Chapter 264 episode 263 (S2)

Taksi sudah datang, mereka masuk dan duduk di belakang Pak supir.

" Dimana alamat kamu?" Ucap Kevin cepat.

Menik memberitahukan alamatnya.

" Tapi lebih baik saya turun di halte saja. Karena mobil tidak bisa masuk ke dalam, soalnya jalannya sempit." Ucap Menik.

" Halte yang mana? Yang pertama kali kita bertemu?" Ucap Kevin.

" Bukan, nanti sambil jalan saya sebutkan halte yang mana." Ucap Menik menjelaskan.

Mobil sudah berjalan menjauh dari rumah sakit. Seperti di awal yang pertama kali di antar adalah Menik. Setelah melewati beberapa kali traffic light. Akhirnya sampai di sebuah halte. Menik memerintahkan Pak supir untuk berhenti di depan halte.

" Rumah kamu di mana?" Ucap Kevin sambil melihat keluar jendela."

Kevin keluar terlebih dahulu, untuk memberikan ruang bagi Menik agar bisa keluar dari dalam taksi.

" Rumah saya di seberang jalan." Ucap Menik sambil menunjukkan gang kecil.

" Baiklah, dua jam lagi aku jemput." Ucap Kevin cepat sambil memegang handle pintu mobil.

" Untuk apa?" Ucap Menik bingung.

" Malah balik tanya. Untuk pergi ke acara Tuan muda dan nona Zira. Apa kamu amnesia?" Ucap Kevin cepat.

" Owh iya lupa." Ucap Menik sambil menepuk dahinya karena lupa.

" Mungkin kebanyakan makan bubur sun sun ini Pak, makanya saya jadi pelupa." Ucap Menik lagi.

" Idih genit kamu. Apa kamu mau di sun?" Ucap Kevin cepat sambil menatap Menik tajam.

" Alah palingan juga supir taksi yang sun." Ucap Menik asal

" Sudah sana. Kalau lama aku suruh supir taksi sun kamu." Ucap Kevin sambil memerintahkan Menik untuk pulang ke rumahnya.

Menik menyebrang jalan, dan Kevin masih melihatnya. Sampai bayangan Menik hilang baru supir taksi melajukan mobilnya.

Di dalam rumah Menik.

Hari ini adalah hari Sabtu, Menik bersyukur karena hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur untuk semua karyawan.

Di dalam rumahnya tidak ada Bima. Bima hari ini masuk pagi. Sebagai seorang sekuriti liburnya bukan seperti karyawan lainnya. Dia libur sesuai dengan jadwalnya.

" Lebih baik aku berbaring sejenak." Gumam Menik pelan tanpa terasa dia sudah terlelap.

Kevin sudah sampai di rumahnya.

Dia langsung berkemas dan membersihkan diri di kamar mandinya. Setelah itu dia memilih pakaian yang non formal. Memakai Kemeja biru dan di padupadankan dengan celana hitam. Dan sepatu yang di pakainya sepatu kasual.

Kevin langsung menyalakan mesin mobilnya. Dalam sekejap dia sudah sampai di depan gang rumah Menik. Dia menghubungi nomor ponsel Menik. Tapi panggilan tidak terhubung. Hampir 15 menit Kevin menunggu di dalam mobilnya tapi keberadaan Menik belum juga ada tanda-tandanya.

Kevin memang lebih cepat datangnya. Lebih cepat setengah jam.

" Ini si Menik kemana." Gerutu Kevin bosan.

Dia mematikan mesin mobil dan turun dari kendaraannya. Kevin berjalan ke gang kecil itu. Gang yang sangat kecil, hanya bisa di lewati oleh roda dua. Walaupun dia tidak tau dimana rumah Menik, setidaknya dia bisa bertanya itu pikirnya.

Di dekat gang, ada anak-anak yang sedang bermain permainan tapak gunung. Mereka melukis bentuk yang mereka inginkan di gang sempit itu.

Kevin menghampiri anak-anak kecil tersebut.

" Adek tau rumahnya Menik?" Ucap Kevin pelan.

" Owh kak Menik yang nama adiknya Bima kan?" Ucap salah seorang anak yang badannya lebih besar dari yang lainnya.

Kevin bingung, setau dia Bima adalah tunangan Menik.

" Bukan, Menik yang tinggal sendirian." Ucap Kevin lagi.

" Enggak tau om. Setau kami kak Menik di sini cuma satu." Ucap salah seorang anak.

" Baiklah yang itu di mana rumahnya?" Ucap Kevin cepat.

" Om lurus aja, nanti belok kanan, kemudian belok kiri. Di depan ada warung." Ucap anak itu.

" Warung itu rumahnya." Ucap Kevin lagi.

" Bukan om tanya aja sama warung itu." Ucap anak kecil itu menjelaskan.

Kevin mengernyitkan dahinya, menurutnya satu gang tempat tinggal Menik orang-orangnya sama lucunya dengan Menik.

" Jadi kalian tidak tau rumahnya?"

" Tau." Ucap anak-anak itu serentak.

" Kalau tau kenapa kalian suruh om tanya sama warung lagi." Ucap Kevin penasaran.

" Biar lebih jelas aja." Ucap anak-anak itu lagi.

Kevin mengikuti jalan setapak itu. Jalan yang sangat sempit. Lebih sempit dari koridor kantornya.

Kevin sampai di depan warung, sesuai dengan petunjuk anak-anak itu. Dia harus menanyakan rumah Menik kepada pemilik warung.

" Permisi." Ucap Kevin sedikit berteriak.

" Ya mau beli apa?" Ucap seorang Ibu yang baru keluar dari dalam rumahnya.

" Mau tanya rumah Menik di mana ya? Ucap Kevin pelan.

" Itu." Ucap pemilik warung menunjukkan rumah kecil yang tepat ada di depan warung itu.

Kevin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Menurutnya anak kecil itu telah mengerjai dia.

" Terimakasih Bu." Ucap Kevin sambil berjalan ke arah rumah Menik.

" Sialan aku di kerjain anak kecil." Gerutunya.

Dia mengetuk pintu rumah Menik secara berulang. Tidak berapa lama keluar seorang wanita dengan rambut yang acak-acakan seperti rambut Naruto, jengat di sana dan jengat di sini.

Menik membuka pintunya sambil terus menguap. Di mengenakan celana pendek di atas lutut dan baju yang tidak berlengan. Tubuh mulus Menik terlihat jelas dimata Kevin. Menik cukup seksi di situ.

Menik belum sadar, dia masih berpikir yang pulang adalah adiknya. Dia membuka pintu lebar. Dan langsung tidur lagi di kasurnya.

Kevin bingung melihat tingkah Menik. Yang tidak berkata sedikitpun. Dia memberanikan diri untuk masuk, dan mencoba mengetuk pintu kamar Menik yang terbuka lebar.

" Apa." Ucap Menik sambil tetap tengkurap.

Kevin memalingkan wajahnya, paha Menik terlihat jelas dari depan pintu.

" Menik bangun." Ucap Kevin teriak.

Menik mengingat suara itu. Dia membuka perlahan matanya sambil memutar cepat kepalanya melihat ke arah pintu.

" Aaaaa...." Menik teriak.

Kevin masuk ke dalam kamar Menik sambil menyumpal mulut wanita itu dengan ujung bantal.

Kevin khawatir teriaknya Menik akan mengundang warga datang ke rumah itu. Mereka pasti berpikiran yang aneh-aneh.

" Ngapain Bapak kesini." Ucap Menik kencang sambil menutup badannya dengan bantal.

" Sudah jam berapa ini? Apa kamu tidak mau pergi ke acara tuan muda." Ucap Kevin komplain.

" Alah Mak jang, kenapa aku bisa ketiduran seperti ini." Gumam Menik.

" Cepat kamu bersiap. Waktumu hanya 15 menit." Ucap Kevin keluar dari kamar Menik.

" Cepat banget 15 menit." Gerutu Menik.

Sebelum keluar, Kevin memperhatikan ruang tamu yang langsung jadi satu dengan dapur. Dan ada yang menarik di dinding ada foto Menik dengan seorang pria yang dia tau itu adalah Bima. Foto mereka cukup mesra seperti sepasang kekasih.

Kevin berjalan keluar gang sempit itu menuju mobilnya. Sedangkan Menik besiap diri di rumahnya.

" Apa benar mereka kakak adik? Atau pertunangan Bima memang tunangannya." Gumam Kevin.

Kevin menghubungi seseorang dari ponselnya. Dia memerintahkan orang kepercayaannya untuk menyelidiki latar belakang Menik.

" Baik Pak, bisa kirimkan fotonya." Ucap seseorang dari ujung sana.

Kevin mengirimkan foto Menik yang lagi tidur. Tidak berapa lama ponselnya berdering lagi.

" Pak, apa tidak ada foto yang matanya terbuka?" Ucap orang kepercayaan Kevin.

" Maksud kamu apa?"

" Itu Pak, kalau matanya tertutup saya tidak bisa mencarinya pasti akan sulit untuk mengenalinya. Tapi kalau terbuka matanya lebih gampang." Ucap pria itu.

Apa yang di katakan orangnya benar. Akan sulit untuknya mengenali wajah yang lagi tidur. Tapi dia tidak punya foto Menik dalam keadaan buka mata. Sedangkan foto yang dia kirim saja hasil foto sembunyi-sembunyi.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."