Chapter 299 episode 298 (S2)

Ziko sudah tiba di rumah sakit, di dalam ruangan istrinya di rawat ada kedua orang tuanya.

Ziko melihat Zira sedang belajar berjalan, dia di bantu perawat.

" Sayang kamu sudah bisa berjalan." Ucap Ziko melihat istrinya berjalan secara perlahan.

Zira menganggukkan kepalanya. Kedatangan Ziko di sambut sang mama dengan pertanyaan seputar masalah kantornya.

" Iko bagaimana." Tanya mamanya.

Ziko langsung melirik mamanya, dia tidak ingin membicarakan masalah ini di depan istrinya.

Zira mengerti maksud lirikan Ziko kepada mamanya.

" Belajar jalannya sudah dulu suster, aku capek." Ucap Zira pelan.

Perawat pergi meninggalkan ruangan itu. Zira kembali duduk di atas kasur. Ziko membantunya.

Ziko memperhatikan makanan yang sudah kosong di atas meja samping tempat tidur.

" Kamu sudah makan siang sayang." Tanya Ziko.

Zira menganggukkan kepalanya cepat.

" Aku ngantuk." Ucap Zira bohong.

" Tidurlah, kamu harus banyak istirahat." Ucap Ziko sambil mengelus rambut Istrinya.

Zira pura-pura memejamkan matanya. Hampir 15 menit Ziko duduk di sebelah istrinya sambil mengelus rambutnya. Setelah di rasanya Zira sudah tidur dia pindah duduk di sebelah kedua orangtuanya.

" Kamu sudah makan." Tanya mamanya.

" Belum ma." Ucap Ziko cepat.

Nyonya Amel menyerahkan makanan yang telah di bawakan Pak Budi siang tadi.

" Makanlah." Ucap mamanya.

Sambil makan mamanya terus bertanya.

" Bagaimana, apa sudah ada kabar mengenai dibalik anjloknya nilai saham kita." Tanya mamanya.

" Sudah." Ucap Papanya cepat.

" Kenapa papa tidak bilang dari tadi kepadaku." Gerutu Nyonya Amel.

" Mana mungkin aku bicara mengenai hal ini di depan Zira. Kamu itu seharusnya mengerti." Ucap Tuan besar cepat.

Nyonya Amel paham kenapa suaminya tidak mau membicarakan hal itu kepadanya ketika baru tiba di rumah sakit, ternyata alasannya karena Zira.

" Siapa." Tanya Nyonya Amel.

" Hariadi." Ucap papanya.

Zira masih mendengar nama seseorang yang di sebut papa mertuanya.

" Hariadi, seperti tidak asing nama itu." Ucap Nyonya Amel sambil berpikir.

" Papanya Sisil." Timpal suaminya.

" Apa!" Ucap Mamanya kencang.

" Sstt jangan berisik ma, nanti Zira dengar. Jangan sampai dia tau tentang permasalahan perusahaan itu. Aku tidak mau Zira memikirkan hal-hal yang berat." Ucap Ziko pelan sambil melihat ke arah tempat tidur.

Zira masih terbaring seperti orang tidur.

" Ya kamu benar." Ucap Mamanya.

" Apa motif di balik ini semua." Tanya mamanya lagi.

Tuan besar menceritakan semuanya, dari foto yang di terima Ziko, sampai mereka langsung mendefinisikan kalau yang ada di dalam foto itu adalah Hariadi.

" Hariadi sudah terlalu lama dendam dengan keluarga kita. Jadi dia memanfaatkan situasi ini dengan memberikan informasi perusahaan kepada tuan sultan dengan imbalan sebuah kerjasama." Ucap Tuan besar.

" Dan dia juga minta kebebasan anaknya." Timpal Ziko.

" Ya sudah cabut saja gugatan itu." Ucap mamanya.

" Sama saja, ketika kita mencabut gugatan itu anaknya bebas. Sultan tidak akan mau memperbaiki nilai saham kita. Dia manusia yang sangat egois." Ucap papanya.

