Chapter 282 episode 281 (S2)

Kevin membawa dompet merek cikgu itu ke meja kasir.

" Tiga juta Pak?" Ucap penjaga toko.

Menik membelalakkan matanya tidak percaya, menurutnya harga untuk sebuah dompet sangat mahal.

Setelah melakukan pembayaran Kevin menarik tangan Menik. Mereka berjalan cukup tergesa-gesa.

" Pak pelan-pelan, saya capek." Ucap Menik dengan nafas yang ngos-ngosan.

Kevin berhenti dan melihat Menik. Kemudian mengangkat tubuh Menik dengan gampangnya sambil meletakkan di bahunya.

" Pak turunkan." Ucap Menik dengan suara yang beda.

" Biar cepat." Ucap Kevin sambil terus berjalan.

Semua orang melihat mereka. Banyak yang merekam kejadian langka itu.

" Air panas air panas." Ucap Kevin sedikit berteriak agar semua orang memberikan jalan untuknya.

" Pak saya bukan air panas." Gerutu Menik.

Akhirnya mereka sampai tepat waktu. Tinggal 10 menit lagi film akan di tayangkan. Kevin menurunkan tubuh Menik di hadapan semua orang.

Menik membaca judul-judul film yang akan tayang siang itu.

Untuk film animasi judul yang di baca Menik adalah cenderamata. Dia membaca ringkasan cerita itu.

" Mengkisahkan tentang seorang wanita yang mempunyai dua saudari tiri dan ibu tiri. Setelah Bapaknya meninggal yang menguasai adalah ibu tirinya. Pada saat kerajaan mengadakan pesta, cenderamata tidak diizinkan ikut oleh saudari tiri dan ibu tirinya. Akhirnya datang seorang peri yang mengubahnya menjadi putri semalam dan hanya bertahan sampai waktu jam 12 malam. Pak bukannya judulnya Cinderella kenapa ini cenderamata?" Ucap Menik bingung.

Kevin tidak menjawab dia membaca ringkasan cerita film yang lainnya.

Ada beberapa film yang di tayangkan pada hari itu. Untuk film bergenre romantis judulnya Rumput liarku. Untuk film animasi cenderamata, untuk film horor beranak dalam peti. Dan untuk film actionnya berjudul mission important.

" Pak film mission impoten aja." Ucap Menik pelan.

" Apa!" Ucap Kevin mencoba mendekati telinga ke Menik.

" Film mission impoten." Ucap Menik lagi.

" Buahahhaha." Kevin tertawa mendengar Menik salah mengucapkan kata itu.

" Jangan ketawa kenapa? Kalau salah di benerin bukan di tertawai." Gerutu Menik.

" Baiklah bukan impoten tapi important." Ucap Kevin cepat.

Pengucapan kata impoten sama important hampir mirip.

" Nah loh, Bapak aja salah menyebutnya." Ucap Menik lagi.

" Beda, di akhirnya." Ucap Kevin mengulangi kata itu lagi.

" Ah menurut saya sama aja. Kita nonton film impoten itu aja ya?" Ucap Menik cepat.

Kevin langsung menutup mulut Menik dengan tangannya.

" Jangan kencang-kencang bilang impotennya nanti mereka pikir saya impoten benaran." Ucap Kevin pelan sambil melihat sekeliling mereka.

Menik membuka tangan Kevin dari mulutnya.

" Yang ini ya." Ucap Menik lagi.

" Yang itu saya sudah nonton. Bagaimana kalau kita nonton film beranak dalam peti." Ucap Kevin cepat.

" Peti apa ni? Peti mati atau peti kemas." Tanya Menik.

" Mana saya tau, makanya kita nonton biar tau ceritanya." Ucap Kevin pelan.

" Ok siapa takut." Ucap Menik semangat.

Mereka setuju untuk nonton film horor. Setelah memberi karcis dan membeli makanan ringan beserta minuman. Mereka ikut ngantri dengan yang lainnya.

Petugas menunggu di pintu masuk. Satu persatu masuk sambil menunjukkan tiketnya. Dan tidak lupa petugas memeriksa barang bawaan penonton.

Mereka sampai di studio tempat pemutaran film horor itu.

Untuk penggemar film horor itu tidak terlalu banyak. Jadi Kevin dapat memilih tempat duduk paling belakang.

Sebelum film di putar, banyak Iklan wara wiri di layar bioskop.

Menik heran barisan mereka duduk tidak ada siapapun kecuali mereka berdua.

" Pak kenapa tidak ada yang duduk di barisan kita. Mereka pada duduk di kursi paling depan. Padahal kan tidak enak kalau duduk paling depan." Ucap Menik bingung.

" Ya mungkin mereka lebih suka di sana dan yang kedua karena satu baris ini sudah saya beli tiketnya." Ucap Kevin cepat sambil menikmati popcornnya.

