Chapter 278 episode 277 (S2)

Matahari bersinar cerah memancarkan warna jingganya. Menik masih terlelap, tadi malam dia susah memejamkan matanya. Matahari telah meninggi dan Menik belum juga kunjung bangun.

Bima yang berada di luar merasa resah, karena ini bukanlah kebiasaan kakaknya. Dia mengetuk pintu kamar kakaknya secara berulang. Dari dalam kamar Menik membuka perlahan matanya, kemudian melihat jam di dinding.

" Hah sudah jam 10." Gumam Menik langsung lompat dari kasurnya.

Menik membuka pintu kamarnya. Dan Bima masih berdiri di depan pintu.

Menik langsung masuk ke kamar mandi.

" Kakak tidak apa-apa?" Ucap Bima dari depan pintu kamar mandi.

" Ya, kakak baik-baik saja." Ucap Menik sedikit teriak dari kamar mandi.

Bima menunggu kakaknya di kursi pelastik. Kursi tamu sekaligus kursi makan. Hanya itu yang mereka punya. Malah biasanya mereka lebih suka duduk di lantai.

Beberapa menit kemudian Menik keluar dengan mengenakan handuk dan penutup kepala. Dia langsung masuk ke kamar untuk mengenakan pakaiannya.

Setelah berpakaian dia keluar dan duduk di kursi sebelah Bima

" Kamu makan apa?" Ucap Menik sambil merapikan rambutnya.

" Nasi uduk, kakak lama banget bangunnya jadi aku beli sarapan di luar. Ini punya kakak." Ucap Bima sambil menunjukkan bungkusan yang ada di atas meja.

" Terimakasih adik kakak yang ganteng." Ucap Menik mengelus rambut adiknya.

Menik menikmati sarapannya yang kesiangan. Di selingi dengan obrolan.

" Kakak mau pergi kemana? Bukannya hari ini libur?" Ucap Bima sambil melihat pakaian kakaknya.

Menik menggunakan celana jeans dan atasan kaos.

" Kakak mau keluar." Ucap Menik sambil mengunyah makanannya.

" Kamu hari ini libur atau masuk sore?" Ucap Menik di selingi dengan mengunyah makanan.

" Hari ini aku libur, besok aku masuk pagi." Ucap Bima pelan.

Menik sudah selesai makannya. Dia masuk ke dalam untuk bersiap-siap. Di dalam dia mencari tasnya.

" Kamu lihat tas kakak tidak?" Ucap Menik pelan dari dalam kamarnya.

" Tas ransel ini?" Ucap Bima menunjukkan tas yang tergeletak di lantai.

Menik berjalan keluar mengambil tas itu dan mengeluarkan isinya. Di dalamnya ada tas jinjing dan sepatu bola.

" Wah kakak punya tas baru." Ledek adiknya.

" Sepatu bolaku kenapa ada di tas kakak? Kakak pakai ini ya?" Ucap Bima sambil memegang sepatunya.

" Ya, kemaren kakak buru-buru jadi yang ketemu sepatu bola itu." Ucap Menik cepat sambil mengeluarkan isi tas jinjingnya.

" Memangnya sepatu ini cukup sama kakak?" Ucap Bima heran.

Tinggi badan Bima lebih tinggi dari kakaknya. Jadi ukuran kakinya juga lebih besar.

" Enggak cukuplah, tapi di ujungnya kakak sumpel pakai kertas." Ucap Menik menjelaskan.

Bima memasukkan tangannya dan mengeluarkan kertas dari ujung sepatunya.

Dia melirik tangan kakaknya, yang mana ada ponsel keluaran terbaru di situ.

Bima langsung mengambil ponsel itu dari tangan kakaknya.

" Wah handphone baru, banyak banget uang kakak." Ucap Bima sambil membolak balik ponsel itu.

" Ini ngutang tau." Ucap Menik asal.

" Ngutang sama siapa? Kakak tau ini ponsel mahal. Kalau beli ponsel ini bisa dapat dua motor matic tau." Ucap Bima cepat.

" Ya kakak tau. Ini dari Pak Kevin." Ucap Menik pelan.

" Apa! Pak Kevin? Wah bos itu sudah ada rasa tuh. Ini tas juga dari dia ya?" Ucap Bima penuh selidik sambil memegang tas jinjing yang ada di paha kakaknya.

Menik menganggukkan kepalanya cepat.

" Wah bos Kevin tau cara memanjakan seorang wanita." Ucap Bima antusias.

" Bisa-bisa kalau kakak jadian sama dia. Mobilpun akan di berikannya." Ucap Bima lagi.

Menik langsung menoyor kepala adiknya.

" Kamu sepertinya senang sekali kalau kakak jadian sama dia." Gerutu Menik.

" Tentu aku senang, aku tidak selamanya bisa menjaga kakak. Kalau sudah ada bos itu di sisi kakak aku bisa tenang. Sepertinya dia pria yang baik." Ucap Bima lagi.

