Chapter 281 episode 280 (S2)

Mereka telah sampai di sebuah restoran. Dia memarkirkan mobilnya. Kemudian turun dan membantu Menik, tidak lupa dia menggandeng tangan wanita itu.

" Pak, saya bisa jalan sendiri." Ucap Menik menghindari Kevin.

" Sudahlah, kalau kita tidak bergandengan tangan, orang-orang pikir kita sedang bertengkar." Ucap Kevin sambil menggandeng tangan Menik.

" Ye Bapak, kenapa lagi harus memikirkan omongan orang. Kita kan memang tidak ada hubungan." Gerutu Menik.

" Bukan tidak ada hubungan tapi akan ada hubungan." Ucap Kevin memperbaiki kalimat Menik sambil tersenyum menyeringai.

Setelah di garasi mobil tadi. Menik bisa mengambil kesimpulan kalau Kevin memang menyukainya. Tapi dia berusaha untuk menghindar. Menghindar karena dia belum paham dengan perasaannya.

Pelayan menyapa mereka. Dan memberikan meja khusus dengan dua kursi saling berhadapan.

Pelayan tersebut meletakkan buku menu di samping kiri mereka. Pelayan masih menunggu di samping meja.

" Kamu mau makan apa?" Ucap Kevin menawarkan Menik.

" Ayam penyet." Ucap Menik cepat tanpa melihat buku menu.

Pelayan yang berdiri di samping meja. Tertawa sampai terdengar gelak tawanya. Kevin melihat pelayan wanita itu.

" Nanti saya panggil lagi." Ucapnya.

Pelayan wanita itu pergi meninggalkan meja sambil tersenyum terus tersenyum.

" Nik, di sini enggak ada ayam penyet." Ucap Kevin pelan.

" Kok enggak ada sih. Restoran kok enggak ada ayam penyet." Gerutu Menik cepat.

Semua pengunjung restoran melirik kearah mereka.

" Sstt Nik jangan berisik. Mereka merasa terganggu dengan celotehan kamu." Ucap Kevin lagi.

Menik melihat sekelilingnya. Semua pengunjung serius menikmati makanannya. Hanya terdengar suara garpu dan sendok.

" Pa, kenapa mereka makan dengan wajah yang serius." Tanya Menik pelan.

" Hemmmmm mungkin biar makanannya terasa nikmat." Ucap Kevin asal.

Di restoran itu kebanyakan yang datang orang bule, ada sebagian orang lokal tapi lebih dominan orang asing.

" Kamu mau makan apa." Tanya Kevin lagi.

" Saya tidak makan Pak." Ucap Menik cepat.

" Kenapa?"

" Karena tidak ada ayam penyet." Ucap Menik lagi.

" Restoran ini hanya menyajikan makanan western, jadi makanan lokal tidak ada." Ucap Kevin menjelaskan.

" Owh website." Ucap Menik pelan.

" Bukan website tapi western." Kevin mencoba mengulang kata western dengan lambat.

" Wes wes bablas angine." Ucap Menik cepat.

" Bukan itu." Ucap Kevin lagi.

" Ah sudahlah Pak, saya tidak bisa menyebutkannya. Lidah saya kebanyakan makan terasi jadi hal-hal berbau itu tidak bisa." Ucap Menik lagi.

" Baiklah."

Kevin mencari menu yang cocok untuk pengganti ayam penyet. Dia memanggil pelayan restoran.

Pelayan yang tertawa tadi datang.

" Bawakan steak ayam panggang dua." Ucap Kevin cepat.

Setelah mencatat menu yang di pesan, pelayan pergi meninggalkan meja. Dan kembali ke dapur untuk menyerahkan menu yang di pesan kepada chef.

" Pak, stik itu bukannya untuk bermain golf." Ucap Menik polos.

" Buahahhaha." Kevin tertawa.

Semua pengunjung restoran melihat kearah dia. Kevin langsung menutup mulutnya, walaupun masih terdengar gelak tawanya tapi dia berusaha untuk mengontrolnya.

" Bukan, ini bukan stik golf. Ini makanan dari daging ayam yang di panggang. Cuma bedanya dari bumbu, sebutannya hampir sama tapi bukan itu maksudnya." Ucap Kevin menjelaskan.

Setelah beberapa menit. Pelayan datang dengan membawa menu pesanan mereka. Dan meletakkan di atas meja.

" Silahkan di nikmati." Ucap Pelayan ramah kemudian meninggalkan meja.

" Wah sepertinya enak." Gumam Menik.

" Ya sudah makan." Ucap Kevin pelan.

Kevin mengambil sendok garpu dan pisau. Pisau di letakkannya di tangan kanan dan garpu di tangan kiri. Dia sudah menikmati makanannya. Tapi Menik belum menikmati makanannya.

" Kamu kenapa belum makan?" Ucap Kevin sambil menikmati makanannya.

" Saya tunggu nasinya Pak." Ucap Menik cepat.

Mendengar ucapan itu, Kevin langsung tersedak. Menik langsung memberikan air putih untuknya.

