Chapter 298 episode 297 (S2)

" Nik, kamu mau keluar atau mau bermalam di situ." Ucap Kevin cepat.

Menik tersadar dari lamunannya.

" Iya Pak." Ucap Menik sedikit berlari keluar dari lift itu.

Lift khusus karyawan bersebelahan dengan lift khusus presiden direktur. Pada saat Kevin keluar dari lift kemudian di susul dengan Menik. Semua mata karyawan tertuju pada office girl itu.

Mereka terlihat sinis melihat Menik. Karyawan saling berbisik-bisik satu sama lain.

" Bisa-bisanya dia naik lift khusus presiden direktur. Pasti pakai pelet tuh." Ucap Karyawati dengan teman-temannya.

" Pasti dia ada main dengan Pak Kevin." Timpal seorang lagi.

Kevin berjalan agak jauh beberapa langkah dari Menik. Menik berada di belakangnya kira-kira lima langkah dari Kevin. Dia mendengarkan semua pembicaraan karyawati itu. Ada rasa sakit di bagian telinganya ketika orang berpikiran jelek tentangnya.

Dia memberhentikan langkah kakinya, dan memutar badannya. Kemudian dia berjalan kembali dan berhenti pada kerumunan karyawati yang sedang menggosipkan dirinya.

" Lihat dia datang." Ucap salah satu karyawati kepada temannya.

" Siapa yang bilang aku ada pakai pelet dan ada main dengan Pak Kevin." Tanya Menik kepada semua karyawati yang berkerumun di depan pintu lift.

Semua karyawati itu acuh tak acuh sambil melihat ke arah lain. Kevin sudah sampai di depan pintu loby, tapi ketika dia berbalik Menik tidak ada di belakangnya.

Kevin kembali lagi masuk ke dalam loby itu, mencari keberadaan Menik.

" Kemana lagi si Menik." Gumam Kevin pelan.

Dari jauh Kevin bisa melihat Menik sedang di tengah-tengah kerumunan karyawati.

" Jawab aku siapa yang bilang aku pakai pelet dan ada main dengan Pak Kevin." Ucap Menik emosi.

" Aku." Ucap salah satu karyawati yang postur tubuhnya lebih tinggi dari Menik.

Menik melihat tubuh wanita itu sambil tertawa terbahak-bahak.

" Kenapa kamu tertawa?" Ucap wanita itu heran.

" Kamu itu sebenarnya iri dengan aku." Ucap Menik sambil tetap dengan gelak tawanya.

" Apa yang harus aku irikan dari kamu, cih." Ucap wanita itu ketus.

" Kalau jabatan memang aku kalah, apalagi tinggi badan aku juga kalah. Tapi postur tubuh aku menang." Ucap Menik mengejek wanita itu.

Teman karyawati itu tertawa mendengar ucapan Menik. Karena tubuh wanita itu bulat seperti balon.

" Diam." Ucap karyawati itu kepada temannya.

Menik masih tetap tertawa. Karyawati yang berada didepan Menik langsung diam seperti ketakutan.

" Kenapa kalian semua diam." Tanya Menik bingung sambil melihat sesuatu ke belakangnya.

" Kamu kenapa sayang." Ucap Kevin didepan karyawati semua.

Menik kaget, mulutnya seperti tercekik. Dia tidak habis pikir kalau Kevin akan mengatakan sayang di depan semua karyawannya.

" Apa mereka mengganggumu." Tanya Kevin sambil melebarkan pandangannya ke semua karyawati.

Pintu lift sudah terbuka, tapi semua karyawan tidak ada yang berani bergerak untuk masuk ke dalam lift itu.

Menik masih diam seribu bahasa. Perasaannya campur aduk seperti nasi campur.

" Jangan ganggu Menik, kalau ada yang menggangu atau membicarakan hubungan saya dengan Menik. Kalian semua akan saya pecat." Ucap Kevin cepat.

