa Pak Kevin harus marah. Seharusnya kalian itu mengumumkan kepada seluruh karyawan biar fansnya beliau mundur teratur." Ucap Koko cepat.

" Memangnya Pak Kevin banyak fansnya." Tanya Menik penasaran.

" Ye ada yang penasaran nih. Banyaklah, semua wanita mengagumi Pak Kevin dan Bos Ziko. Cuma karena bos Ziko sudah menikah para karyawan wanita langsung mundur dan mereka berharap kepada Pak Kevin." Ucap Koko cepat.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."