Chapter 265 episode 264 (S2)

Menik telah bersiap mandi dan berlari ke depan sambil menggendong tas ransel di bahunya.

Kevin memperhatikan dari jauh. Dan membuka pintu kaca sebelah kirinya.

" Maaf Pak? Apakah saya terlambat dari menit yang Bapak tentukan?" Ucap Menik sambil ngos-ngosan dan berbicara sambil sedikit membungkuk.

Kevin melihat jam di tangannya, Menik datang tepat waktu. Tapi dia berbohong dengan mengatakan kalau Menik terlambat.

" Kamu terlambat satu detik. Dan kamu harus di hukum." Ucap Kevin cepat.

" Satu detik. Memangnya terlambat satu detik masih tetap di hukum." Ucap Menik protes masih berbicara dari luar mobil.

" Ah sudahlah, masuk cepat." Ucap Kevin memerintahkan Menik untuk masuk ke dalam mobilnya.

Menik duduk dan tiba-tiba Kevin mengambil foto Menik.

" Untuk hukuman kamu." Ucap Kevin cepat sambil menunjukkan hasil fotonya.

" Itu saja? Kalau begitu mending saya foto sendiri. Yang itu kurang bagus. Pinjam handphone Bapak." Ucap Menik.

Kevin menyerahkan ponselnya.

" Bagaimana caranya?" Ucap Menik cepat.

" Kamu kampungan banget sih, gitu aja enggak bisa." Ucap Kevin protes.

" Lebih baik saya jujur mengakui kalau saya tidak bisa menggunakannya dari pada bohong nyatanya kosong." Ucap Menik cepat.

" Ya, Bu guru." Ucap Kevin sambil mengajari Menik cara menggunakan kamera ponselnya.

Menik mengambil beberapa gaya fotonya. Semua gaya di ambilnya. Setelah itu dia menyerahkan ponsel itu kepada pemiliknya.

" Berapa banyak foto yang kamu ambil." Ucap Kevin sambil menyalakan mesin mobilnya.

" Banyak, semua gaya sudah saya ambil. Cuma gaya jengking aja yang belum." Ucap Menik cekikkan.

" Sstt diam. Jangan tertawa seperti itu, kalau seperti itu kamu seperti kuntilanak." Ucap Kevin cepat.

" Kuntilanak apa kuntilbapak." Ucap Menik masih dengan cekikikannya.

Kevin fokus mengendarai mobilnya.

" Kenapa tertawamu seperti suara kucing kejepit." Ejek Kevin.

" Bukan kucing kejepit tapi sandal kejepit." Jawab Menik.

" Samalah itu." Ucap Kevin lagi.

" Pak memangnya foto saya mau di apakan? Bapak bukan mau jampi-jampi sayakan?" Ucap Menik cepat sambil melihat ke Kevin.

" Idih siapa pula yang mau menjampi-jampi kamu." Ucap Kevin cepat.

" Lalu itu untuk apa?"

" Fotomu akan aku tempel di dinding rumahku. Untuk menakut-nakuti setan di rumahku." Ucap Kevin asal.

" Owh kalau itu tidak apa-apa. Saya setuju, memang wajah saya lebih seram dari setan." Ucap Menik cekikkan.

Kevin melirik tas yang ada di paha Menik. Kemudian dia melirik ke bawah kaki Menik. Kevin langsung rem mendadak.

Brukkk. Dahi Menik menghantam dashboard mobil.

" Aw, Bapak kalau mau bunuh diri jangan ngajak saya." Ucap Menik komplain sambil memegang dahinya.

" Maaf." Ucap Kevin sambil memegang dahi Menik yang merah.

" Kamu juga, kenapa tidak pakai sabuk pengaman." Ucap Kevin komplain balik.

Dia memegang dahi Menik yang merah karena terhantam dashboard cukup kencang.

" Nanti kita berhenti di apotek untuk membeli salep." Ucap Kevin khawatir.

" Enggak usah, saya sudah sembuh." Ucap Menik cepat sambil tersenyum tidak meringis lagi.

Kevin menekan pedal gas mobilnya. Mobil melaju lagi dengan kecepatan sedang.

" Bapak kenapa tadi berhenti mendadak." Ucapan Menik mengingatkan Kevin.

" Kamu mau pergi pengajian atau mau pergi main bola." Ucap Kevin cepat sambil melirik sepatu Menik.

" Hehehe." Ucap Menik sambil cengengesan.

" Ini lagi kenapa harus bawa tas ransel. Apa kamu tidak punya tas jinjing." Semua penampilan Menik di komplain habis oleh Kevin.

" Sepatu pakai sepatu bola. Tas pakai tas ransel. Rambut di kuncir kuda. Wajah polos seperti buku gambar enggak ada coretan." Gerutu Kevin.

" Aih Bapak ini sebenarnya pengarah gaya atau asisten rumah tangga sih?" Ucap Menik asal.

" Semuanya di komplain." Gerutu Menik.

" Habis kamu mau pergi pengajian seperti enggak ada niat. Udah terlambat berdandanpun tidak." Ucap Kevin komplain lagi.

" Bapak kasih waktu hanya 15 menit, mana bisa saya berdandan. Ini aja saya asal ambil sepatu." Ucap Menik membela dirinya.

Menik tetap terlihat manis, ada riasan di wajahnya ataupun tidak dia tetap manis. Kevin hanya ingin melihat Menik tampil sesuai harapannya. Karena pesan dari Zira adalah Menik harus cantik. Jadi itu menjadi tanggung jawabnya.

Kevin memutar arah mobilnya. Dia melirik jam di tangannya. Masih ada satu jam lagi untuk acara itu di mulai.

Mobil berhenti di depan sebuah salon.

" Turun." Ucap Kevin cepat sambil membuka sabuk pengamannya.

