Chapter 303 episode 302 (S2)

Mobil masih melaju menuju rumah baru mereka.

" Sayang ini bukan jalan ke mansioankan." Tanya Zira.

" Bukan." Ucap Ziko cepat.

" Kita mau kemana." Tanya Zira lagi.

Sekitar satu kilometer lagi mereka sampai di kediaman baru mereka. Ziko ingin membuat kejutan untuk istrinya.

" Sayang tutup mata kamu." Ucap Ziko sambil mengambil selendang yang ada di jok depan sebelah Kevin.

" Untuk apa." Tanya Zira lagi.

" Nanti kamu juga akan tau." Ucap Ziko cepat.

" Kenapa harus pakai selendang." Tanya Zira lagi.

" Maaf nona cuma itu yang ada." Ucap Kevin cepat.

Ziko menutup mata istrinya dengan selendang. Kemudian Zira membuka lagi penutup matanya.

" Kenapa selendang ini bau." Tanya Zira.

Ziko ikut mencium aroma selendang yang melingkar di leher istrinya.

" Vin, kenapa selendang ini bau. Kamu mulung ya?" Ucap Ziko asal.

" Bukan mulung tuan, tapi tukar tambah." Ucap Kevin cepat.

" Maksud kamu apa?" Ziko bingung.

" Tadi waktu tuan di rumah sakit saya lupa membeli penutup mata untuk nona Zira. Jadi saya menukar selendang itu dengan nenek-nenek." Ucap Kevin pelan.

" Nenek siapa dan apa yang kamu tukarkan untuk mendapatkan selendang ini." Tanya Zira beruntun.

" Itu punya nenek-nenek yang baru pulang berobat." Ucap Kevin pelan.

Bruk, Ziko langsung menendang kursi belakang Kevin setelah itu dia langsung membuka selendang yang melingkar di leher istrinya.

" Kamu biasanya pakai perhitungan kenapa sekarang asal." Ucap Ziko kesal.

" Sakit apa nenek itu." Tanya Zira cepat.

" Flu nona."

Bruk sekarang Zira yang memukul lengan Kevin.

" Maaf nona jangan siksa, saya sudah mendapatkan hukuman dari nenek itu tadi." Ucap Kevin pelan.

" Apa?" Zira dan Ziko menunggu jawaban Kevin.

" Nenek itu mau memberikan selendangnya asal saya mau tukar tambah."

" Memangnya apa yang kamu berikan kepada nenek itu. Ponsel masih sama, sepatu ikat pinggang semua sama." Tanya Ziko penasaran.

Kevin malu untuk mengatakannya. Kalau dia tidak menjawab pertanyaan bosnya, dia akan terus di desak. Malu tidak malu dia menjawab pertanyaan majikannya.

" Nenek itu minta saya menciumnya." Ucap Kevin pelan.

" Buahahaha." Ziko dan Zira tertawa bersama. Mereka bisa membayangkan adegan yang terjadi tadi pasti lucu.

" Kenapa nenek itu minta kamu menukar selendangnya dengan ciuman." Tanya Zira dengan gelak tawanya.

" Katanya wajah saya mirip almarhum suaminya." Ucap Kevin pelan.

Kedua pasangan suami istri itu kembali tertawa.

" Vin, Vin ternyata fansnya kamu nenek-nenek." Ejek Ziko.

Setelah tertawa mereka berdua reda, Ziko mengambil dasi yang melingkar di lehernya. Dia menjadikan dasinya sebagai penutup mata istrinya.

" Kalau tidak pakai penutup bagaimana." Tanya Zira yang masih di pakaikan dasi untuk menutup matanya.

" Kalau mata kamu terbuka nanti tidak suprise." Ucap Ziko cepat.

Mata Zira sudah tertutup dengan menggunakan dasi suaminya.

" Simpan selendang ini." Ucap Ziko sambil melemparkan selendang ke kursi samping Kevin.

" Nanti saya buang, untuk apa juga menyimpan selendang bau seperti itu." Ucap Kevin cepat.

" Jangan gitu Vin, itu dari penggemar kamu loh, hargai pemberiannya." Goda Zira sambil mata tertutup.

Kevin hanya diam, dia mulai iseng ingin mengejek Zira.

" Sekarang sibuta bukan dari gua hantu. Tapi si buta turun dari mobil." Ucap Kevin menggoda Zira.

Bruak terdengar suara pukulan dari belakang.

" Aw sakit sayang." Ucap Ziko cepat.

" Oh maaf sayang, aku mau memukul Kevin tapi terkena kamu." Ucap Zira cepat sambil meraba di mana letak suaminya.

Zira meraba suaminya dengan kedua tangannya. Zira berhenti pada satu tempat.

" Sayang, ini tangan kamu. Kenapa tangan kamu pakai resleting." Ucap Zira sambil mata tertutup.