" Jadi bagaimana." Tanya mamanya khawatir.

" Kita mencari perusahaan lain yang mau bekerjasama dengan perusahaan kita." Ucap Ziko.

" Siapa." Tanya mamanya lagi.

Ziko mengangkat kedua bahunya, dia juga belum tau siapa yang mau bekerjasama dengan perusahaan yang sudah mau bangkrut.

" Kalau tidak ada bagaimana." Ucap mamanya lagi.

" Kemungkinan besarnya semua karyawan di PHK. Kita gulung tikar." Ucap tuan besar sambil mengeluarkan nafasnya secara kasar.

Hati Zira merasa sedih mendengar cerita itu. Begitu banyak cobaan yang di alami dia dan keluarganya.

" Besok bawa bukti itu ke kantor polisi. Papa ingin Hariadi di angkut kepenjara." Ucap papanya cepat.

" Baik pa. Aku juga mau minta bantuan sama pengacara." Ucap Ziko cepat.

Ziko melihat istrinya yang masih tertidur.

" Kapan Zira boleh pulang." Tanya Ziko.

" Kata dokter kemungkinan besar besok." Ucap mamanya.

Ziko teringat sesuatu, dia mengambil ponselnya dan keluar dari ruangan itu.

Dia menghubungi Kevin

" Halo." Ucap Ziko cepat.

" Ya tuan." Jawab Kevin.

" Apa sudah ada kabar dari perusahaan developer itu." Tanya Ziko lagi.

" Belum tuan, nanti kalau dia sudah datang saya kabari." Ucap Kevin cepat.

" Baiklah, kalau sudah deal. Besok cari furniture untuk rumah baru kami. Dan minta Pak Budi untuk membantu kamu. Semua pakaian kami pindahkan ke rumah baru." Ucap Ziko cepat.

" Baik tuan, jam berapa kira-kira nona Zira keluar dari rumah sakit." Tanya Kevin.

" Belum tau, tapi nanti aku akan membawanya ke makam anak kami terlebih dahulu. Setelah itu kami akan langsung kerumah baru." Ucap Ziko menjelaskan.

" Baik tuan." Ucap Kevin.

" Tunggu." Ucap Ziko lagi

" Ya tuan." Tanya Kevin.

" Renovasi butik Zira. Buat ruangan istriku di lantai satu. Aku tidak mau dia naik tangga lagi." Perintah Ziko.

" Maaf tuan, jika nona Zira ingin mengecek barang pasti akan naik tangga juga." Ucap Kevin cepat.

" Aku akan melarangnya, dan akan aku perintahkan seseorang untuk mengawasinya." Ucap Ziko lagi.

" Apa sebaiknya butik itu di jual, dan cari yang lebih besar dan tidak bertingkat." Ucap Kevin memberikan sebuah ide.

" Bagus juga ide kamu, tapi akan sulit bagi Zira untuk melepaskan bangunan itu. Bangunan itu banyak sejarah baginya. Pelan-pelan akan aku bicarakan sama istriku. Kamu fokus saja dengan yang tadi." Ucap Ziko lagi.

" Baik tuan." Setelah itu panggilan tertutup.

Ziko kembali masuk ke dalam kamar istrinya di rawat.

" Ko, karena kamu sudah datang, papa dan mama mau pulang dulu. Besok pagi mama kesini lagi." Ucap mamanya pamit.

Tinggal Ziko dan Zira di dalam ruangan itu. Setelah mama dan papa mertuanya pergi Zira membuka matanya.

" Kamu sudah bangun." Ucap Ziko menghampiri tempat tidur Zira.

Zira menganggukkan kepalanya cepat.

Ziko menawari sesuatu untuk di makan istrinya.

" Kamu mau buah." Ucap Ziko.

Zira menganggukkan kepalanya dan Ziko mengupas buah mangga untuk di makan istrinya.

Zira memperhatikan wajah suaminya.

" Kamu kenapa sayang?" Ucap Zira pura-pura tidak tau.