" Kita mau ngapain?" Ucap Menik bingung.

" Mau permak kamu." Ucap Kevin cepat sambil keluar dari mobil.

Kevin sudah berhenti di samping pintu mobil sebelah kiri. Dia membukakan pintu untuk Menik.

" Permak? Memangnya celana setan di permak." Ucap Menik protes sambil memegang tas ranselnya.

" Tinggalkan tas kamu di situ." Perintah Kevin.

" Tapi di dalamnya ada dompet dan ponsel saya." Ucap Menik masih memegang tas ranselnya.

" Ambil, yang penting tinggalkan yang tidak penting." Ucap Kevin cepat.

Menik mengambil ponsel sabunnya dan dompet buruknya.

" Ini kamu bilang dompet?" Ucap Kevin komplain sambil menunjuk dompet yang di pegang Menik.

Di dompet itu ada tulisan toko emas x. Ukurannya yang kecil membuat Kevin sampai tercengang dan berpikir siapa yang memberi julukan dompet untuk benda itu.

" Ya dompetlah. Kalau plastik beda lagi." Ucap Menik cepat.

" Bawa sini dompet sama ponsel kamu." Ucap Kevin.

Kevin menyimpan dompet toko emas itu dan ponsel sabun batangan di dalam sakunya. Mereka masuk ke dalam sebuah salon.

" Ada yang bisa di bantu?" Ucap Pelayan salon.

" Rias secantik mungkin tapi jangan menor." Ucap Kevin cepat.

" Baik Pak." Ucap Pelayan sambil mengajak Menik untuk duduk di sebuah kursi yang didepannya ada kaca besar.

Kevin duduk di sofa dan di suguhkan minuman dingin di depannya. Selagi Menik di rias. Dia mengirimkan foto Menik kepada orang suruhannya.

Kevin merasa bosan menunggu, dia meletakkan kepalanya di atas sandaran sofa. Sambil memejamkan matanya. Tiba-tiba ada suara ayam berkokok. Dan semua orang mencari asal muasal suara itu. Begitupun Kevin di kaget karena siang hari ada suara ayam yang berkokok.

" Permisi sebentar." Ucap Menik kepada perias salon.

Menik berjalan kearah Kevin.

" Pak, ayam saya lagi batuk." Ucap Menik sambil mengulurkan tangannya.

" Ayam?"

" Ya cepat, nanti batuknya tambah parah." Ucap Menik lagi sambil mengulurkan tangannya.

" Apaan sih?" Kevin tampak bingung.

" Aduh cepat mana ponsel remote tv saya." Ucap menik cepat.

Kevin sadar dengan ucapan Menik dan menyerahkan ponsel itu kepada pemiliknya.

Ada satu panggilan di situ. Menik menarik nafasnya panjang ketika melihat nama seseorang di ponsel bututnya. Dan langsung menolak panggilan tersebut.

" Siapa?" Ucap Kevin penasaran.

" Bukan siapa-siapa." Ucap Menik sambil mematikan ponselnya.

Menik menyerahkan ponselnya kembali kepada Kevin.

" Apa nada dering kamu tidak ada yang lebih keren dari ayam batuk." Ucap Kevin komplain.

" Ada suara kucing, sama suara jangkrik. Tapi keduanya sangat pelan padahal volume suaranya sudah full tapi tetap pelan. Jadi saya pilih suara ayam. Biar semangat menjawab panggilan semuanya." Ucap Menik menjelaskan.

" Tapi kamu tadi tidak semangat menjawab panggilan tadi, malah menonaktifkan ponselmu." Ucap Kevin.

Kevin memperhatikan gerak gerik Menik. Menurutnya Menik menyembunyikan sesuatu.

Menik kembali ke kursi tempat dia dirias. Perias melanjutkan riasannya. Dia memilih warna makeup yang tidak terlalu terang agar terlihat natural. Setelah beberapa menit di dalam salon. Akhirnya Menik selesai di rias.

" Mbak cantik sekali." Puji perias itu.

" Apa ini saya." Ucap Menik sambil melihat wajahnya di dalam kaca.

Dia sendiri kurang yakin dengan penglihatannya. Itu bukan seperti dirinya, karena tidak pernah berhias jadi wajah Menik sangat jauh berbeda dari sebelumnya.

Menik berjalan mendekati sofa. Tempat Kevin menunggunya. Dia berdiri di depan Kevin yang hanya terhalang sebuah meja kecil di depannya.

Kevin melihat sekilas kemudian melanjutkan lagi melihat ponselnya.

" Pak saya sudah siap di rias." Ucap Menik cepat.

Kevin langsung melihat kearah wanita yang berdiri di depannya.

" Kamu Menik?" Ucap Kevin pangling.

" Bukan ini neneknya Menik." Ucap Menik asal.

Kevin masih melihat Menik tidak berkedip. Wanita itu sangat cantik. Beda dari penampilan sebelum yang apa adanya. Dan menurutnya tampilan Menik luar biasa.

" Apa Bapak mau memandang saya seharian seperti ini." Ucap Menik cepat menyindir Kevin yang terus memandanginya.

Kevin tersadar dan beranjak dari sofa menuju meja kasir. Setelah menggesek kartunya di mesin, mereka keluar sambil beriringan. Kevin terus mencuri-curi pandang dari Menik.

Dia membukakan pintu mobil untuk wanita cantik itu. Sambil terus menyunggingkan senyuman di bibirnya.

" Jangan terlalu sering tersenyum ataupun tertawa. Apa mau gigi Bapak kering?" Sindir Menik.

Kevin gelagapan mendengar sindiran Menik. Setelah Menik masuk dalam mobil. Kevin berjalan memutari mobil dan masuk ke dalam mobil dari pintu sisi lainnya.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."