Chapter 271 episode 270 (S2)

Para tamu undangan sedang menikmati hidangan yang di sajikan begitupun Menik, dia ikut menikmati makanan tersebut.

Menik duduk di bawah di atas karpet berbarengan dengan ibu-ibu yang lainnya. Zira dan Ziko sibuk mengurusi hal-hal yang lainnya. Seperti membagikan santunan untuk anak yatim dan cenderamata untuk semua yang datang ke acara itu. Kevin ikut serta membantu mereka.

Seseorang datang dan duduk di samping Menik.

" Hai Menik?" Ucap Rudi.

Menik melihat sekilas. Dan tetap menikmati makanannya.

" Kamu apa kabarnya?" Ucap Rudi dengan tatapannya yang lembut.

Menik tidak menjawab, dia beranjak dari duduknya dan hendak pergi. Tapi tangannya di pegang sama Rudi.

" Duduk dulu, aku mau bicara dengan kamu." Ucap Rudi pelan.

Menik melihat sekelilingnya, untuk memastikan apakah ada yang menyaksikan mereka berdua. Dia duduk kembali.

" Untuk apa sih?" Ucap Menik cepat.

" Aku mau meminta maaf kepadamu." Ucap Rudi pelan.

" Untuk apa? Apa kamu baru sadar kalau kamu telah melukai hati seorang wanita." Ucap Menik ketus.

" Menik, izin aku menebus kesalahanku." Ucap Rudi lagi.

Kevin memperhatikan dua insan itu. Ada rasa cemburu ketika melihat kearaban di antara mereka berdua.

Ada rasa penasaran, ketika melihat Menik dan Rudi bisa begitu cepat membaur satu sama lain.

Apa mereka sudah mengenal sebelumnya?

" Vin jangan diam aja, cepat bagikan ini." Ucap Ziko cepat.

Kevin membantu membagikan santunan itu. Tapi penglihatannya tidak lepas dari dua orang itu.

" Dengan cara apa kamu mau menebus kesalahanmu." Ucap Menik ketus.

" Aku ingin menikahimu." Ucap Rudi pelan sambil menatap Menik lembut.

Kevin berjalan mendekati mereka berdua.

" Menik kamu sudah selesai makan belum? Ayo bantu kami." Ucap Kevin mencari alasan agar dua insan itu tidak saling mengobrol satu sama lain.

Menik langsung berdiri dan meninggalkan Rudi sendiri. Dia ikut membantu Kevin. Pria itu memperhatikan wajah Menik yang sendu.

" Kamu kenapa?" Ucap Kevin pelan.

" Tidak apa-apa Pak?" Ucap Menik cepat.

" Kamu bisa cerita kepadaku." Ucap Kevin pelan.

" Permisi Pak, saya mau ke toilet." Ucap Menik meninggalkan Kevin dengan tugasnya.

Menik berjalan ke kamar mandi. Tapi dia diikuti oleh Rudi.

" Kamu mau apa sih?" Ucap Menik pelan sambil melihat sekelilingnya.

" Bisa kita bertemu malam ini." Ucap Rudi cepat.

" Aku tidak bisa." Menik berjalan menuju kamar mandi.

" Sekali ini saja. Aku ingin menjelaskan sesuatu kepadamu." Ucap Rudi cepat.

" Aku tidak mau." Ucap Menik menghindar.

" Kenapa? Apa kamu tidak ada perasaan lagi kepadaku?" Ucap Rudi lagi.

" Perasaanku telah musnah ketika kamu bertunangan. Dan satu lagi untuk apa kamu mau menikahiku kalau kenyataannya kamu akan menikah dengan dia." Ucap Menik cepat.

Menik berjalan dan menghilang dari hadapan Rudi. Dia masih menunggu di depan pintu kamar mandi.

Kevin terus memperhatikan mereka.

Didalam kamar mandi. Menik menangis sejadi-jadinya.

" Kamu jahat Rudi. Kenapa kamu kembali?" Tangis Menik.

Air matanya mengalir deras. Dia mengingat semua masa lalunya.

Flashback.

Pada saat itu malam hari. Seperti biasa jadwal Menik untuk bekerja di cafe koma. Ada sosok pria yang selalu duduk di kursi menikmati makanannya. Kebiasaan pria itu selalu menghabiskan waktunya di sana.

Menik selalu ramah ketika melayani semua pengunjung cafe. Termasuk Rudi, dia juga mendapatkan pelayanan yang baik dari Menik.

Awal mula pertemuan dan keakraban mereka terjalin ketika Rudi tertidur di cafe itu. Pada saat itu cafe akan tutup. Semua pengunjung sudah meninggalkan cafe. Hanya Rudi yang belum pulang. Dia sudah terlelap di sana.

