Chapter 285 episode 284 (S2)

" Memang ada baiknya kalian saling mengenal terlebih dahulu. Jangan langsung menikah. Nanti ujung-ujungnya seperti kisah kami." Ucap Zira sambil melirik suaminya.

" Tapi kisah kita sekarangkan beda. Penuh keceriaan di mana-mana." Timpal Ziko.

" Tapi kalau memang Menik jodoh kamu, pasti dia akan di dekatkan dan di permudah urusanmu." Ucap Ziko lagi.

Mobil sudah sampai di depan butik. Zira memegang pelipis matanya.

" Kenapa sayang?" Ucap Ziko memperhatikan tingkah istrinya.

" Pelipis mataku bergerak, kata orang tua dulu, itu tandanya mau nangis." Ucap Zira pelan.

" Ah salah tuh. Mungkin mata kamu kelilipan. Dari tadi kita tertawa bahagia kok, tiba-tiba mau nangis." Ucap Ziko cepat.

" Ya sudah, aku turun ya." Ucap Zira.

Sebelum turun Ziko mengecup bibir dan perutnya istrinya. Entah kenapa dia merasa tidak ingin melepaskan Istri dan anaknya.

" Sudah sayang, nanti kita bertemu lagi." Ucap Zira pelan sambil mengelus rambut suaminya.

" Hati-hati ya." Ucap Ziko pelan.

Zira keluar dari mobil, dan Ziko memperhatikannya istrinya sampai masuk ke dalam butik. Setelah itu mobil baru bergerak meninggalkan butik.

Mobil sudah meluncur ke gedung Raharsya group. Kondisi di loby sudah tidak ada karyawan yang wara wiri. Mereka sudah mulai bekerja. Di depan hanya ada resepsionis yang bertugas menjawab dan mencatat panggilan yang masuk. Dan ada dua orang cleaning service yang masih membersihkan bagian loby.

Kevin melihat sekeliling loby. Dia tidak menemukan Menik di situ.

Sepertinya dia tidak membantu temannya lagi.

Ziko dan Kevin masuk ke dalam lift khusus presiden direktur. Setelah pintu lift tertutup, Kevin menekan tombol lantai tempat ruangan mereka berada.

Dalam sekejap mereka sudah sampai di lantai ruangan mereka. Dari jauh Kevin dapat melihat keberadaan Menik yang sedang keluar dari ruangannya.

Ziko masuk ke dalam ruangannya. Dan Kevin juga ikut masuk ke dalam ruangannya sendiri.

Menik melihat kedatangan dua orang berpengaruh di perusahaan itu. Tapi dia harus bersikap hormat kepada keduanya. Secara dia adalah pekerja di perusahaan itu. Beda kalau di luar perusahaan, dia bisa dengan cepat akrab dan membaur sama Kevin.

Di dalam ruangannya, Kevin terlihat cukup sibuk. Menik mengetuk pintu ruangan bosnya.

" Masuk." Ucap Kevin cepat.

Kevin sibuk dengan laptopnya. Dia hanya melihat sekilas kearah Menik. Kemudian fokus lagi melihat layar datar itu.

" Bapak mau kopi?" Ucap Menik menawarkan sesuatu.

" Boleh." Ucap Kevin cepat tanpa melihat Menik.

Menik jengkel, kemaren sore Kevin bersikap sangat romantis kepadanya, tapi pagi ini pria di hadapannya seperti orang asing. Dia mencoba menawarkan sesuatu.

" Bapak, udah sarapan? Saya ada bawa nasi uduk untuk Bapak?" Ucap Menik dengan pertanyaan beruntun.

" Saya sudah makan." Ucap Kevin cepat dan lugas.

Lagi-lagi Menik heran dengan sikap Kevin yang menurutnya berubah.

Suara telepon berdering. Kevin langsung mengangkat telepon itu dan menjawabnya.

" Baik tuan." Ucap Kevin cepat.

Kevin melirik wajah Menik yang cemberut.

" Maaf Nik, hari ini saya sangat sibuk. Nanti siang akan saya makan nasi uduk itu." Ucap Kevin pelan.

Kevin langsung bisa mengartikan wajah Menik. Dia memberikan penjelasan seadanya.

" Maaf Pak, saya telah menggangu anda. Saya permisi dulu." Ucap Menik pelan sambil meninggalkan ruang asisten presiden direktur.

Di pantry dia kesal dan ngomel sendiri.

" Dari tadi kenapa tidak bilang, kalau lagi sibuk. Pasti aku juga akan keluar dengan cepat. Apa seperti itu tingkah semua pria. Ketika sudah mendapatkan bibirku, dengan secepat itu dia melupakannya." Gerutu Menik.

