Chapter 290 episode 289 (S2)

Di dalam ruang rawat inap.

Ziko masih setia menemani istrinya. Dia duduk di kursi samping tempat tidur. Tanpa terasa waktu sudah mulai petang. Perut yang ada didalam ruangan itu belum ada yang terisi. Zelin sudah tidak betah dengan nyanyian perutnya.

" Kak, aku mau ke kantin. Kakak mau di belikan apa?" Ucap Zelin menawarkan sesuatu.

Ziko sebenarnya enggan untuk makan, tapi di meja sebelah tempat tidur ada makanan rumah sakit yang sama sekali belum tersentuh. Dia tau kalau istrinya belum makan apapun.

" Sayang, kamu mau makan apa?" Ucap Ziko menawari Zira.

Zira tidak menjawab, dia masih tetap melamunkan anaknya. Melihat itu Ziko langsung mengambil inisiatif untuk membelikan sesuatu untuk istrinya.

" Zel, belikan kakak soto." Ucap Ziko masih terus memegang tangan istrinya.

" Baik." Zelin kemudian berjalan menghampiri Kevin.

" Asisten Kevin, kamu mau makan apa?" Ucap Zelin lagi.

" Saya sama saja dengan tuan muda." Ucap Kevin cepat.

Kemudian Zelin pergi keluar ruangan itu dan menuju lift. Dia harus melewati loby rumah sakit, karena kantin ada di luar gedung.

Ketika dia melangkahkan kakinya, dia melihat Koko sedang duduk berdua dengan Menik. Zelin langsung cemburu, dan mendatangi dua orang itu.

" Owh ternyata kamu di sini juga. Sedang apa kalian di sini? Kalau mau pacaran jangan di rumah sakit. Enggak bagus karena banyak penyakit." Ucap Zelin jutek.

Koko yang sedang duduk di samping Menik langsung kaget. Apalagi Zelin berpikir aneh-aneh tentang mereka berdua.

" Bukan, ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Kami ingin menjenguk nona Zira." Ucap Koko membela diri.

" Alah alasan." Ucap Zelin sambil melipat tangannya dan meletakkan di depan dadanya.

Zelin menatap sinis kepada dua orang itu.

" Maaf nona, anda salah. Kami mau menjenguk nona Zira. Ini buktinya." Ucap Menik menunjukkan keranjang buah yang ada di pangkuannya.

Zelin melihat sekilas keranjang buah itu.

" Kenapa kalian tidak langsung saja ke atas. Kenapa harus duduk di sini." Ucap Zelin jutek.

Koko berdiri dan berusaha menjelaskan semuanya. Tentang informasi yang di dapatnya dari Kevin. Dia juga memberitahukan kalau Menik ikut berduka.

" Jadi dia ingin menenangkan dirinya dulu sebelum masuk ke sana. Betul kan Nik." Ucap Koko bertanya kepada Menik.

" Betul nona, kami sebelumnya hanya mendengar kalau nona Zira mengalami pendarahan. Tapi ketika kami sampai sini, informasi berbeda. Saya jelas syok. Walaupun saya bukan keluarga. Tapi saya bisa merasakan hancurnya perasaan nona Zira dan keluarga." Ucap Menik menjelaskan.

Zelin diam penjelasan Menik bisa di terimanya.

" Tenang nona, saya tidak akan mengambil kekasih anda." Ucap Menik pelan.

" Bukan, kami tidak..." Zelin gugup. Dia merasa malu karena Menik menganggap kalau dia dan Koko menjalin hubungan.

Kenapa juga aku seperti ini. Wajarlah wanita itu berpikiran kalau kami ada hubungan.

" Saya permisi dulu." Ucap Menik sambil berjalan meninggalkan dua insan itu.

Koko tidak mengikuti Menik, dia masih berdiri di samping Zelin.

" Kamu mau kemana." Tanya Koko.

" Aku mau ke kantin." Ucap Zelin lagi.

" Mari aku temani." Ucap Koko pelan.

Zelin menganggukkan kepalanya. Menurutnya kapan lagi dia bisa jalan berdua dengan pujaan hatinya.

Menik mencari ruangan tempat Zira di rawat. Dia berhenti di depan pintu yang di atasnya bertuliskan Flamboyan. Dia mengetuk pintu secara perlahan.

Tok tok tok.

Tidak berapa lama handle pintu bergerak. Ada Kevin di balik pintu itu.

" Menik." Ucap Kevin sambil senyum sumringah.

