Chapter 291 episode 290 (S2)

Menik baru sadar ketika dia mencium aroma maskulin dari tubuh Kevin. Dia langsung mengangkat kepalanya dari dada bidang itu.

" Bapak mengambil kesempatan di dalam situasi ini ya?" Ucap Menik pelan.

" Bukan mengambil kesempatan, tapi saya kasihan dengan kepala kamu tidak ada sandarannya, makanya saya letakkan saja di dada yang bidang ini." Ucap Kevin pelan.

Menik hanya manyun sambil melihat ke arah yang berbeda yaitu Koko dan Zelin. Dia menggerakkan sikunya ke pinggang Kevin.

" Apa?" Ucap Kevin cepat.

" Lihat tuh." Ucap Menik menunjuk ke arah Koko dan Zelin dengan gerakan kepalanya.

Kevin melihat dua orang itu.

" Biarkan saja. Apa kamu mau lagi? Sini saya peluk." Ucap Kevin sambil merentangkan kedua tangannya.

Menik mencubit lengan Kevin.

" Aw." Kevin meringis.

Semua orang melihat mereka berdua. Zelin langsung mengangkat kepalanya ketika mendengar suara itu. Dan Ziko ikut menoleh.

" Maaf tuan." Ucap Kevin cepat.

Menik ikut menganggukkan kepalanya.

Kevin membuka bungkus soto yang di belikan Zelin untuknya.

" Apa kamu sudah makan?" Ucap Kevin menawari Menik.

" Belum." Ucap Menik jujur.

" Ayo makan berdua." Ucap Kevin lagi.

" Enggak ah, nanti saya ketularan." Jawab Menik.

" Ketularan dari mananya. Justru kamu yang bawa virus." Ucap Kevin sambil menarik hidung Menik.

" Virus? Memangnya saya membawa virus apa." Tanya Menik balik.

" Virus cinta." Goda Kevin.

Menik langsung menundukkan kepalanya karena malu.

" Kenapa kamu menundukkan kepala? Hening cipta selesai." Ucap Kevin cepat.

" Ih Bapak." Rengek Menik.

Akhirnya Menik mau makan berdua dengan Kevin. Karena dia juga lapar. Sedangkan Koko dan Zelin makan di tempat terpisah. Mereka belum berani untuk makan sepiring berdua.

Zira dan Ziko sudah menghabiskan makanannya.

" Apa kamu mau makan sesuatu." Tanya Ziko pelan sambil mengelus rambut Istrinya.

Zira menggelengkan kepalanya. Kemudian dia melihat dua pasang pria dan wanita yang duduk di sofa.

Ziko melihat ke arah dua pasang itu.

" Vin, ini sudah malam. Lebih baik kamu istirahat." Ucap Ziko cepat.

" Dan Zelin pulanglah. Kamu juga harus istirahat." Ucap Ziko cepat.

Kevin beranjak dari duduknya.

" Baiklah saya pulang dulu." Ucap Kevin cepat sambil melirik Menik yang masih duduk.

Menik melihat tatapan Kevin, dia ikut berdiri.

" Saya juga mau pulang." Ucap Menik sambil berdiri di sebelah Kevin.

Akhirnya Koko juga ikut pamit. Mereka keluar dari ruangan itu secara bersama-sama.

" Ko, Menik biar saya yang antar." Ucap Kevin cepat.

" Enggak saya ikut Koko aja." Ucap Menik menolak.

Kevin menatap wajah Menik tajam. Dia tidak ingin Menik memeluk tubuh Koko.

" Zelin kamu bawa mobil tidak?" Ucap Koko sambil berjalan beriringan dengan Zelin.

" Enggak, tadi pagi aku ikut mobil papa kesini." Ucap Zelin pelan.

" Mau aku antar pulang?" Ucap Koko menawari diri.

Zelin tersipu malu sambil menganggukkan kepalanya.

Kevin dan Menik berjalan di belakang Koko dan Zelin.

" Apa kamu tidak mau memberi kesempatan untuk mereka berdua." Ucap Kevin pelan.

" Memberikan kesempatan kepada mereka, atau Bapak yang mau ambil kesempatan?" Sindir Menik.

Kevin diam, dia hanya tersenyum tipis.

Mereka semua masuk ke dalam lift. Kevin menekan tombol lantai dasar tempat loby berada.

Dalam beberapa menit pintu lift langsung terbuka. Mereka berjalan keluar secara bersamaan, ketika sampai parkiran mereka berpisah. Karena parkiran motor dan mobil di bedakan.

