Chapter 277 episode 276 (S2)

" Yang mendekat kesini manusia atau hantu." Gumam Bima.

Kevin berdiri di depan Bima. Bima sampai mengucek matanya tidak percaya. Dia berlari kedalam dan keluar lagi dengan membawa senter.

Lampu senter itu di sorotnya ke Kevin. Dia memastikan kalau yang ada di depan rumahnya adalah bosnya.

" Bapak cari siapa?" Ucap Bima pelan.

Menik memang ada cerita kalau pria yang di siram air olehnya adalah bos di perusahaan tempat adiknya bekerja. Tapi Bima tidak tau siapa sosok bos yang di siram air itu, Kevin atau presiden direktur.

" Saya mencari Menik." Ucap Kevin sambil menutup matanya silau karena sorotan dari senter itu.

Bima mematikan senternya.

" Saya Bima Pak, adiknya Menik." Ucap Bima ramah sambil mengulurkan tangannya bersalaman.

Kevin menerima uluran tangan itu dengan senyum ceria. Menurutnya sandiwara Menik terbongkar malam ini.

" Silahkan masuk pak." Ucap Bima mempersilahkan Kevin untuk duduk di kursi pelastik yang ada di rumahnya.

Kevin duduk sambil memegang barang-barang Menik.

" Maaf Pak rumah kami kecil. Dan kursi kami juga tidak nyaman." Ucap Bima gugup.

Dari kamar, Menik mendengar adiknya tengah berbicara dengan seseorang. Dia melihat jam di dinding waktu sudah menunjukkan jam setengah dua belas malam.

" Mana mungkin ada tamu malam-malam begini. Apa Bima kesurupan?" Gumam Menik sambil keluar dari kamarnya.

Menik telah berganti pakaiannya dengan celana pendek dan kaos yang tidak berlengan. Karena kesehariannya di rumah memang mengenakan pakaian itu. Menik memilih pakaian itu karena di rumahnya tidak ada pendingin ruangan. Jadi menurutnya dengan memakai itu badannya terasa dingin.

" Bapak!" Ucap Menik kaget.

Bima sedang membuatkan minuman untuk Kevin.

" Ngapain Bapak kesini?" Ucap Menik gugup sambil melihat Bima.

Ruang tamu dan dapur jadi satu, jadi dia bisa melihat kegiatan adiknya di situ.

" Kak, ini bosku." Ucap Bima sambil membawakan minuman untuk Kevin.

Menik mengigit bibirnya. Suaranya seperti tercekat. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.

" Siapa nama kamu tadi." Ucap Kevin pura-pura lupa sambil melihat Menik.

" Bima Pak, saya sekuriti di perusahaan Raharsya group." Ucap Bima semangat.

Menurutnya kapan lagi bisa berakrab ria dengan bos.

Menik gugup dia hanya memberikan senyum melasnya kepada Kevin.

" Silahkan minum Pak." Ucap Bima pelan sambil duduk di kursi sebelah Kevin. Sedangkan Menik masih berdiri dengan wajah melasnya.

Menik melihat kearah Bima, dengan tatapan tajam. Menik memberikan Instruksi berupa gerakan kepala kepada adiknya untuk masuk ke kamar. Bima paham, dia langsung beranjak dari kursinya.

" Saya masuk dulu Pak." Ucap Bima pelan sambil meninggalkan Kevin berdua dengan kakaknya.

Setelah adiknya pergi, Menik langsung bersimpuh di depan kaki Kevin.

" Maafkan saya Pak. Saya tidak bermaksud membohongi Bapak. Ide ini muncul ketika Bapak pura-pura melamar saya." Ucap Menik pelan sambil memegang lutut Kevin.

Kevin sebenarnya tidak masalah, dia sudah tau cerita itu dari orang suruhannya. Menurutnya saatnya dia berakting pura-pura marah.

" Kamu bukan hanya membohongi saya tapi membohongi tuan muda dan nona Zira." Ucap Kevin cepat.

Bima menguping dari dalam kamarnya. Dia tidak tau apa yang menyebabkan pria di depan itu marah sama kakaknya.

" Ya Pak, saya akui salah. Saya terpaksa melakukannya." Ucap Menik pelan masih terus memeluk kaki Kevin.

Kevin menikmati pelukan dari Menik walaupun hanya kaki.

" Saya tidak mau di permainkan dengan pria kaya lagi." Ucap Menik pelan.

" Maksud kamu apa?" Kevin penasaran, dia mengorek masa lalu Menik.

Menik menceritakan masa lalunya dengan seorang pria. Semua di ceritakannya, dari awal dia bertemu dengan pria itu sampai mereka menjadi pasangan kekasih. Dan sampai hubungan mereka gantung di tengah jalan juga di ceritakannya.

" Pria itu adalah Rudi. Yang ada di acara pengajian tadi siang." Ucap Menik pelan sambil tertunduk.