" Boros banget sih Bapak. Buang-buang uang aja. Belum lagi tadi beli dompet harganya 3 juta. Kan sayang Pak. Di pasar 3 juta bisa dapat 30 biji." Gerutu Menik.

" Biji? Buah kali." Ucap Kevin tertawa kecil.

" Saya tidak suka di ganggu. Makanya beli satu baris ini." Ucap Kevin menjelaskan.

" Kalau enggak mau di ganggu buat aja bioskop sendiri." Gerutu Menik lagi.

" Nanti kalau kamu ngidam minta buat bioskop akan saya wujudkan." Ucap Kevin cepat sambil melihat ke layar bioskop.

Menik hanya diam. Beberapa hari ini dia selalu mendengar Kevin ingin menikahinya tapi hari ini dia mendengar kalau Kevin berharap lebih dari pernikahan yaitu anak.

Film di putar sudah selama 30 menit. Setengah jam pertama penonton pada teriak histeris. Kevin melirik Menik. Wanita di sebelahnya tidak ada ekspresi takut sama sekali. Dia malah habis menikmati popcornnya. Penonton yang datangnya berpasangan merasa beruntung karena kekasihnya teriak takut dan mereka mengambil kesempatan untuk memeluk.

Tidak dengan Kevin, dia hanya bingung dengan ekspresi Menik. Malah yang takut dia, kadang spontan dia memegang lengan Menik.

Begitu lengannya di pegang Kevin, Menik hanya mengelus rambut Kevin layaknya seorang anak kecil. Dan tidak lupa dia menyuapi popcorn.

Film berkahir, semua penonton keluar dengan masih membayangkan kejadian mengerikan dari film itu.

Mereka berdua ikut keluar dari situ.

" Bagaimana filmnya? Apakah seram?" Ucap Kevin cepat sambil melihat wajah Menik yang datar.

" Enggak, film itu tidak menakutkan sama sekali." Ucap Menik cepat.

Mereka keluar sambil menuruni eskalator.

" Bukannya wanita takut dengan film horor." Ucap Kevin lagi sambil melihat sekilas ke arah Menik.

" Mungkin, tapi saya tidak takut." Ucap Menik cepat.

" Hemmmmm, kamu memang wanita setengah genre dan sepupu kapten Amerika." Ucap Kevin pelan.

" Bos Ziko bilang saya sepupu kapten Amerika dan Bapak juga. Sebenarnya julukan itu dari siapa sih." Ucap Menik cepat.

Mereka sudah keluar dari mall dan sampai di parkiran.

" Julukan itu di berikan nona Zira." Ucap Kevin sambil menyalakan remote mobilnya.

Dia membukakan pintu mobil untuk Menik. Kemudian dia memutari mobil dan duduk di belakang kemudi sambil menyalakan mesin mobilnya.

" Kenapa saya di beri julukan itu?" Ucap Menik bingung.

" Ya mungkin nona beranggapan kamu seperti dirinya." Ucap Kevin sudah melajukan mesin mobilnya.

" Maksudnya?" Ucap Menik bingung.

" Kamu wanita pemberani seperti dirinya. Tapi saya tidak tau apakah kamu bisa berkelahi?" Ucap Kevin lagi.

" Tentu saya bisa. Bapak mau jurus apa? Jurus menjambak atau jurus menabok." Ucap Menik semangat.

Kevin memicingkan matanya.

" Bukan jurus seperti itu. Maksud saya ilmu bela diri. Apa kamu menguasainya?" Ucap Kevin lagi sambil sekilas melihat Menik.

" Enggak, saya tidak bisa ilmu bela diri. Ilmu pengetahuan alam saya bisa." Ucap Menik lagi.

" Hemmmmm, mungkin itu yang membedakan kamu dengan nona Zira. Kalian wanita pemberani cuma beda di ilmu beladiri." Ucap Kevin cepat.

" Jelas saya berbeda dengannya. Dia wanita yang cantik. Pintar dan kaya, saya jadi iri dengan kehidupannya." Ucap Menik sambil membayangkan Zira.

Kevin diam.

Nik, kamu hanya melihat hari ini. Kalau kamu tau gimana jalan hidupnya nona Zira. Pasti kamu akan menangis mendengarnya.

Karena sudah sore, Kevin langsung mengantarkan Menik ke rumahnya.

" Terimakasih Pak." Ucap Menik sambil turun dari mobil.

Kevin menganggukkan kepalanya. Ketika Menik menutup pintu mobil.

" Nik." Ucap Kevin cepat.

" Ya." Menik kembali membungkuk dan melihat ke dalam mobil.

" Mimpikan saya ya." Ucap Kevin pelan.

Menik diam. Entah kenapa wajahnya langsung memerah seperti tomat. Dia membayangkan kejadian tadi di rumah Kevin. Yang mana dia di sambut dengan ciuman oleh pemilik rumah.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."