" Maksud kamu apa." Tanya Ziko balik.

" Kamu tidak ada masalah kan." Ucap Zira langsung.

" Enggaklah, wajah ganteng gini di bilang ada masalah." Ucap Ziko mencoba menghindar dari pertanyaan istrinya.

" Ya ganteng." Ucap Zira sambil menarik hidung suaminya.

Zira menikmati potong buah mangga yang di berikan suaminya.

" Manis banget mangganya." Ucap Zira cepat.

" Manislah semanis diriku." Ucap Ziko cepat.

" Heleh kamu itu bukan manis tapi pahit." Ucap Zira cepat.

" Obat dong kalau pahit." Ucap Ziko kemudian mereka tertawa bersama.

" Sayang, besok pagi aku akan pergi sebentar ke kantor. Kamu sama mama ya." Ucap Ziko sambil mengelus rambut Istrinya.

Zira menganggukkan kepalanya cepat.

" Sayang berapa lama jahitan di perut kamu hilang." Tanya Ziko cepat.

" Enggak tau." Ucap Zira cepat.

Ziko mengambil ponselnya, dia menghubungi seseorang yaitu Dokter Diki.

" Kalau tidak sibuk, kamu datang ke ruangan Zira." Ucap Ziko sambil menutup ponselnya.

" Kamu menghubungi siapa." Tanya Zira.

Sebelum Ziko menjawab pintu ruangan itu di ketuk dari luar. Ziko langsung membuka pintu dengan segera.

" Selamat siang menjelang sore Zira." Ucap Dokter Diki ramah.

Zira menjawab dengan senyuman.

" Jangan kamu tersenyum sama perjaka tua ini." Ucap Ziko melarang istrinya untuk tersenyum.

" Enggak apa-apa dong Ko, senyum itu ibadah. Betul tidak Zira." Ucap Dokter Diki sambil melirik Zira.

" Bagaimana keadaan kamu." Ucap Dokter Diki cepat.

" Sudah mulai membaik dokter." Ucap Zira pelan.

" Ki, jelaskan kepadaku berapa lama jahitan ini akan hilang." Tanya Ziko cepat.

" Biasanya seminggu jahitan luar sudah kering, jahitan dalam mungkin sampai sebulan lebih." Ucap Dokter Diki menjelaskan.

" Apa tidak ada obat yang membuat jahitannya cepat kering." Tanya Ziko lagi.

" Ada kok, apa kamu ada di kasih resep obat sama dokter spesialis kandungan." Tanya Dokter Diki kepada Zira.

" Ada." Ucap Zira sambil menunjuk laci meja.

Ziko mengambil obat yang ada di laci tersebut, dan menunjukkan kepada temannya Dokter Diki.

" Ya ini obatnya. Ini obatnya mahal Ko, dia cepat membuat luka mengering dengan sangat cepat. Kamu bertanya mengenai hal ini. Jangan bilang kalau kamu mau honeymoon lagi." Tebak dokter Diki.

" Honeymoon pasti, iyakan sayang." Ucap Ziko sambil mengedipkan matanya ke arah Zira.

" Mata kamu kenapa sayang." Goda Zira.

" Aku lagi mengedipkan mata kepada semut di dinding." Ucap Ziko cepat.

Zira tersenyum mendengar celoteh suaminya.

" Ziko apa kamu tidak bisa menahannya." Goda Dokter Diki.

" Ya bagaimana lagi, aku itu pria normal. Wajar kalau si tole minta haknya." Ucap Ziko sambil melirik juniornya.

" Ya tapi pakai perhitungan dong." Ucap Dokter Diki tidak mau kalah.

" Aku pakai rumus kok, kalau berdua dengan istriku. Makanya kamu cepat kawin, biar tau rumusnya." Ucap Ziko cepat.

Zira menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Biasanya suaminya membicarakan hal itu dengan Kevin, tapi sekarang sama Dokter Diki. Dia merasa malu, karena masalah itu di bicarakan sama Dokter.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."