Chapter 284 episode 283 (S2)

Radio rusak di belakang Kevin sudah berhenti. Akhirnya Ziko dapat merayu istrinya. Dengan kata-kata romantis dari suaminya dan kecupan hangat membuat Zira cepat luluh.

Keadaan kembali hening. Keadaan lalu lintas cukup padat. Karena Senin adalah hari yang sibuk, seperti itulah orang-orang sering mengatakannya.

Zira bersandar pada bahu suaminya. Ziko teringat sesuatu, yang ingin di tanyakan dari tadi. Tapi karena istrinya ngambek, dia melupakan itu. Sekarang dia mengingat kembali.

" Vin, kamu tau kan kalau aku memberikan julukan untuk istriku mulut micin." Ucap Ziko sambil mengelus pipi istrinya.

" Ya tuan."

" Untuk Menik kamu beri julukan apa?" Ucap Ziko sambil tertawa lucu.

" Sstt, kamu itu jangan samakan dia dengan kamu." Ucap Zira menepuk tangan suaminya.

" Sayang, dia muridku pasti dia akan ketagihan seperti aku ketagihan bibirmu." Goda Ziko sambil mengecup kembali bibir istrinya.

Kevin melihat dari balik kaca mobil. Melihat itu otomatis batuk musimannya kambuh.

" Uhuk uhuk."

Ziko langsung menghentikan aksinya.

" Kamu kan sudah mendapatkannya dari Menik. Kenapa batuk musiman kamu masih kambuh. Apa kamu kena virusnya?" Ucap Ziko asal.

" Maaf tuan, saya bukan kena virus tapi kalau anda melakukan itu sama nona di hadapan saya. Nanti saya bisa ngences. Secara saya belum resmi dengan Menik." Jawab Kevin.

" Benar sayang, kamu jangan menciumku." Ucap Zira menasehati suaminya.

" Memangnya kenapa, toh Kevin juga sudah tau dan sering lihat." Ucap Ziko tidak mau mengalah.

" Bukan itu masalahnya. Kamu sebagai guru seharusnya mencontohkan yang baik. Bukan sembarangan cium." Ucap Zira menjelaskan.

" Aku tidak sembarangan cium, kamu kan sudah resmi jadi istriku." Ucap Ziko lagi.

" Halah belum jadi istri aja, kamu sudah berkali-kali menciumku. Apa seperti itu yang mau kamu ajarkan sama Kevin." Ucap Zira cepat.

Ziko diam , dia memikirkan sesuatu.

" Hemmmmm, baiklah Vin untuk hal ini jangan kamu ikuti, tapi kalau kamu tersedak. Eh salah terdesak maka lakukanlah." Ucap Ziko cepat.

" Itu sama saja." Ucap Zira lagi.

" Baik tuan, saya jika tersedak akan minum air dan jika terdesak saya akan mencium dinding." Ucap Kevin santai.

Mobil masih tetap melaju. Kemacetan bukan hanya karena padatnya kendaraan tapi lampu lalu lintas juga membuat kemacetan panjang.

" Vin jawab yang tadi." Ucap Ziko lagi.

" Yang mana tuan?" Ucap Kevin bingung.

" Itu masalah mulut." Ucap Ziko cepat.

Zira langsung melirik suaminya. Menurutnya suaminya keponya luar binasa.

" Apa mulutnya ada rasa micinnya atau malah lebih parah." Ucap Ziko lagi penasaran.

Zira mencubit lengan suaminya.

" Aw sakit sayang. Cuma ini aja kok pertanyaannya." Ucap Ziko sambil meringis.

" Saya malu tuan." Ucap Kevin pelan.

" Malu? Memangnya kamu punya urat malu?" Ucap Ziko cepat.

" Wajar dia malu, bukan seperti kamu, malu-maluin." Gerutu Zira.

" Jangan bela si Kevin, ini alasan dia aja. Menurutku, kamu hanya pura-pura malu di depan kami. Buktinya di depan umum kamu berani mengangkat Menik seperti karung beras." Ucap Ziko cepat.

Kevin tersenyum tipis. Dia memang tidak malu jika berhadapan dengan masyarakat umum. Tapi dengan pasangan suami istri itu, dia malu. Mungkin karena Zira dan Ziko suka menggodanya, makanya sifat pemalunya kambuh.

Kevin melanjutkan lagi ucapan dengan tetap menyetir.

" Mulutnya dia, bukan seperti mulut micin. Tapi lebih parah dari itu." Ucap Kevin pelan.

" Seperti apa?" Ucap Zira cepat.

Sekarang Zira yang penasaran.

" Mulutnya seperti lambe curah." Ucap Kevin pelan.

" Buahahhaha." Zira dan Ziko tertawa bersamaan.

" Curah? Minyak kali curah." Ucap Zira sambil tetap dengan gelak tawanya.

" Vin kenapa kamu memberikan julukan untuknya lambe curah?" Ucap Zira lagi.

Ziko masih tetap tertawa, dia belum bisa mengontrol tawanya.

" Mulutnya seperti akun gosip." Ucap Kevin cepat.