" Ah sudahlah, kakak mau berangkat dulu." Ucap Menik sambil mengelus rambut adiknya.

Menik keluar dengan mengenakan tas ransel dan sepatu kets. Dia keluar dari gang rumahnya. Ketika dia sudah sampai di depan jalan besar, ada sosok yang begitu di kenalnya yaitu Rudi.

" Mau apa kamu di sini?" Ucap Menik ketus.

" Aku mau berbicara padamu." Ucap Rudi pelan.

Menik tidak menghiraukan dia sudah hendak menyebrang jalan, tapi tangannya di tarik Rudi.

" Nik izinkan aku bicara denganmu sebentar saja. Aku ingin menjelaskan semuanya." Ucap Rudi memelas.

" Aku tidak ada waktu meladeni pria sepertimu." Ucap Menik ketus sambil menepiskan tangan Rudi dari tangannya.

" Apa karena Kevin kamu bersikap dingin seperti ini kepadaku?" Ucap Rudi lagi.

Menik menatap tajam wajah Rudi.

" Aku bersikap dingin sejak kamu pergi." Ucap Menik sedikit teriak.

" Aku pergi terpaksa, karena orang tuaku akan mengancam mau membuat kamu susah. Aku tidak ingin melihat kamu susah, makanya pergi mengikuti kemauan mereka." Ucap Rudi pelan.

" Dan mengenai pertunangan itu, kamu juga menerimanya kan?" Ucap Menik lagi ketus.

" Aku terpaksa Nik, aku akan memutuskan hubungan itu dengannya." Ucap Rudi dengan wajah melasnya.

" Walaupun kamu putus dengannya aku tidak akan pernah mau menerimamu kembali." Ucap Menik tegas.

" Apa karena Kevin? Makanya kamu begitu cepat melupakanku." Ucap Rudi cepat.

" Jangan kamu sangkut pautnya masalah ini dengan dia. Dia lebih baik dari pada kamu." Ucap Menik cepat.

Menik spontan mengucapkan kata itu. Dia membela Kevin di hadapan Rudi.

" Seberapa besar rasa cintamu kepadanya?" Ucap Rudi lagi.

" Lebih besar dari rasa sayangku padamu." Ucap Menik ketus.

Rudi diam dengan tatapan nanar jauh ke depan. Menik langsung menyebrang jalan. Dan berdiri di halte. Tidak berapa lama angkutan umum datang. Dia langsung naik ke dalam bis itu dengan cepat untuk menghindari Rudi.

Didalam bis, dia hanya merenung dengan percaya tadi. Ingin rasanya dia nangis kembali ketika mengingat masa lalunya dengan Rudi. Tapi dia menepis rasa itu dengan cepat.

Di kediamannya, Kevin tengah berolah raga. Kebiasaan setiap hari libur adalah berolahraga. Dia menyempatkan diri untuk melakukan kegiatan itu dijadwalnya yang padat.

Kevin sedang menunggu Menik. Dia enggan untuk menghubungi wanita itu. Karena dia tau kalau tadi malam pasti Menik susah tidur.

Dia masih berolah raga tanpa mengenakan pakaian karena itu memang kebiasaannya. Kevin pergi ke dapur untuk menyegarkan tenggorokannya dengan meminum minuman dingin.

Ada suara bel dari depan. Dengan tangan kanan yang masih memegang minuman Kevin berjalan ke depan. Tangan kirinya membuka pintu.

Ada sosok Menik di depan rumahnya. Menik sampai membulatkan matanya melihat pemandangan yang cukup luar biasa.

Badan Kevin yang kekar terlihat jelas di depannya. Keringatnya mengucur deras dari pori-pori badannya.

" Masuk." Ucap Kevin pelan.

Menik masih tetap bengong, menurutnya Kevin sangat seksi hari ini.

" Wah perutnya kotak-kotak seperti buku matematika." Gumam Menik pelan.

Kevin mendengar kicauan Menik, dia tersenyum sambil melihat perutnya.

Kevin menarik tangan Menik untuk masuk ke dalam rumahnya. Pada saat di tarik tangan Menik langsung bertumpu pada dada Kevin yang bidang.

Mereka berdua saling pandang. Jantung Menik berdebar kencang, begitupun dengan Kevin, dia tidak bisa mengontrol perasaannya. Dia mendekatkan bibirnya di bibir Menik. Kemudian ciuman itupun terjadi. Ciuman hangat yang di berikan oleh Kevin untuk Menik.

Tiba-tiba ada suara gonggongan anjing yang menyadarkan mereka berdua.

" Maaf." Ucap Kevin pelan sambil menutup pintu rumahnya yang masih terbuka lebar.

Menik langsung salah tingkah, pipinya memerah karena malu. Dua insan itu saling diam, mereka memalingkan wajahnya melihat ke arah lain.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."