Koko memberikan helm kepada Zelin untuk di pakainya. Setelah Zelin duduk, Koko mulai melajukan motornya.

Koko sengaja melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, agar Zelin mau memeluknya. Akhirnya ide Koko kesampaian, Zelin memeluk pinggang Koko.

Ketika di peluk dari belakang jantung mereka berdua berdetak kencang. Koko mulai menurunkan kecepatan motornya. Didalam perjalanan mereka hanya diam. Menikmati malamnya syahdu di atas motor, itu yang mereka rasakan.

Di mobil.

Kevin sudah melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dengan membawa Menik di sampingnya.

" Nik?" Ucap Kevin memecahkan kesunyian malam itu.

" Iya." Ucap Menik cepat sambil menoleh ke arah Kevin.

" Nasi uduk saya mana?" Ucap Kevin basa basi.

" Nasi uduk? Nasi uduknya sudah di makan Koko." Ucap Menik cepat.

" Kenapa kamu berikan kepada Koko?" Ucap Kevin cepat.

" Terus nasi itu harus saya berikan kepada siapa?" Ucap Menik cepat.

" Kamu berikan saja kepadaku." Ucap Kevin lagi.

Menik langsung membulatkan matanya, bingung dengan arah pembicaraan bosnya.

" Udah basi tau." Ucap Menik cepat.

" Enggak apa-apa. Nanti saya awetkan seperti cintaku kepadamu awetnya." Gombal Kevin.

Menik langsung malu, karena lampu di dalam mobil tidak menyala, jadi rona merah dari wajahnya karena malu tidak terlihat. Dia merasa malu jika Kevin selalu mengatakan kata cinta di depannya.

" Nik." Ucap lagi cepat.

" Kalau saya melamar kamu, apakah kamu siap?" Ucap Kevin pelan.

Menik bingung dia berusaha untuk menjawab itu dengan candaan.

" Aduh Bapak, jangan bercanda deh. Saya ini miskin, jelek hidup lagi. Apa Bapak enggak malu hidup sama saya. Belum lagi saya bukan anak sekolahan." Ucap Menik cepat.

" Enggak." Ucap Kevin cepat.

" Tapi kalau saya malu jalan sama Bapak." Ucap Menik cepat.

" Malu kenapa?" Kevin penasaran.

" Ya karena saya tidak berpendidikan." Ucap Menik merendah.

" Nik, saya tidak pernah malu jalan dengan kamu." Ucap Kevin cepat sambil sekali-kali melihat ke arah Menik.

" Maaf Pak, saya memang tidak tau apakah perasaan Bapak dengan saya hanya main-main atau serius. Saya belum mau memikirkan itu. Bapakkan sudah tau tentang masa lalu saya. Jadi kita hanya sebatas bos dan bawahan." Ucap Menik cepat.

Kevin diam. Menurutnya terlalu cepat dia mengatakan itu semua. Dia harus bersabar untuk mendapatkan hati Menik.

" Baiklah, saya tidak memaksa kamu. Tapi jangan pernah menganggap ini hanya candaan atau gurauan. Setelah kamu siap, saya akan melamar kamu." Ucap Kevin tegas.

Menik diam, ketika mendengar kalimat itu hatinya langsung berdetak kencang. Dia belum paham akan perasaannya.

Mereka diam seribu bahasa. Kevin merasa tidak enak hati ketika mengatakan itu. Dia khawatir Menik akan menjauhinya.

" Nik." Ucap Kevin cepat sambil melirik Menik.

Menik hanya menoleh.

" Kamu tidak akan menjauh kan?" Ucap Kevin lagi.

Menik diam sambil menghembuskan nafasnya.

" Saya akan menjauh kalau Bapak tidak mengatakan hal itu lagi." Ucap Menik tegas.

Menik takut jatuh cinta lagi. Karena bayang-bayang tentang pertentangan hubungan mereka pasti akan muncul.

" Kenapa Nik?" Ucap Kevin lagi.

" Saya sudah jelaskan tadi. Harap Bapak maklum. Dan menurut saya, Bapak hanya menjadikan saya pelarian saja." Ucap Menik cepat.

Kevin diam, menurutnya akan sia-sia jika menjelaskan dan mengatakan tentang perasaannya. Menik hanya butuh bukti itu pikirnya. Dan untuk perasaan Menik kepadanya, dia akan sabar menunggu dalam waktu yang tidak bisa di tentukan.

Kebanyakan pria cenderung mendua, namun saat dia telah menemukan tambatan hati yang membuatnya merasa tenang, dia tidak akan pernah mampu untuk berpaling.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."