Chapter 269 episode 268 (S2)

Di mansion.

Suasana di rumah besar itu terlihat ramai. Zira dan Ziko masih bersiap di kamar. Mereka mengenakan baju dengan warna senada.

Zira berdiri di depan kaca. Memperhatikan tubuhnya yang sudah tambah berisi dan perut yang semakin maju. Ziko datang menghampirinya dan memeluknya dari belakang. Tidak lupa di mengecup pundak istrinya.

" Kenapa?" Ucap Ziko sambil memeluk Zira dari belakang.

" Bentuk badanku sudah tidak seperti dulu lagi." Ucap Zira sambil memperhatikan badannya.

" Tidak masalah buatku, walaupun badanmu seperti gentong aku akan tetap mencintaimu." Ucap Ziko sambil menyandarkan dagunya di bahu istrinya.

" Sebentar lagi drumband ini akan keluar, aku tidak sabar ingin menggendongnya." Ucap Zira pelan sambil melihat dirinya.

" Drumband? Drumband apa?" Ucap Ziko bingung.

" Ini." Ucap Zira sambil mengelus perutnya.

" Wah bisa-bisanya kamu memberi julukan drumband untuk perutmu." Ucap Ziko komplain.

" Sayang coba kamu perhatikan, aku seperti membawa sebuah drumband. Mungkin sebentar lagi aku seperti membawa tong air. Ucap Zira sambil terus-menerus memegang perutnya.

" Walaupun badanmu melar seperti karet aku akan tetap mencintaimu." Ucap Ziko gombal.

" Kalau badanku melar, apa yang akan kamu lakukan?" Ucap Zira sambil memutar badannya menghadap sang suami.

" Aku akan ikut melar seperti dirimu." Ucap Ziko pelan sambil mengecup bibir istrinya.

" Yakin?" Ucap Zira penasaran.

" Iyalah tidak mungkin aku jalan sama balon. Kita akan terlihat seperti angka sepuluh. Tapi kalau aku sama bulatnya dengan kamu kita berdua seperti bakso jumbo." Ucap Ziko sambil tersenyum.

Ada suara ketukan dari pintu kamarnya. Ziko melepaskan pelukannya dan berjalan ke arah pintu. Pak Budi sedang berdiri di depan pintunya.

" Tuan, acara akan segera di mulai. Para ibu pengajian juga datang. Tamu-tamu juga sudah hadir. Tinggal menunggu anda berdua." Ucap Pak Budi.

" Apa Kevin sudah datang?" Ucap Ziko lagi.

" Sepertinya belum tuan." Ucap Pak Budi sopan.

" Baiklah saya dan Zira akan segera turun." Ucap Ziko.

Pak Budi kembali turun ke bawah ketempat acara itu berlangsung. Ziko berjalan ke nakas dan mengambil ponselnya.

" Kenapa sayang?" Ucap Zira sambil berjalan mendekati suaminya.

" Kevin belum datang? Aku khawatir dia di operasi." Ucap Ziko penasaran.

" Operasi kenapa?" Ucap Ziko ikut panik.

" Ya karena sakit diarenya itulah." Ucap Ziko khawatir.

" Buahahhaha. Kamu imut banget sayang like semut." Ucap Zira memegang hidung suaminya.

" Memang kenapa?" Ucap Ziko heran.

" Belum pernah aku dengar kalau orang diare di sembuhkan dengan operasi. Memangnya mau di tutup lobang pencernaannya." Ucap Zira sambil tertawa.

Ziko memikirkan omongan istrinya, belum ada sejarahnya hal itu terjadi.

" Mungkin cacingnya yang di operasi." Ucap Ziko asal sambil mencari daftar nama Kevin dari ponselnya.

Panggilan terhubung.

Kevin lagi menyetir, dia melihat ada nama Ziko di layar ponselnya. Dia menyerahkan ponselnya kepada Menik.

" Untuk apa?" Ucap Menik bingung sambil menerima ponsel tersebut.

" Jawab." Ucap Kevin lagi.

" Caranya?" Menik lupa cara menjawab panggilan yang masuk. Karena pada saat di rumah sakit dia sudah salah menekan tombol. Jadi dia agak ragu untuk menjawab panggilan itu.

" Pilih yang warna hijau." Ucap Kevin cepat.

Menik melakukannya, dia memilih warna hijau. Karena sedang menyetir Kevin tidak ingin memegang ponselnya, dia memerintahkan Menik untuk memegang ponsel itu.

Suara Ziko terdengar cukup kecil.

" Nyalakan speakernya." Ucap Kevin memerintahkan Menik untuk menyalakan speaker ponselnya.

Menik membuka sabuk pengamannya dan berusaha untuk masuk dari celah kursi antar kursi driver dan kursinya.

" Kamu mau kemana?" Ucap Kevin bingung sambil tetap mengemudikan mobilnya.

" Kebelakang." Ucap Menik polos masih tetap memegang ponsel.

" Ngapain kebelakang?" Ucap Kevin bingung.

" Ambil speaker." Ucap Menik polos.

" Bukan speaker itu." Ucap Kevin cepat sambil menggaruk rambutnya.

" Jadi?" Ucap Menik tambah bingung.

Sedangkan suara Ziko masih terus berteriak menyebutkan kata halo-halo.

" Kenapa sayang? Panggilan terhubung tidak? Ucap Zira ikut penasaran.

