Chapter 268 episode 267 (S2)

Mereka dua diam membisu, hanya suara deru mobil yang terdengar. Tiba-tiba Menik bersuara.

" Pak ponsel dan dompet saya mana?" Ucap Menik cepat sambil mengulurkan tangannya ke arah Kevin.

Kevin lupa kalau ponsel dan dompet toko mas Menik ada di dalam saku celananya. Dia mengambil dan menyerahkan kepada pemiliknya.

Menik mengaktifkan kembali ponselnya. Begitu ponsel itu dalam keadaan on. Banyak pesan singkat yang masuk ke dalam ponsel. Semua dari orang yang sama. Menik menghembuskan nafasnya dengan kasar ketika melihat isi pesan tersebut.

Kevin memperhatikannya. Terlihat jelas kalau Menik sedang marah dan kecewa.

" Kamu kenapa?" Ucap Kevin cepat sambil melirik Menik.

" Tidak apa-apa." Ucap Menik gugup.

" Sepertinya kamu mendapatkan banyak pesan." Tebak Kevin.

Menik tidak menjawab dia hanya menyandarkan kepalanya ke kursi sambil melihat kearah luar.

" Apa kamu ada masalah?" Ucap Kevin lagi khawatir.

" Tidak." Ucap Menik pelan masih dengan menatap kejalanan.

Kevin tidak bertanya lebih lanjut, dia memperhatikan ponsel Menik sekilas dan memutar arah mobilnya.

" Kita mau kemana?" Ucap Menik bingung.

Kevin tidak menjawab dia hanya fokus untuk menyetir mobilnya. Mobil sampai ke mall yang tadi.

" Untuk apa kita kesini lagi. Bukannya semua sudah ada." Ucap Menik bingung.

" Sudah turun saja." Ucap Kevin lagi sambil mematikan mesin mobilnya.

Menik turun dari mobil, kali ini dia memegang tas jinjing di tangannya. Sengaja tas itu di letakkan di depannya agar kedua tangannya bisa memegang benda tersebut. Sehingga tidak ada celah untuk Kevin memegang tangannya.

Kevin tidak memegang tangan Menik tapi dia memegang bahu Menik. Wanita itu kaget dan melihat ke sampingnya.

" Kenapa Bapak memegang bahu saya." Ucap Menik cepat sambil tetap berjalan masuk ke dalam mall.

" Saya tidak bisa memegang tangan kamu. Karena tangan kamu terlihat sibuk. Jadi saya pegang saja bahu kamu." Ucap Kevin cepat.

" Apa bisa tidak memegang saya." Ucap Menik cepat.

" Justru dengan seperti ini kita terlihat akrab. Apa mau aku memegang rambutmu. Yang ada aku seperti sedang memacu seekor kuda." Ucap Kevin asal.

Rambut Menik di biarkan terurai jatuh, bukan seperti diawal yang hanya di ikat seperti kuncir kuda.

" Mana ada kuda rambutnya di gerai seperti ini. Yang jelas rambut saya bukan seperti kuda tapi seperti kain pel." Ucap Menik asal.

Menik memang kurang suka rambutnya di gerai seperti itu. Mungkin karena sifat tomboinya sehingga dia lebih suka menguncir rambutnya asal. Selain lebih dingin dan tidak semak, itu menurutnya.

Kevin membawa Menik berhenti pada salah satu toko ponsel.

" Apa ponsel Bapak rusak?" Ucap Menik bingung.

Kevin memegang pinggang Menik dan menuntut wanita itu untuk masuk ke dalam toko ponsel tersebut.

" Kenapa Bapak memegang pinggang saya." Ucap Menik komplain lagi sambil berbisik.

" Tadi pegang bahu tidak boleh, pegang rambut apa lagi, kata kamu seperti memegang kain pel. Jadi saya inisiatif memegang pinggang kamu." Ucap Kevin asal.

" Lepaskan, saya tidak suka tangan Bapak di pinggang saya." Ucap Menik tegas.

" Sudahlah, apa kamu tidak melihat kalau tangan saya lagi nganggur. Jadi biarkan dia mencari tempat yang cocok." Ucap Kevin sambil menunjuk tangannya dengan lirikan matanya.

Menik hanya melihat tajam ke arah Kevin. Menurutnya pria di sebelahnya ini mengambil kesempatan dari dirinya. Kevin tetap menuntun Menik untuk masuk kedalam toko ponsel tersebut.

Seorang penjaga toko datang dan menyapa mereka berdua.

" Selamat siang, ada yang bisa di bantu?" Ucap penjaga toko.

" Saya mau lihat ponsel keluaran terbaru." Ucap Kevin sambil tetap memegang pinggang Menik.

Wanita itu terus menatap tajam ke arah Kevin.

" Ini keluaran terbaru." Ucap penjaga toko sambil menunjuk etalase kaca yang didalamnya berjejer merek ponsel terkenal.

Kevin melihat ke arah Menik.

" Jangan kamu tatap aku seperti itu. Kamu tambah cantik kalau seperti itu." Goda Kevin.

Menik langsung mengalihkan penglihatannya melihat ke arah yang lain. Dia tidak berani menatap mata Kevin. Apalagi dia baru saja di goda oleh pria itu. Menik bukan marah tapi merasa malu karena di goda seperti itu.