" Itu si tole sayang, kamu pengen ya." Goda Ziko.

" Uhuk-uhuk." Batuk musiman Kevin kambuh.

" Kamu kalau batuk jangan sembarangan." Ucap Ziko cepat.

" Maaf tuan, bukan itu maksud saya. Ini batuk refleksi." Ucap Kevin pelan.

" Sekarang batuk di takuti jadi kamu harus hati-hati." Ucap Ziko mengingatkan asistennya.

" Betul tuh Vin, dulu jika ada orang kentut pasti orang sekitarnya menjauh. Tapi sekarang beda, kentut lebih di segani daripada batuk." Ucap Zira cepat sambil mata tertutup.

Ziko mengernyitkan dahinya sambil memandang istrinya. Menurutnya pemikiran istrinya ada benarnya.

" Vin, sekarang dasi bukan hanya diletakkan di leher tapi di mata juga." Goda Ziko.

" Ah, kamu." Rengek Zira sambil mencubit sesuatu yang ada di dekatnya.

" Aw sakit sayang." Ucap Ziko cepat.

Zira mencubit suaminya asal karena kondisi matanya yang tertutup.

Mobil sudah sampai di gapura perumahan mereka. Setelah beberapa belokan mobil yang di kendarai Kevin sampai.

Ketika ada suara mobil yang berhenti didepan rumah. Tuan besar dan Nyonya Amel beserta Zelin berlari keluar rumah. Mereka menunggu di depan pintu.

Ziko membantu istrinya turun dari mobil. Kemudian dia membuka penutup mata istrinya.

" Surprise." Ucap mereka semua teriak.

Pandangan Zira masih buram, dia masih melihat bangunan di depannya.

" Sayang ini rumah siapa." Tanya Zira pelan.

" Ini rumah baru kita." Ucap Ziko cepat sambil memeluk bahu istrinya.

" Sayang, sepertinya aku kenal rumah ini." Ucap Zira pelan masih tetap berdiri di depan rumah itu.

Nyonya Amel dan Zelin datang menghampirinya dan memeluknya lembut.

" Ayo masuk Zira." Ajak mama mertuanya.

" Iya ma, aku mau melihat-lihat dulu." Ucap Zira pelan sambil menarik tangan suaminya.

" Sayang rumah ini kamu beli." Tanya Zira penasaran.

" Enggak nyolong. Jelas belilah." Ucap Ziko cepat.

" Kenapa kamu tidak tanya dulu kepadaku." Ucapan Zira sedikit meninggi.

" Kenapa aku harus bertanya kepadamu. Kalau aku bertanya pasti ini tidak menjadi kejutan buatmu." Ucap Ziko cepat.

" Kamu salah besar." Ucap Zira cepat.

" Maksud kamu apa sih. Bukan bilang terima kasih sayang malah bilang salah besar." Gerutu Ziko.

" Kamu tau tidak perumahan ini kepunyaanku." Ucap Zira cepat.

" Apa!" Ziko kaget. Kejutan berbalik kepada dirinya.

Ziko melupakan sesuatu kalau istrinya adalah seorang pengusaha di bidang properti. Karena masalah yang di alaminya dia melupakan hal itu.

" Jadi sia-sia, aku membelikan rumah untukmu." Ucap Ziko sedih.

" Enggak sia-sia sih. Cuma kamu menyerahkan rumah kepada pemiliknya." Ucap Zira sambil tersenyum tipis.

" Lagian kamu tidak pernah menceritakan tentang usaha kamu kepadaku. Yang aku ingat kamu itu hanya punya butik dan pengusaha properti. Aku tidak memikirkan kalau hampir semua punya kamu." Ucap Ziko pelan.

" Sudahlah aku hargai pemberian kamu. Tapi kenapa kamu harus beli rumah sih. Apa kamu mau kita lepas dari rumah utama." Tanya Zira.

" Iya, aku ingin membangun rumah tangga denganmu berdua, tanpa ada bayang-bayang pembantu di sana sini." Ucap Ziko pelan.

" Kenapa harus beli rumah, apartemen aku ada. Kamu kan lagi susah sayang." Ucap Zira pelan.

" Untukmu tidak ada yang susah. Apapun akan aku penuhi selagi nyawa masih di kandung badan." Ucap Ziko sambil memeluk istrinya.

Mereka berjalan beriringan masuk ke dalam rumah itu.

" Rumah ini tidak terlalu besar, dibandingkan dengan mansion dan rumah kamu. Tapi aku ingin mengabadikan momen kita di rumah ini." Ucap Ziko sambil mengecup dahi Istrinya.

" Terimakasih sayang atas perhatian kamu dan kasih sayangmu. Aku tidak bisa berkata-kata hanya untaian doa untuk kita berdua, agar kita selalu bahagia sampai akhir hayat." Ucap Zira cepat.

" Aamiin." Ucap Ziko.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."