Kevin mengangkat dagu Menik dengan tangannya.

" Apakah kamu mencintainya?" Ucap Kevin pelan sambil menatap wajah Menik lembut.

" Tidak, rasa sayang itu sudah hilang ketika dia menghilang." Intonasi suara Menik langsung kencang ketika ditanya perihal perasaannya terhadap Rudi.

" Rudi adalah sepupu dari tuan Muda." Ucap Kevin pelan.

" Apa!" Menik terlihat panik.

" Kamu kenapa?" Ucap Kevin pelan.

" Pak, saya mohon jangan ceritakan masa lalu saya sama tuan muda dan nona Zira." Ucap Menik sambil merapatkan kedua telapak tangannya di hadapan Kevin.

" Menurut saya tuan dan nona tidak akan ikut campur dengan masalah kamu, dan saya juga tidak ada hak untuk membuka masa lalu seseorang." Ucap Kevin cepat.

" Tapi bagaimana kalau Rudi cerita sama tuan muda dan nona Zira." Ucap Menik ragu.

" Kemungkinannya tidak. Tadi di taman pada saat kamu di kamar telah terjadi sesuatu." Ucap Kevin menjelaskan tentang ucapan Zelin yang menyatakan kalau Menik kekasih Kevin.

" Sepertinya dia cemburu dengan saya." Ucap Kevin lagi.

Menik mengelus dadanya ada rasa lega ketika mendengar penjelasan dari Kevin.

" Saya pernah bilang sama kamu. Kalau kamu tidak jadi menikah maka saya akan menggantikan pria itu. Dan ternyata itu hanya sandiwara. Jadi posisi saya aman tidak ada saingan." Ucap Kevin sambil menatap lembut wajah Menik.

" Ah Bapak, efek samping obat diare itu di bawa-bawa lagi." Ucap Menik pelan.

" Ini milik kamu, kalaupun efek samping obat itu sudah menghilang saya akan tetap melamar kamu." Ucap Kevin sambil mulai beranjak dari kursinya.

Menik berdiri dengan pikirannya.

" Saya pamit dulu. Besok datang ke jalan. xxxx No. 15." Ucap Kevin cepat sambil berjalan keluar.

Menik masih diam terpaku, kemudian Kevin membalikkan badannya dan berjalan mendekati Menik.

" Jangan goda saya dengan pakaian seperti itu. Cukup goda saya pada saat malam pertama kita." Ucap Kevin berbisik di telinga Menik.

Setelah bisikan itu Kevin pergi. Menik terpaku diam membisu. Hatinya berdebar-debar kencang. Ucapan bosnya seperti bukan isapan jempol belaka. Pikirannya entah kemana-mana.

Prok. Bima memukul pundak kakaknya. Menik kaget dan memegang dadanya cepat.

" Kakak kenapa?" Ucap Bima penasaran.

Menik menutup pintu rumahnya. Kemudian menarik tangan adiknya untuk duduk di kursi.

" Duduk." Ucap Menik cepat.

" Ada apa. Kenapa kakak terlihat gusar seperti itu?" Ucap Bima cepat.

Menik menceritakan pembicaraannya tadi dengan Kevin. Dan dia juga menceritakan Rudi yang datang ke acara pengajian presiden direktur.

" Wah bisa-bisanya dia hadir di acara itu." Ucap Bima geram.

" Dengar dulu." Ucap Menik cepat.

Dia menceritakan tentang ucapan Kevin yang ingin menikahinya.

" Apa! Wah kakak hebat, aku sebentar lagi akan jadi kepala sekuriti." Ucap Bima asal.

Menik langsung menoyor kepala adiknya.

" Kamu itu mencari kesempatan di dalam situasi ini. Kamu tidak memikirkan posisi kakak." Gerutu Menik.

" Ok sekarang aku tanya sama kakak. Bagaimana perasaan kakak ketika bos Kevin bicara tentang pernikahan?" Ucap adiknya.

" Jantunganlah." Ucap Menik cepat.

" Apa kakak merasa nyaman dengan bos Kevin?" Ucap adiknya lagi.

Menik menganggukkan kepalanya cepat.

" Ya sudah itu tandanya kakak juga ada perasaan sama dia." Ucap Bima cepat.

" Kakak belum tau apakah kakak hanya nyaman atau cinta dengan dia." Ucap Menik bimbang.

" Itu gampang kak, kalau kakak cemburu melihat bos Kevin dengan wanita lain, itu tandanya kakak cinta sama dia." Ucap adiknya lagi.

Menik diam seribu bahasa. Dia pergi ke kamarnya. Di dalam kamar dia tidak bisa memejamkan matanya. Ucapan Bima dan Kevin terngiang di benaknya.

Bayang-bayang wajah Kevin selalu menghiasi isi kepalanya.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."