Kevin berlari kecil menuju ruangan Ziko sambil membawa laptopnya. Suara tapak seseorang berlari cukup keras terdengar sampai Menik keluar dari pantry dan melihat siapa gerangan yang punya tapak sepatu seperti tapak kuda.

" Oh bos Kevin, kirain kuda." Gumam Menik pelan.

" Sepertinya si bos, sibuk banget sampai-sampai harus berlari ke ruangan bos besar." Gumam Menik lagi.

Tanpa mengetuk pintu sama sekali Kevin langsung masuk ke dalam ruangan Ziko.

" Ada apa?" Ucap Ziko cepat.

" Tuan lihat ini." Ucap Kevin cepat sambil meletakkan laptopnya di meja kerja Ziko.

Ziko melihat laptop itu dengan seksama.

" Kenapa bisa seperti ini?" Ucap Ziko dengan suara meninggi.

" Saya tidak tau tuan. Kemaren harga saham kita masih naik bahkan cenderung stabil. Tapi hari ini langsung merosot drastis." Ucap Kevin menjelaskan.

" Kamu cari tau, siapa dalang di balik ini semua." Ucap Ziko tegas.

Ada suara ketukan dari luar.

" Masuk." Ucap Ziko cepat.

Koko masuk dengan tergesa-gesa.

" Tuan ada rapat dengan para pemegang saham." Ucap Koko cepat.

" Bukannya masih seminggu lagi rapatnya." Ucap Ziko lagi.

" Ini para pemegang saham yang ada di luar negeri. Mereka mengadakan rapat via video conference." Ucap Koko lagi.

" Kapan rapatnya?" Ucap Ziko cepat.

" Sekarang? Mereka tinggal menunggu anda." Ucap Koko cepat.

" Vin sepertinya ini ada sangkut pautnya dengan saham kita. Kamu cari tau siapa dalang di balik ini semua. Dan kamu Koko siapkan semuanya, dan jangan terima tamu siapapun.

Ziko selalu mengadakan meeting dengan para pemegang saham dari berbagai negara. Dan untuk menghemat waktu dan agar lebih efisien, mereka menggunakan video conference. Yang merupakan seperangkat teknologi komunikasi interaktif yang memungkinkan mereka berkomunikasi dua pihak atau lebih di lokasi yang berbeda.

Ziko menonaktifkan ponselnya. Setelah semuanya di persiapkan oleh Koko. Dia langsung mengikuti jalannya meeting itu. Dari raut wajah semua para pemegang saham terlihat jelas ada sesuatu yang mendesak.

Mereka menggunakan bahasa Inggris untuk percakapan. Kevin sedang mencari sumber atau dalang di balik anjloknya nilai saham Raharsya group.

Di ruangannya Ziko terlihat cukup detail memberikan penjelasan kepada para pemegang saham. Tapi pemegang saham terlihat tidak bisa berbesar hati. Mereka menarik sahamnya dari Raharsya group. Karena menurut mereka, akan sia-sia jika mereka bertahan di perusahaan itu. Dan mereka hanya ingin mencari perusahaan yang bisa memberikan untung untuk perusahaannya.

Kevin di dalam ruangannya terlihat sibuk. Dan menghubungi beberapa orang rekan kerjanya. Ada panggilan yang masuk ke dalam ponselnya. Dia melihat nomor asing di layarnya.

Dengan cepat dia langsung menjawab panggilan itu. Dia berharap yang menghubunginya adalah rekan-rekan kerjanya atau orang-orang kepercayaannya.

" Halo." Ucap Kevin cepat.

" Ya saya Kevin." Jawab Kevin.

Ada suara seseorang wanita dari ujung ponselnya. Kevin mendengarkan dengan seksama, sambil membulatkan matanya, dia seperti tidak percaya mendengar ucapan seseorang dari ujung sana.

Setelah mendapatkan kabar itu. Dia berlari ke ruangan Ziko. Di dalam ruangannya Ziko terlihat frustasi.

Kevin melihat layar laptop bosnya. Yang mengartikan kalau meeting telah selesai.

Kevin ingin menyampaikan kabar yang baru di dengarnya. Tapi Ziko langsung berbicara kepadanya.

" Semua para pemegang saham menarik sahamnya." Ucap Ziko frustasi.

" Saya sudah menduganya." Ucap Kevin cepat.

" Apa kamu sudah dapat kabar siapa di balik ini semua." Ucap Ziko lagi.

" Belum tuan. Tapi sepertinya kita harus pergi segera." Ucap Kevin cepat.

" Kenapa?" Ucap Ziko penasaran.

" Nanti di mobil saya jelaskan."

Ziko mengikuti Kevin. Mereka bersama-sama keluar dari gedung itu.

Ziko terus mendesak apa yang terjadi. Tapi Kevin berusaha untuk tetap diam. Dia tidak ingin bosnya panik jika mendengar kabar yang menurutnya dapat membuat bosnya stres.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."