Setelah cukup lega dia mulai bicara.

" Di sini tidak ada nasi. Nasi di ganti dengan kentang ini. Karena kentang juga mengandung karbohidrat." Ucap Kevin menjelaskan sambil menunjuk potongan kentang yang ada di piringnya.

" Wah enggak kenyang dong Pak." Ucap Menik lagi.

" Kalo kamu tidak kenyang kita bisa memesan dua porsi lagi untuk kamu." Ucap Kevin menawarkan.

" Enggak usah Pak, saya makan ini dulu. Nanti sekiranya saya masih lapar, pesan lagi." Ucap Menik cepat.

Dia mengikuti cara makan Kevin. Dengan meletakkan garpu di tangan kiri dan pisau di tangan kanan.

Agak sulit untuknya memotong daging ayam itu. Sampai-sampai pisaunya jatuh.

Menik beruntung karena lantai di restoran itu di lapisi karpet. Jadi tidak terdengar suara benda jatuh.

Menik mau mengambil pisaunya sambil celingak-celinguk ke sekelilingnya. Hanya beberapa pelayan yang tersenyum melihat kejadian lucu itu.

" Jangan di ambil." Ucap Kevin sambil melambaikan tangannya ke arah pelayan.

Pelayan datang dengan segera.

" Bawakan pisau baru." Ucap Kevin pelan.

Setelah itu pelayan pergi dengan membawa pisau yang jatuh dan kembali lagi dengan pisau yang bersih.

Kevin mengambil piring Menik, dan membantu memotong steak ayam.

" Makanlah." Ucap Kevin sambil menyerahkan kembali piring Menik.

Menik makan dengan lahapnya, tidak berapa lama piringnya sudah licin.

" Apa kamu masih lapar?" Ucap Kevin.

" Saya sudah kenyang Pak." Ucap Menik sambil memegang perutnya yang kekenyangan.

Kevin kembali melambaikan tangannya. Dia meminta pelayan untuk membawa billnya.

Pelayan menyerahkan bill holder kepada Kevin, yang mana di dalamnya tertera tagihannya.

Kevin mengambil dompetnya. Menik menarik bill holder itu dan melihat nominal yang tertera di dalamnya. Dia langsung membulatkan matanya tidak percaya.

Kevin menyerahkan kartunya kepada pelayan.

" Pak mahal banget makan di sini." Ucap Menik berbisik.

Pelayan menyerahkan kembali kartu Kevin. Setelah selesai dengan urusan itu. Mereka pergi meninggalkan restoran.

Di dalam mobil Menik masih bertanya mengenai mahalnya makanan tadi.

" Pak kenapa mahal sekali? Dua juta itu kalau di belikan ayam bisa dapat ratusan." Gerutu Menik.

" Mungkin saya bisa kasih makan satu gang tempat tinggal saya." Gerutu Menik lagi.

" Dua juta dapat ayam ratusan? Memangnya ada seperti itu." Ucap Kevin bingung.

" Ada anak ayam." Ucap Menik cepat.

Mobil berhenti di depan mall. Kevin langsung memarkirkan mobilnya di basemen.

" Pak katanya mau nonton?" Ucap Menik lagi.

" Ya bioskopnya ada di lantai atas." Ucap Kevin sambil keluar dari mobil di ikuti oleh Menik.

Keadaan mall cukup ramai. Banyak pengunjung menghabiskan waktu weekendnya di sana.

Sebelum ke lantai atas. Kevin berhenti pada satu toko tas dan dompet.

" Pak kenapa belanja lagi. Bukannya kita mau nonton." Ucap Menik mengingatkan.

Dia menarik tangan Menik untuk masuk ke dalam toko.

" Pilihlah dompet yang kamu suka." Ucap Kevin berbisik.

" Pak dompet saya masih bagus." Ucap Menik menolak.

" Dompet seperti itu kamu bilang bagus. Dompet itu tidak layak di katakan dompet." Ucap Kevin tegas.

" Cepat pilih, kalau tidak nanti kita terlambat nonton." Ucap Kevin lagi.

Dengan terpaksa Menik memilih dompet yang paling murah harganya. Dia menjatuhkan pada satu dompet kecil.

" Pak yang ini." Ucap Menik sambil menunjuk sebuah dompet kulit kecil.

Kevin memicingkan matanya. Dia tidak percaya dengan pilihan Menik.

" Kenapa kamu memilih dompet itu. Kamu tau tidak dompet itu biasanya di gunakan untuk apa?" Ucap Kevin bertanya lagi sama Menik.

Menik menggelengkan kepalanya.

" Ini bukan dompet, tapi ini gantungan kunci yang berbentuk dompet dan biasanya di pakai untuk gantungan kunci mobil." Ucap Kevin menjelaskan.

Menik hanya diam, karena waktu terbatas. Kevin langsung mengambil dompet kulit berwarna coklat secara asal. Dan dompet itu bermerek Cikgu.

" Like, komen, dan vote yang banyak ya terimakasih."