Chapter 297 episode 296 (S2)

Kevin sudah menghubungi perusahaan jasa yang bersedia menjual apartemen milik bosnya.

Mobil sudah meluncur meninggalkan gedung apartemen itu.

" Selanjutnya kita kemana tuan?" Ucap Kevin fokus menyetir.

" Kita ke developer perumahan." Ucap Ziko cepat.

Kevin langsung menekan pedal gasnya cepat. Mereka sampai di sebuah perumahan elite. Mobil berhenti di depan kantor developer perumahan itu.

" Selamat siang. Ada yang bisa di bantu." Ucap seorang wanita ramah.

" Saya ingin membeli rumah yang tidak terlalu besar. Ucap Ziko cepat.

Wanita itu menunjukkan model rumah yang di maksud Ziko. Dia menjelaskan luas bangunan dan lebar tanahnya.

" Kalau Bapak berkenan, mari saya tunjukkan rumahnya." Ucap wanita itu ramah.

" Baiklah." Ucap Ziko cepat.

Mobil Kevin mengikuti mobil wanita di depannya. Mereka berhenti pada satu rumah yang berada di pinggir.

" Silahkan." Ucap wanita itu sambil membuka pintu rumah itu.

Wanita itu menjelaskan semuanya, dari material semua di jelaskannya. Ziko dan Kevin memperhatikan setiap sudut rumah itu. Rumah dengan tiga kamar. Dan dua kamar mandi. Satu kamar mandi di kamar utama dan satu kamar mandi di bagian dapur.

Rumah itu hanya mempunyai beberapa ruangan. Ruang tamu, ruang keluarga dan ruang makan, beserta dapur. Untuk menambah kesan asri ada taman di bagian belakang beserta berandanya. Dan di bagian depan hanya ada rerumputan yang di susun sedemikian rupa sehingga menjadi daya tarik rumah itu.

" Bagaimana menurut kamu." Tanya Ziko meminta pendapat Kevin.

" Bagus tuan." Ucap Kevin cepat.

" Rumah ini memang tidak terlalu besar. Malah lebih besar rumah kamu. Tapi menurutku dengan rumah ini suasana kekeluargaan akan terasa lebih hangat." Ucap Ziko cepat.

" Tuan benar, nanti saya jual rumah juga." Ucap Kevin cepat.

" Ngapain kamu mengikuti aku. Selera kita berbeda. Kalau kamu sudah punya rumah pakai saja yang itu. Jangan ikuti aku." Ucap Ziko cepat.

" Ah tuan, apa tuan tidak ingin bertetangga dengan saya." Goda Kevin.

" Boleh kamu bertetangga denganku tapi kalau sudah nikah. Kalau belum jangan." Ucap Ziko cepat.

Wanita tadi menjelaskan harga rumah itu.

" Baiklah, saya ambil ini. Kirimkan berkas dan surat-suratnya ke gedung Raharsya group." Ucap Ziko cepat.

Wanita itu menganggukkan kepalanya pelan.

Ziko hendak keluar meninggalkan rumah itu kemudian berbalik lagi sambil melihat wanita yang bekerja di developer perumahan itu.

" Saya mau surat-surat rumah selesai hari ini. Besok kami pindah ke sini." Ucap Ziko cepat.

" Ba..baik tuan." Ucap wanita itu gugup.

Ziko dan Kevin sudah berlalu meninggalkan wanita itu sendirian di rumah itu.

Wanita itu di awal tidak tau kalau yang berada di depannya adalah Ziko orang nomor satu di kota mereka. Tapi setelah dia tau kalau itu adalah Ziko, dia langsung gugup.

Dia terlihat panik ketika mendengar surat-surat harus di urus dan selesai hari ini. Dia memutar otaknya agar bisa menghubungi bagian pertanahan dan departemen yang terkait.

" Antarkan aku ke rumah sakit saja. Kamu tunggu wanita itu di kantor. Kabari aku jika surat-suratnya sudah lengkap." Ucap Ziko cepat.

" Baik tuan." Ucap Kevin.

Ziko sudah di antarkan ke rumah sakit. Kevin kembali ke kantor. Dia tiba di kantor pada saat jam makan siang. Sehingga keadaan di loby kantor cukup ramai karyawan yang hendak pergi ke kantin atau sekedar makan di luar.

Ketika hendak masuk ke ruangannya. Dia melihat Menik duduk di pantry sambil menikmati makan siangnya. Dia menghampiri ruangan itu.

" Selesai makan, masuk ke ruangan saya." Ucap Kevin cepat.

" Untuk apa Pak. Bukannya ini masih makan siang." Ucap Menik cepat.

Kevin tidak menjawab, dia berlalu meninggalkan wanita itu dengan makan siangnya.

Di dalam ruangannya Kevin terlihat kesal.

" Bisa-bisanya dia lupa membawakan makan untukku." Gerutu Kevin.

Tidak berapa lama, pintu ruangan di ketuk.

" Masuk." Ucap Kevin sedikit teriak.

Menik langsung masuk dan kembali menutup pintu ruangan itu.

" Mana makan siang saya." Ucap Kevin cepat sambil menatap tajam wajah wanita yang berdiri di depannya.