" Enggak Pak maaf." Ucap wanita tadi yang berbadan tinggi dan berbody balon.

Dia langsung menyalami Menik sambil mencium tangan. Semua karyawan mencium tangan Menik. Setelah itu mereka masuk ke dalam lift secara bersamaan.

Menik bingung dengan tingkah semua karyawati tadi yang langsung melembek ketika berhadapan dengan Kevin.

" Ayo kita pergi." Ucap Kevin cepat sambil menggandeng tangan Menik.

Di loby masih banyak orang, semua karyawan dan karyawati yang ada di loby melihat kejadian itu. Mereka memilih untuk menundukkan kepalanya seperti tidak terjadi apa-apa.

" Pak tangan saya jangan di gandeng." Ucap Menik berbisik.

" Ya sudah kalau tidak mau di gandeng, saya gendong mau." Ucap Kevin sambil melepaskan genggamannya.

" Eh... genggam aja enggak apa-apa kok. Tangan saya sudah pakai hand sanitizer." Ucap Menik polos sambil menyerahkan tangannya kepada Kevin.

Mereka berjalan sambil bergandengan tangan sampai ke parkiran. Ada seseorang yang melihat kejadian itu yang tidak lain adalah adiknya Bima.

" Katanya trauma, tapi di gandeng diam saja." Gumam adeknya pelan.

Kevin membukakan pintu untuk Menik. Dia langsung masuk dengan perasaan campur aduk. Dia bisa membayangkan gosip tentang dirinya akan tersebar luas di gedung itu.

Mobil sudah melaju dengan kecepatan sedang. Sepuluh menit kemudian Mobil berhenti.

" Lah sudah sampai ya Pak." Ucap Menik bingung.

" Ayo turun." Ucap Kevin.

Menik turun sambil melihat sekelilingnya.

" Pak itu kan kantor kita." Ucap Menik sambil menunjuk ke arah gedung Raharsya group.

Gedung itu ada di depan tempat mobil Kevin berhenti.

" Iya, memangnya kenapa?" Ucap Kevin pelan sambil menutup pintu mobilnya.

" Bapak mau makan di sini." Tanya Menik lagi.

Kevin menganggukkan kepalanya.

" Owalah Pak, kenapa harus naik mobil sih. Tinggal menyebrang sampai. Enggak harus naik mobil, polusi udara tau." Gerutu Menik.

" Ya udara." Ucap Kevin sambil senyum tipis.

" Nama kamu cocok dengan kepribadian kamu. Yaitu tidak suka dengan polisi udara." Ejek Kevin.

" Polusi bukan polisi." Ucap Menik memperbaiki kata bosya.

Pelayan restoran memberikan tempat duduk di tengah dengan dua kursi yang saling berhadapan.

" Kamu mau makan apa." Tanya Kevin.

" Saya sudah makan, Bapak aja yang pesan." Ucap Menik cepat.

" Setidaknya minum ya." Ucap Kevin lembut.

" Ya sudah air putih satu." Ucap Menik polos kepada pelayan restoran.

" Air putih di kolam juga banyak." Gerutu Kevin.

Kevin membuka buku menu.

" Saya pesan spaghetti dan es krim." Ucap Kevin cepat kepada pelayan restoran.

Pelayan restoran sudah mencatat menu pesanan Kevin dan pergi meninggalkan tamunya.

" Pak, kenapa tadi mengatakan sayang di depan mereka semua. Kan semalam sudah saya bilang kalau saya tidak mau Bapak mengatakan hal itu." Gerutu Menik.

" Hal yang mana, bukannya kamu bilang tentang pernikahan. Perbedaan kata sayang dan pernikahan itu jauh banget." Ucap Kevin tidak mau kalah.

" Bukan itu Pak, memang perbedaannya jauh tapi maknanya sama." Ucap Menik asal.