Semua pelayan cafe membangunkannya tapi Rudi bukannya bangun, dia malah tidur semakin nyenyak. Karena waktu semakin larut para pelayan juga butuh istirahat. Jadi Menik membangunkannya dengan menyiramkan air ke wajah Rudi. Sontak Rudi bangun.

Rudi kesal dan marah sama semua pelayan. Semua pelayan tidak ada yang berani berhadapan dengan pria itu. Hanya Menik yang berani menatap wajah pria itu.

" Siapa yang menyiramkan air ke wajahku." Ucap Rudi dengan intonasi yang di tekan.

" Saya." Ucap Menik berani sambil menatap Rudi.

" Kurang ajar betul kamu!" Ucap Rudi lagi.

" Kalau mau tidur di rumah bukan di sini. Ini bukan sekalinya anda tidur di sini. Tapi sudah kesekian kalinya tidur di sini. Bukan anda saja yang mau istirahat tapi kamu juga butuh istirahat." Ucap Menik cepat kala itu.

Rudi diam, kelakuannya memang salah. Seharusnya dia beristirahat di rumahnya. Tapi dia menghabiskan waktunya di cafe itu.

" Silahkan anda keluar. Kami sudah tutup." Ucapan Menik tegas.

Rudi keluar dengan langkah yang gontai. Setelah Rudi keluar, semua pelayan juga keluar meninggalkan cafe.

Di mobil Rudi memperhatikan pelayan yang menyiramkan air ke wajahnya. Pelayan itu pulang dengan berdandan layaknya seorang pria.

Rudi merasa penasaran, dia mengikuti dari belakang. Menurutnya wanita itu cukup menarik.

Sampai setiap hari dia mengikuti Menik. Setiap pulang kerja malam, Menik berdandan layaknya seorang pria. Tapi kalau siang dia normal seperti yang lainnya.

Rudi memberanikan diri untuk bertanya kepada Menik. Dengan cara berkunjung lagi ke cafe itu. Setelah penyiraman air itu. Rudi tidak lagi nongkrong di sana. Tapi malam ini dia akan nongkrong di cafe koma lagi.

Seperti biasa Rudi duduk di kursi biasanya. Pelayan ingat wajah pria yang suka tidur di cafe itu. Mereka malas untuk melayani Rudi. Dan menyerahkan urusan itu kepada Menik.

" Nik, si tukang tidur datang lagi. Layani tuh." Ucap salah satu temannya.

Menik menarik nafasnya dalam-dalam. Kemudian mengeluarkannya secara perlahan. Dia datang menghampiri Rudi.

" Kalau anda hanya mau tidur, silahkan anda keluar dari sekarang." Ucap Menik tegas.

" Aku tidak akan tidur, bisakah kamu menemani aku mengobrol." Ucap Rudi pelan.

" Apa kamu tidak bisa lihat kalau aku sedang bekerja." Ucap Menik tegas.

" Baiklah, kapan kamu ada waktu. Aku butuh teman curhat. Dan sepertinya kamu bisa aku jadikan teman." Ucap Rudi cepat.

" Maaf teman saya sudah banyak. Saya tidak membuka pertemanan lagi." Ucap Menik tegas.

Menik pergi meninggalkan Rudi, dia melayani pengunjung cafe yang lainnya. Setelah jam sebelas malam waktunya cafe untuk tutup semua pengunjung sudah keluar. Dan Rudi juga keluar. Dia menunggu Menik di mobil.

Pada saat Menik pulang dan keluar dengan setelan biasanya. Dia berjalan menuju halte. Rudi mengikutinya dari belakang dengan mobilnya. Menik mulai khawatir kalau ada orang yang ingin berbuat jahat kepadanya. Dia berlari kencang agar mobil itu tidak mengikutinya. Tapi karena sudah larut malam, keadaan juga gelap. Menik tersandung batu, dia terjatuh tersungkur.

" Aw." Ucap Menik meringis.

Rudi turun dari mobilnya. Dan menghampiri Menik.

" Kamu tidak apa-apa?" Ucap Rudi khawatir sambil melihat lutut Menik yang sobek.

Celana jeans yang di gunakan Menik ikut robek.

" Apa anda yang mengikuti saya." Ucap Menik sambil meringis kesakitan.

Rudi tidak menghiraukan dia membantu memapah Menik ke mobilnya.

" Kamu mau ngapain?" Ucap Menik cepat.

" Aku mau membawamu ke rumah sakit." Ucap Rudi cepat.

Rudi merasa bersalah, karena dirinya Menik sampai terluka. Dia berniat mengobati luka itu dengan pergi ke rumah sakit.

" Like, dan vote yang banyak ya. Biar semangat updatenya. Dan jadikan novel ini favoy kalian, ketika author update akan ada notifikasi. Terimakasih."