" Pilihlah." Ucap Kevin sambil berbisik di telinga Menik.

Mereka berdua terlihat mesra seperti itu. Penjaga toko sampai tersenyum malu melihat kemesraan mereka.

" Untuk siapa?" Ucap Menik bingung.

" Untuk kamu." Ucap Kevin lagi.

" Saya sudah punya ponsel." Ucap Menik cepat sambil melihat kearah Kevin.

Lagi-lagi Menik memikirkan hal jelek, kalau semuanya adalah rekayasa Kevin untuk membuatnya berhutang dan jika hutang menumpuk dengan otomatis Menik terpaksa menikah dengan Kevin.

" Cepat pilih, waktu kita hanya terbatas." Ucap Kevin sambil melirik jam di tangannya.

" Saya sudah punya ponsel." Ucap Menik pelan sambil menekan intonasinya.

" Di dalam situ bukan ponsel tapi itu seperti remote AC." Ucap Kevin mengejek.

" Tapi ini saya beli sendiri bukan hasil mencuri." Ucap Menik tidak mau kalah.

Penjaga toko sampai bingung, melihat keduanya yang tadi terlihat mesra sekarang malah bertengkar.

Kevin tau Menik pasti tetap pada pendiriannya. Akhirnya Kevin memilih merek ponsel dengan lambang buah di belakangnya.

Dia memilih warna pink, dan langsung membayar dengan kartunya.

Menik sampai terheran-heran melihat Kevin menggelontorkan uangnya dengan mudah hanya untuk dirinya. Bukan harga yang murah, ponsel itu di hargai 30 juta.

Kevin menyerahkan paper bag itu kearah Menik.

" Maaf Pak saya tidak bisa menerima ini." Ucap Menik menolak secara halus.

" Cepat kamu ambil ini." Ucap Kevin cepat sambil menarik tangan Menik untuk menerima pemberiannya.

Tapi Menik enggan untuk menerima ponsel tersebut. Karena Menik tidak mau menerima ponsel tersebut. Mau tidak mau Kevin memberi ancaman kepada wanita itu.

" Cepat kamu ambil ponsel ini kalau tidak." Ucap Kevin menggantung.

" Kalau tidak apa?" Ucap Menik lagi sambil menatap sinis.

" Aku akan menciummu di depan umum." Ucap Kevin tegas.

Kevin tidak ada niat untuk mencium Menik di depan umum. Dia hanya mengancam seperti yang di lakukan Ziko terdahulu mengancam Zira jika tidak mengikuti kemauannya. Dan terbukti ancaman Ziko berhasil dengan cepat Zira langsung manut.

Menik mengingat kejadian tadi di mall ketika Kevin dengan cepat menggendong dia.

Kalau aku tidak menerima ini, bisa di pastikan dia akan menciumku. Kejadian tadi saja sudah membuatku malu apalagi ini sebuah ciuman. Mau di simpan di mana nih muka.

Menik mengambil peper bag tersebut dan pergi meninggalkan Kevin. Dia berjalan sambil menghentakkan sepatunya.

Kevin tertawa penuh kemenangan. Menurutnya penampilan Menik sudah jauh sempurna. Apalagi ponselnya sudah berganti dengan ponsel mahal.

Di dalam mobil.

" Buka ponsel itu." Ucap Kevin lagi.

Menik menuruti kemauan Kevin, dengan membuka isi peper bag itu dan mengeluarkan ponsel itu dari dalam boxnya. Menik melihat seksama, ponsel itu menurutnya sangat bagus.

" Pak kenapa ponsel ini setipis keju slice." Ucap Menik sambil membolak-balik ponsel itu.

" Baguskan." Ucap Kevin lagi sambil melirik Menik dan kembali fokus mengemudikan mobilnya.

" Apa ini tidak pakai baterai?" Ucap Menik bingung.

Menik memang gaptek dia tidak paham dengan hal seperti itu. Apalagi menggunakannya bisa di pastikan dia akan kesusahan.

" Pak kenapa tidak ada keypadnya." Ucap Menik bingung.

" Yang ada keypad itu keluaran lama. Cukup remote aja yang pakai keypad atau tombol, ponsel jangan." Ucap Kevin menjelaskan.

Mobil berhenti di depan traffic light. Kevin mengambil ponsel tersebut dan membukanya.

" Bawa sini ponsel lama kamu." Ucap Kevin sambil mengulurkan tangannya.

Menik menyerahkan ponsel lamanya. Kemudian Kevin mengeluarkan kartu Menik dari ponsel lamanya ke ponsel baru. Setelah diaktifkan Kevin menyerahkan ponsel tersebut kepada Menik.

" Wah bagus banget. Terus bagaimana cara menggunakannya. Saya hanya tau pesan singkat dan telepon yang lainnya enggak tau." Ucap Menik jujur.

" Kamu baca di dalam box, semua panduannya ada di sana." Ucap Kevin cepat sambil mengemudi lagi mobilnya.

" Ini semua bahasa asing. Saya tidak bisa." Rengek Menik lagi seperti anak kecil.

Kevin tambah gemes melihat tingkah Menik yang kekanak-kanakan. Dia mengelus rambut Menik layaknya seorang anak kecil.

" Nanti saya ajarkan." Ucap Kevin pelan sambil tersenyum tipis.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."