" Sama dari mana. Sayang itu bisa sayang sebagai kakak, kekasih atau sahabat." Ucap Kevin cepat sambil tersenyum licik.

Menik bingung dia tidak bisa melawan perkataan bosnya.

" Iya Pak, tapi pasti akan banyak yang membenci saya." Gerutu Menik pelan.

" Kalau saya tadi tidak datang, pasti kamu akan tetap menjadi bulan-bulanan mereka." Ucap Kevin pelan.

" Jadi yang bapak katakan tadi benar." Tanya Menik lagi.

" Yang mana?"

" Bapak akan memecat mereka semua." Ucap Menik lagi.

Kevin menganggukkan kepalanya cepat.

Ada tidaknya mereka membicarakan tentang kita pasti tetap akan di pecat. Karena kondisi perusahaan yang tidak stabil.

Pelayan datang dengan membawa hidangan ke meja mereka.

Kevin langsung makan menu pilihannya. Dan es krim di serahkan pelayan kehadapan Menik.

" Makanlah." Ucap Kevin cepat.

Menik menikmati es krim itu dengan nikmatnya. Sambil tertawa kecil.

" Nik jangan kesurupan." Ucap Kevin mengingatkan Menik.

" Enggak kok Pak, saya itu lucu melihat karyawan tadi menyalami saya seperti orang tuanya saja." Ucap Menik dengan gelak tawanya.

" Ya sudah anggap saja mereka anak didik kamu." Ucap Kevin cepat.

Menik menikmati es krim itu yang menurutnya rasanya luar biasa enak.

" Pak es krim ini enak sekali. Beda banget sama es lilin." Ucap Menik asal.

" Kalau kamu suka, setiap hari akan saya belikan untuk kamu." Ucap Kevin cepat sambil menyuapkan sendok ke dalam mulutnya.

Menik menganggukkan kepalanya cepat.

" Berapa harganya Pak." Tanya Menik pelan sambil menikmati lembutnya es krim itu.

" Satu juta." Ucap Kevin cepat.

" Apa!" Menik kaget.

Orang yang berada di dalam restoran itu melihat kearah mereka.

" Sstt kecilkan suara kamu." Ucap Kevin pelan.

" Satu juta, mending enggak usah Pak. Kalau pengen es krim saya makan aja es batu di kulkas. Kalau perlu saya tidur di kulkas." Ucap Menik dengan ekspresi kaget.

Kevin tidak menghiraukan ucapan Menik.

" Mahal banget. Padahal hanya es." Gerutu Menik.

" Ya sudah cepat habiskan es krim itu. Waktu istirahat sudah mau habis." Ucap Kevin mengingatkan Menik.

Tadinya Menik menikmati es krim itu dengan semangat tapi ketika mendengar harganya dia kurang bernapsu menghabiskan isi mangku es krim itu.

Kevin memperhatikan Menik. Dia mulai iseng.

" Nik, kalau enggak habis harganya bisa dua kali lipat." Ucap Kevin bohong.

" Apa!" Menik berteriak lagi semua melihat kearah mereka berdua.

" Jangan berteriak, nanti semua orang yang berada di sini kena serangan jantung." Ucap Kevin pelan.

Dengan cepat Menik langsung menghabiskan es krim itu.

" Sudah Pak saya kenyang."

Kevin mengambil tisu dan membersihkan mulut Menik yang belepotan es krim.

" Kamu seperti anak kecil." Ucap Kevin pelan sambil membersihkan bibir Menik.

" Enggak usah Pak, biar saya sendiri." Ucap Menik mengambil tisu yang ada di tangan Kevin.

Tangan mereka saling bersentuhan, dan pandangan mereka bertemu cukup dalam. Menik langsung tersipu malu sambil menunduk wajahnya.

Kenapa kalau dia menyentuh tanganku secara tidak sengaja hatiku terasa berdebar-debar, tapi ketika dia menggenggam tanganku dengan sengaja perasaan itu biasa saja.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."