" Bukannya Bapak tidak mau." Ucap Menik cepat.

" Kapan saya bilang tidak mau. Kemarenkan saya sibuk bukan tidak mau." Ucap Kevin cepat.

" Yah mana saya tau, berarti saya salah mengartikan maksud Bapak ya." Tanya Menik lagi.

" Ayo ikut saya." Ucap Kevin cepat.

" Kemana Pak?"

Menik mengikuti langkah Kevin yang menurutnya cukup lebar. Pria itu berdiri di depan lift khusus presiden direktur. Dan Menik berdiri didepan lift khusus karyawan.

Pintu lift khusus presiden direktur terbuka. Kevin langsung masuk dan menarik tangan Menik untuk masuk ke dalam lift.

Wanita itu berdiri sambil bersandar dan Kevin berdiri persis di depannya. Hanya ada jarak beberapa centimeter posisi mereka berdua.

" Pak saya bukan presiden direktur. Nanti kalau orang lain lihat bagaimana?" Ucap Menik gugup karena Kevin sangat dekat dengan wajahnya.

Kevin tidak menjawab, dia melihat mulut Menik yang merah merekah bak buah strawberry. Ingin rasanya dia mencomot bibir itu.

Menik terlihat salah tingkah. Tapi Kevin terus memojokkannya. Wanita itu langsung menutup matanya sambil membuka mulutnya, dia spontan melakukan itu.

Kevin langsung tertawa melihat Menik seperti itu. Mendengar Kevin tertawa Menik langsung membuka matanya dengan perasaan malu.

" Siapa lagi yang mau menciummu, aku cuma mau bilang ada cabe di gigimu." Ucap Kevin cepat sambil dengan gelak tawanya.

Menik malu, dia langsung berkaca pada dinding kaca yang ada di dalam lift itu. Dia mengecek satu persatu giginya, memang ada cabe yang nyelip di giginya.

" Harga cabe lagi murah Pak, makanya dia nyelip di gigi saya." Ucap Menik untuk menutupi rasa malunya.

" Buahahaha, memangnya celana dalam pakai nyelip segala." Ucap Kevin sambil tertawa.

Menik langsung membuang mukanya melihat kearah yang lain. Dia merasa malu dengan tingkahnya.

Aku ini oon banget, kenapa mulut ini langsung menganga seperti minta cium.

" Bapak enggak usah geer, saya itu tadi tutup mata. Karena lagi kelilipan." Ucap Menik asal.

" Kelilipan dari mana. Jelas-jelas kamu menginginkan bibirku." Goda Kevin.

" Terus kenapa mulut kamu terbuka seperti ikan koi." Ucap Kevin asal.

Menik menggaruk kepalanya, dia bingung harus menjawab apa.

" Oh itu karena parfum Bapak harum banget. Tadi saya menikmati aroma itu." Ucap Menik asal membela diri.

Kevin mencium aroma tubuhnya sambil mengangkat tangannya.

" Apa kamu suka dengan aromo tubuhku." Goda Kevin lagi.

" Suka banget Pak, tapi sayang aromo tubuh itu tidak asli." Ucap Menik cepat.

" Maksud kamu apa." Tanya Kevin.

" Coba Bapak tidak pakai parfum pasti aroma tubuh Bapak tidak harum seperti sekarang. Saya yakin aroma tubuh Bapak bau ikan asin." Ucap Menik asal.

Kevin memikirkan sesuatu yang pasti menguntungkan untuk dirinya.

" Ok, kita lihat besok. Kalau aroma tubuhku tetap wangi sampai pulang kerja. Apapun yang aku inginkan harus kamu penuhi." Ucap Kevin cepat.

" Ok siapa takut. Kebalikan dari itu, kalau aroma tubuh Bapak bau, saya mendapatkan apapun yang saya inginkan." Ucap Menik.

" Ok deal, mereka saling bersalaman."

Kevin langsung mematikan hasil rekamannya.

" Kenapa bapak rekam." Ucap Menik bingung.

" Ini sebagai bukti kalau kamu tidak akan mengingkari perjanjian ini." Ucap Kevin cepat.

" Pak kalau boleh tau, nanti kalau saya kalah, bapak mau minta apa." Menik mulai khawatir kalau Kevin minta aneh-aneh kepada dirinya.

" Ada deh." Ucap Kevin cepat.

" Bapak tidak minta mahkota sayakan." Ucap Menik pelan sambil tertunduk.

" Idih rendah sekali harga diri saya. Seperti tidak laku saja." Ucap Kevin cepat.

" Syukurlah kalau Bapak tidak minta yang ini." Ucap Menik sambil menutup bagian bawahnya dengan kedua tangannya.

" Nik, untuk hal seperti itu bukan di jadikan candaan." Ucap Kevin cepat.

Kemudian pintu lift terbuka. Kevin sudah melangkahkan kakinya keluar lift. Tapi Menik masih diam terpaku di dalam ruangan kecil itu.

Ada rasa senang ketika mendengar hal itu bukan candaan bagi Kevin. Menurutnya bosnya pria yang baik.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."