" Ya terhubung tapi suara di Kevin kurang jelas." Ucap Ziko lagi.

Kevin masih menggaruk kepalanya.

" Bapak ada kutu ya?" Ucap Menik cepat sambil memperhatikan bosnya yang asik menggaruk rambutnya.

Kevin gemes banget sama Menik. Menurutnya Menik sangat polos.

" Bukan kutuan lagi disini. Tapi mbahnya kutu sudah bersemayam di sini." Ucap Kevin asal.

" Oh gitu ya." Ucap Menik jijik.

Ganteng-ganteng kok kutuan, Ih jijik.

Kevin kembali fokus dengan speaker ponselnya.

" Tekan yang itu." Ucap Kevin cepat memerintahkan Menik.

Menik melakukannya, dia menekan tanda speaker di layar ponselnya Kevin.

" Halo." Ucap Ziko dengan intonasi yang marah.

" Ya halo." Ucap Menik.

" Kamu siapa?" Ucap Ziko cepat.

" Saya Menik." Ucap Menik lagi.

Ziko teringat nama Menik hanya ada satu di kantornya. Dan itu adalah gadis incaran asistennya.

" Si Menik yang jawab." Ucap Ziko sedikit berbisik ketelinga istrinya.

Zira tersenyum mendengarnya. Menurutnya ada kemajuan.

" Kevin mana?" Ucap Ziko lagi.

" Pak Kevin lagi menggaruk rambutnya. Katanya ada kutu di kepalanya." Ucap Menik polos.

Kevin tercengang mendengar penuturan si Menik. Ziko yang mendengarkan dari ujung ponselnya kata kutu langsung terlihat jijik. Dia menggoyangkan badannya sangking jijiknya.

" Kenapa?" Ucap Zira bingung.

" Si Kevin jorok banget dia kutuan." Ucap Ziko cepat.

Zira yang mendengar hanya bisa memicingkan matanya sambil mengerutkan dahinya.

" Kenapa kamu bilang aku ada kutu?" Ucap Kevin komplain.

" Terus saya bilang apa? Tidak baik bohong Pak. Tadi Bapak sendiri bilang kalau ada kutu di kepala Bapak. Apa mau saya bilang ke bos besar kalau bapak bukan kutuan tapi kesemutan." Ucap Menik dengan wajah polosnya.

Kevin langsung memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Dia mengambil ponselnya langsung dari tangan Menik.

" Ya tuan?" Ucap Kevin pelan sambil mematikan speaker ponselnya.

" Apa itu yang menyebabkan kamu terlambat?" Ucap Ziko cepat.

" Maksud tuan?" Ucap Kevin bingung.

" Kutumu. Kemaren diare sekarang kutuan." Ucap Ziko komplain. Zira masih mendengarkan percakapan suaminya dengan Kevin.

" Bukan begitu tuan." Ucap Kevin.

Kevin menjelaskan semuanya tentang perumpamaan yang di ucapkan kepada Menik. Dan semua ucapannya di anggap serius oleh Menik.

" Baiklah, kamu di mana?" Ucap Ziko lagi.

" Saya lagi di jalan." Ucap Kevin.

" Yang bilang kamu di planet siapa?" Ucap Ziko tegas.

Kevin langsung menyebutkan nama jalan yang sedang di laluinya.

" Apa acaranya sudah berlangsung?" Ucap Kevin lagi.

" Iya ini sedang menunggu kamu." Ucap Ziko.

" Memangnya kenapa harus menunggu saya. Bukannya saya hanya tamu." Ucap Kevin cepat.

" Enak aja tamu, kamu itu harus mengisi doa, dan setelah itu mencuci piring yang kotor." Ucap Ziko cepat.

" Maaf Pak, kalau untuk mencuci piring, apa tuan tidak bisa mengupahkan kepada orang lain. Saya sudah ganteng begini di suruh cuci piring. Dan untuk doa, maaf sekali lagi maaf, saya tidak tau dengan nama-nama doa. Saya hanya hafal doa mau makan sama doa mau tidur." Ucap Kevin cepat.

Ziko hanya mengerjai asistennya. Agar asistennya cepat datang segera kekediamannya. Menurutnya jika tidak ada Kevin acaranya ada yang kurang. Secara Kevin sudah dianggap keluarga oleh mereka.

" Persiapkan saja doa yang kamu bisa. Kalau perlu kamu duet sama si Menik." Ucap Ziko asal.

Zira yang berada di samping tertawa cekikikan mendengar ide brilian suaminya.

" Duet? Memangnya saya mau dangdutan." Ucap Kevin protes.

" Ya terserah, intinya kamu harus tampil di acara kami." Ucap Ziko langsung mematikan panggilannya.

Kevin bingung, dia tidak paham dengan macam-macam doa. Dia tidak tau harus melakukan apa. Apalagi tanya si Menik, dia yakin wanita itu tidak akan tau menahu.

" Pak apa ponsel saya juga ada speakernya?" Ucap Menik memperhatikan ponsel barunya.

" Hemmmmm." Ucap Kevin cepat.

" Di letakkan di mana speakernya?" Ucap Menik bingung.

Kevin gemes sekaligus bingung. Gemes melihat tingkah Menik yang lugunya tidak ketulungan. Dan apa yang harus dia ucapkan pada saat acara bosnya. Dia tau omongan Ziko bukan candaan, jadi dia harus mempersiapkannya dari sekarang.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."