Ketika melihat wajah Menik, semangatnya kembali. Tadinya badannya serasa lemas, tapi sekarang dia seperti baru minum vitamin.

" Masuk." Ucap Kevin mempersilahkan Menik untuk masuk.

Menik masuk sambil menenteng keranjang buah. Dia berjalan perlahan mendekati tempat tidur dan meletakkan kerajaan buah itu ke atas meja.

" Nona tuan, Saya turut berdukacita." Ucap Menik pelan sambil menundukkan kepalanya.

" Terimakasih." Ucap Ziko.

Zira tidak menjawab. Dia seperti enggan untuk berbicara sama siapapun.

Kevin mengajak Menik untuk duduk di sofa.

" Kamu sama Koko kesini." Tanya Kevin langsung.

Menik langsung menganggukkan kepalanya.

" Mana Koko." Tanya Kevin lagi.

" Di loby bersama adiknya bos besar." Ucap Menik.

Kevin terus memandangi wajah Menik dari samping. Menik merasa malu dan sesekali membenarkan rambut halusnya untuk di selipkan di belakang telinganya.

" Kenapa Bapak melihat saya terus." Ucap Menik pelan.

" Apa kamu baru menangis?" Ucap Kevin cepat.

" E... enggak saya tadi kelilipan." Ucap Menik bohong.

Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya karena dia tidak ingin tambah merusak suasana hati Zira.

Menurutnya Zira sudah lebih tegar. Terlihat tidak ada air mata lagi yang keluar dari bola matanya. Hanya matanya yang terlihat sembab.

Begitupun dengan Ziko. Dia bisa melihat pria itu jauh lebih tegar di bandingkan istrinya.

" Apa kamu menangis karena aku." Goda Kevin berbisik.

" Maksud Bapak apa?" Ucap Menik bingung.

" Mana tau kamu menangis karena mendengar kalau aku baru mendonorkan darah untuk nona Zira." Goda Kevin lagi.

" Ih siapa lagi yang menangisi Bapak. Donor darah aja harus di tangisi." Ucap Menik pelan.

" Owh kamu tidak bersedih atau prihatin gitu." Tanya Kevin.

" Enggak lah. Memangnya siapa Bapak? Saudara bukan kekasih juga bukan." Ucap Menik pelan.

" Saudara tentu bukan, kekasih juga bukan. Tapi saya calon suami itu baru benar." Goda Kevin lagi.

Dia merasa senang ketika berdekatan dengan Menik. Menurutnya Menik seperti ada candunya yaitu boraks.

" Nik." Ucap Kevin pelan sambil tetap menatap Menik dari samping.

" Iya."

" Kamu tadi malam mimpikan aku tidak?" Goda Kevin lagi.

" Iya saya mimpi Bapak di tangkap satpol Popo karena maling ayam." Ucap Menik asal.

" Cih, satpol Popo mana tangkap pencuri tapi tugasnya memelihara ketentraman dan ketertiban umum." Ucap Kevin menjelaskan.

" Ah sama saja itu." Ucap Menik tidak mau kalah.

Tidak berapa lama pintu di buka. Koko dan Zelin masuk ke dalam ruang rawat inap itu sambil membawa beberapa bungkus makanan.

Zelin menyerahkan makanan yang isinya soto kepada Kevin dan kakaknya.

Ziko membuka makanan itu dan mengambil sesendok untuk di suapkan ke istrinya.

" Aaak." Ucap Ziko sambil menyodorkan sendok ke depan mulut Zira.

Tapi Zira enggan untuk membuka mulutnya. Dia tidak semangat untuk makan apapun.

Ziko tidak putus semangat.

" Sayang kamu harus makan banyak. Agar bisa pulang secepatnya dari sini. Apa kamu tidak ingin melihat tempat peristirahatan buah cinta kita." Ucap Ziko pelan.

" Hiks hiks." Zira menagis lagi sambil membuka mulutnya.

Dia memang tidak berniat untuk makan sesuatu, tapi ucapan suaminya membuatnya harus cepat pulih, agar dia bisa melihat makam bayi mungilnya.

Dengan berlinang air mata Zira berusaha untuk menelan makanannya. Dan Ziko juga menikmati makanan itu. Mereka makan semangkuk berdua. Sambil tetap bersedih.

Yang berada di ruangan itu ikut menangis. Baik Zelin dan Menik ikut nangis tersedu-sedu. Para pria tidak mau melewatkan kesempatan itu. Mereka membenamkan kepala pujaan hatinya di dada mereka masing-masing.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."