" Buahahaha." Sepasang suami istri itu tertawa lebih kencang.

" Ok, ok julukan itu untuk mulutnya yang sembrono. Tapi untuk bibirnya apakah setelah kamu menciumnya, ada julukan lain untuknya." Ucap Zira lagi masih dengan gelak tawanya.

Kevin seperti memikirkan sesuatu. Dia mencari kata yang cocok untuk mulut Menik.

" Sepertinya dia cocok di beri julukan mulut boraks." Ucap Kevin lagi.

" Buahahhaha, parah banget mulut boraks." Ucap Ziko sambil tertawa kekeh.

" Ya mau gimana lagi. Mulut micin sudah tuan ambil. Kalau lambe curah nanti saya di marahi sama yang punya akun. Ya mau tidak mau mulut boraks aja." Ucap Kevin asal.

Pasangan itu masih saja tertawa. Menurutnya ide Kevin dalam memberikan julukan kepada Menik wajib di acungi jempol.

" Dengan cepat ilmu yang aku contohkan langsung kamu praktekan. Tinggal jurus membersihkan kasur saja belum aku ajarkan." Ucap Ziko cepat.

Lagi-lagi Zira mencubit lengan suaminya.

" Aw sayang, kenapa sih kamu suka mencubit. Apa kamu kebanyakan makan kepiting jadi ilmu kepiting itu turun ke kamu." Ucap Ziko sambil meringis.

" Kamu sih, sampai ilmu membersihkan kasur juga mau di ajarkan." Gerutu Zira.

" Enggak sayang, aku hanya bercanda. Menurutku Kevin pasti tau ilmu-ilmu yang lainnya. Ya kan Vin?" Ucap Ziko cepat sambil melirik Kevin.

Kevin hanya menganggukkan kepalanya. Menurutnya jika dia sudah menikah segala bentuk jurus akan mengalir dengan sendirinya.

Ziko lagi-lagi menggoda Kevin.

" Vin, apa punyamu di beri julukan ubi kayu juga." Ucap Ziko pelan.

Prok Zira menepuk pundak suaminya.

" Kamu ya, masalah junior masih tetap di omongin. Malu kenapa? Di sini ada wanita. Kalau kamu mau bertanya hal itu tunggu istrimu ini turun." Ucap Zira menceramahi suaminya.

" Ya sayang, justru ada kamu makanya aku bertanya. Pada saat dulu juga ada Kevin." Ucap Ziko cepat.

Ziko melirik Kevin, dengan arti kalau dia harus menjawab pertanyaan bosnya

" Saya tidak seperti ubi kayu anda. Tapi..." Ucapan Kevin menggantung.

" Tapi apa?" Ucap Ziko penasaran.

Zira malas mendengar, dia lebih melihat keluar jendela.

" Tapi punya saya lebih seperti gagang sapu." Ucap Kevin asal

" Buahahaha." Zira yang tadinya diam. Mendengar dan membayangkan gagang sapu langsung terbahak-bahak. Dia membayangkan yang aneh-aneh dengan nasib Menik nantinya.

" Gagang sapu. Sapu apa? Sapu lidi." Ziko tertawa sambil membuat pertanyaan sendiri dan di jawab sendiri olehnya.

" Ah Vin, kamu gila banget. Gagang sapu di bawa-bawa. Gimana nasibnya si Menik nanti malam pertama." Ucap Zira sambil dengan gelak tawanya.

" Enaklah." Ucap Kevin polos.

Pasangan suami istri itu malah tambah tertawa mendengar ucapan polos dari Kevin.

Kevin ikut tertawa membayangkan malam pertamanya dengan Menik. Menurutnya pasti akan seru, apalagi mulut Menik yang super kocak dan polos. Membuatnya jadi pingin cepat-cepat Menikah.

" Sudah-sudah jangan tertawa lagi. Aku mau kebelet pipis kalau tertawa terus." Ucap Zira mengontrol tawanya.

" Si Menik pasti di kantor mabuk debu tuh. Pasti matanya merah." Ucap Ziko asal.

" Mata merah, memangnya matanya seperti mata ikan busuk merah." Gerutu Zira.

" Jadi apa dong." Ucap Ziko lagi.

" Yang benar telinganya panas karena kebanyakan di ceritain sama kita bertiga." Ucap Zira cepat.

Zira melihat kearah Kevin.

" Vin, apa kamu sudah mengungkapkan perasaanmu kepadanya?" Ucap Zira pelan.

" Belum nona. Saya ingin membuatnya jatuh cinta terlebih dahulu. Walaupun saya sudah memberikan rambu-rambu lalulintas, tapi saya belum mengungkapkannya secara resmi." Ucap Kevin pelan.

" Kenapa seperti itu." Ucap Ziko penasaran.

" Apa tidak sebaiknya kamu cepat melamar dia. Kalau tiba-tiba dia di lamar orang lain bagaimana?" Ucap Ziko mengingatkan asisten.

Kevin tidak menjawab. Apa yang di ucapkan bosnya benar. Dia tidak bisa membayangkan kalau Menik di lamar orang lain.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih.