Chapter 263 episode 262 (S2)

Malam sudah semakin larut. Menik sudah terlelap sambil menekuk kakinya. Udara di ruangan itu terasa dingin, Kevin masih memperhatikan Menik, dia berusaha bangun dari posisi berbaringnya dan berjalan ke sofa sambil menarik tiang infus. Di tangannya yang lain ada selimut. Dia menyelimuti tubuh Menik dengan susah payah, karena salah satu pergelangan tangannya ada jarum infus.

Kevin menyelimuti tubuh Menik, walaupun dia meletakkan selimut itu tidak sempurna, tapi ada kehangatan ketika melihat Menik bisa meluruskan kakinya.

Kevin mengambil lagi foto Menik dari dekat. Walaupun perbuatannya tidak sopan, karena mengambil diam-diam tapi dia tetap melakukannya. Menurutnya kecantikan seorang wanita terlihat pada saat dia tidur dan bangun tidur.

Kevin memandang foto Menik yang barusan di ambilnya. Sampai akhirnya dia terlelap. Menit berganti menit dan jam berganti jam. Alarm ponsel Menik menyala. Menik terbangun dari tidurnya, sambil mematikan alarm. Waktu menunjukkan pukul setengah 5 pagi.

Menik melihat tubuhnya sudah terbalut dengan selimut. Dia melihat kembali ke atas tempat tidur, disana terlihat Kevin yang meringkuk kedinginan.

" Tadi malam aku tidak pakai selimut, dan selimut ini sudah ada di tubuhku. Berarti dia yang meletakkan selimut ini. Padahal dia kedinginan." Ucap Menik sambil berjalan ke tempat tidur dan menyelimuti Kevin.

Ponsel Kevin tergeletak di atas tempat tidur. Menik mengambil ponsel itu dan meletakkan di atas meja sebelah tempat tidur. Pada saat dia memegang ponsel itu, ada sebuah foto di layarnya Kevin.

Dia melihat dengan seksama.

" Apa ini pacarnya Pak Bos, tapi sepertinya wajahnya tidak asing." Gumam Menik.

Menik belum seratus persen nyawanya kumpul. Jadi dia belum sadar kalau yang ada di foto itu adalah dirinya.

Menik meletakkan ponsel itu dan pergi berjalan ke dekat meja. Ada sebuah galon minuman di sana. Menik menegakkan air putih itu ke dalam tenggorokannya. Rutinitas yang di lakukannya ketika bangun tidur adalah minum air. Mungkin karena masih terlalu ngantuk air putih itu sebagian tumpah mengenai pakaiannya.

Menik mengelap pakaiannya dengan tisu. Dan dia tersadar ketika melihat pakaiannya sama dengan foto yang ada di ponsel Kevin.

Menik berjalan pelan dan melihat kembali ponsel Kevin. Ponsel Kevin memang tidak di kunci. Jadi dengan gampang dia melihat kembali foto wallpaper itu.

Menik memegang mulutnya, dia melihat ada beberapa foto dirinya di dalam galeri ponsel Kevin.

" Gawat Bapak ini sepertinya, punya pikiran mesum. Bisa-bisanya mengambil fotoku dalam keadaan tidur." Gerutu Menik sambil meletakkan ponsel itu kembali ke atas meja.

Menik memikirkan kejadian tadi malam. Semua rentetan peristiwa tadi malam coba di ingatnya.

" Kalau tidak salah dengar, Bapak ini bilang selalu memikirkan seorang wanita. Apa jangan-jangan itu aku." Gumam Menik kikuk.

" Ah mana mungkin dia suka dengan aku. Tapi kenapa dia menyimpan fotoku. Apa mungkin dia menyukaiku. Tapi kenapa secepat itu. Padahal kemaren malam dia cerita kepada semua orang, kalau dia menyukai seorang wanita dan wanita itu sekarang sudah bahagia. Berarti dia mencari pelarian kepada diriku."

Menik berpikir keras mengenai masalah ini.

" Baiklah rencananya sudah terbaca. Dan aku harus pura-pura tidak paham tentang keadaannya. Anggap saja kalau aku tidak tau menahu. Aku akan berakting seperti biasa." Gumam Menik pelan.

Ada suara ketukan dari luar. Menik membuka pintu, ada seorang cleaning service wanita dengan membawa semua peralatan tempurnya.

" Permisi saya mau membersihkan ruangan ini." Ucap cleaning service wanita.

" Silahkan." Ucap Menik sopan.

Ruangan di bersihkan, tapi Kevin masih terlalu lelap untuk di bangunkan. Setelah selesai ruangan di bersihkan. Menik ingin keluar ruangan untuk membeli sarapan di kantin.

Tapi dia melihat dompet dan ponsel Kevin tergeletak sembarangan di atas meja. Menik mengambil dompet dan ponsel itu dan memindahkannya ke atas tempat tidur. Dia meletakkan di bawah bantal Kevin. Pada saat dia mau pergi tangannya di pegang Kevin.

" Mama, aku rindu." Ucap Kevin mengigau.

Kevin menarik tangan Menik dengan keras. Sehingga tubuh Menik jatuh ke badan Kevin.

Kevin sedang mengigau. Dia merasa sedang memeluk tubuh ibunya.

Menik hanya diam, tidak bisa bergerak. Dia mengerti kalau Kevin sedang mengigau.

" Memangnya ada mengigau pagi hari." Gumam Menik pelan.

Kepala Menik berada di dada Kevin. Menik berusaha untuk bangkit tapi pelukan Kevin terlalu erat. Walaupun hanya satu tangan tapi dia tetap susah untuk melepaskan pelukan itu.

" Apa aku berdiam saja dulu di sini sampai pelukan ini longgar. Tapi kalau dia terbangun, bagaimana?" Gumam Menik pelan.

Mungkin karena ada beban di dadanya, sehingga Kevin terbangun.

" Ngapain kamu di badanku." Ucap Kevin cepat.

Menik langsung bangun dari dada Kevin. Dan merapikan pakaiannya.

" Ngapain-ngapain. Seharusnya saya yang tanya sama Bapak. Kenapa Bapak menarik tangan saya." Ucap Menik tidak mau kalah.

" Mana ada saya menarik tangan kamu." Ucap Kevin lagi.

" Hello Bapak, anda itu tadi lagi tidur dan mengigau dengan memanggil mama aku rindu." Ucap Menik memperagakan cara bicara Kevin.

Kevin terdiam, dia mengingat mimpi yang barusan saja terjadi. Di sana dia merindukan sosok ibunya. Dia bertemu dengan sang ibu sambil memeluk erat tubuh ibunya.

" Enggak bisa jawabkan?" Ucap Menik lagi sambil berlalu meninggalkan Kevin.

" Kenapa badan kamu berat sekali. Padahal kamu kecil. Apa itu lemak semua." Ucap Kevin cepat.

" Bukan, itu bukan lemak. Tapi itu berat timbangan dosa saya." Ucap Menik pelan sambil berlalu hendak pergi.

" Kamu mau kemana?"

" Mau sarapan."

" Apa kamu ada uang." Ucap Kevin lagi.

" Masih ada sisa kemaren malam." Ucap Menik sambil tetap pergi dan tidak menghiraukan ucapan Kevin dari dalam.

Menik kembali dengan membawa dua cup bubur di tangannya. Pada saat dia masuk, Kevin sedang berusaha untuk bangun dari posisinya.

Menik cepat-cepat meletakkan makanan itu ke atas meja. Dan membantu Kevin untuk berdiri. Dia memapah Kevin dengan meletakkan tangan Kevin di bahunya.

Kevin mencium aroma tubuh Menik yang harum. Padahal seharian Menik tidak mandi, tapi badannya tetap harum. Sama seperti yang di ucapkan Menik pada waktu itu. Kalau keteknya wangi parfum laundry.

Kevin membuang hajatnya di dalam toilet. Menik dengan setia menunggu di depan pintu. Setelah ada suara pintu di buka. Menik langsung berhambur ke dalam toilet untuk membantu Kevin.

Tapi Menik menutup hidungnya. Karena aroma toilet itu sangat bau.

" Bapak baru ngapain?" Ucap Menik cepat sambil membawa Kevin keluar dari toilet.

" Buang hajat." Ucap Kevin cepat.

" Bapak makan sampah ya. Baunya seperti tong sampah." Ejek Menik.

" Cih, enak aja. Tinggal hirup aja susah banget."

Mereka berdua makan sarapan bubur yang di beli dari kantin. Kevin tidak mau makan makanan dari rumah sakit. Karena menurutnya rasa makanan di rumah sakit kurang menarik.

" Ini namanya bubur apa?" Ucap Kevin pelan sambil mengaduk buburnya.

" Bubur sumsum." Ucap Menik pelan.

" Apa bubur sun sun." Ucap Kevin lagi.

" Idih Bapak genit. Pagi-pagi mau minta sun." Goda Menik.

Kevin terdiam, dia seperti mati kata jika berbicara dengan Menik. Pendengarannya yang salah apa dia yang salah menyebutkan kata itu. Kevin tidak mau berbicara mengenai bubur itu. Dia hanya menikmati setiap sendok makanan itu.

Pintu di ketuk, ada dua orang perawat dan satu orang dokter yang ingin memeriksa Kevin. Dokter melakukan kebiasaannya seperti bertanya tentang kondisi pasien. Dan meletakkan stateskop ke atas dada dan perut Kevin.

" Baiklah anda bisa pulang pagi ini." Ucap dokter.

Perawat memerintahkan seseorang untuk datang ke bagian registrasi untuk melaporkan kepada pihak sana untuk mempersiapkan kepulangan Kevin.

Setelah berkas dan tandang tangan yang di bubuhkan di atas kertas. Perawat melepaskan jarum infus dari pergelangan tangan Kevin.

Perawat mendorong Kevin dengan kursi roda menuju loby rumah sakit. Di sana mereka menunggu taksi online yang akan mengantarkan mereka pulang.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."