Chapter 261 episode 260 (S2)

Menik kembali ke ruangan, setelah menyalin pakaian kerjanya dengan pakaian baru. Zira membelikan Menik pakaian kasual berbahan kulot. Dan atasannya memiliki lengan hanya sampai bahu. Sehingga lengan Menik yang putih bersih terlihat jelas.

" Bagaimana penampilan saya?" Ucap Menik sambil berdiri di depan Kevin.

" Kamu seperti wanita kalau mengenakan pakaian itu." Ucap Kevin cepat.

Menik memperhatikan pakaian yang di kenakannya. Memang dia terlihat lebih feminim di bandingkan dengan pakaian sebelumnya. Sebelumnya menggunakan celana jeans yang ketat dan kaos oblong atau kemeja panjang. Tapi ini dia terlihat sangat feminim.

" Ya Bapak betul, saya sudah terlihat seperti wanita, kalau kemaren seperti waria." Ucapnya sambil tertawa kecil.

Menik duduk di sofa sambil menyalakan televisi menurutnya menghabiskan waktu dengan menonton televisi lebih asik di bandingkan dengan memainkan ponselnya jadulnya. Kevin melirik Menik, dari samping wajahnya terlihat sungguh cantik. Tidak bosan Kevin memandang wajah wanita itu

Tiba-tiba Menik memegang perutnya yang sedang nyanyi keroncong. Kevin memperhatikannya.

" Kamu kenapa?" Ucap Kevin cepat.

" Saya lapar." Ucap Menik pelan.

" Ya sudah pergi makan sana." Ucap Kevin memerintahkan Menik untuk pergi ke kantin.

" Tapi.... saya tidak punya uang." Ucapnya jujur.

Menurutnya lebih baik dia jujur mengatakan sebenarnya. Dia tidak ada rasa gengsi untuk mengatakannya, karena kalau gengsi tidak bisa di makan, itu pikirnya.

" Hahaha, kenapa kamu tidak bilang?" Ucap Kevin lucu.

" Bagaimana saya mau bilang, Bapak aja enggak punya uang." Ucap Menik lagi.

Kevin tersadar kalau di dompetnya tidak ada uang cash. Hanya beberapa kartu debit yang berjejer di dompet mahalnya.

Kevin Mengambil dompetnya dan mengambil salah satu kartu debitnya. Dan menyerahkan ke Menik.

" Untuk apa?" Ucap Menik bingung.

" Ambillah uangku di mesin ATM ini." Ucap Kevin sambil menunjuk kartu debitnya.

Menik membaca tulisan yang ada di kartu tersebut.

" Ini tulisannya Bank Sendiri. Berarti Bank yang berlogo warba biru ya Pak?" Ucap Menik lagi.

" Ya, ada mesin ATM Bank Sendiri di bawah. Nanti kamu tarik dua juta disana." Ucap Kevin lagi.

" Narik? Benang kali di tarik." Ceplos Menik.

" Ya sudah sana pergi." Ucap Kevin memerintahkan Menik untuk segera pergi ke mesin ATM.

" Apa semua orang kaya tidak mau membawa uang cash di dalam dompetnya." Gumam Menik.

Kevin mendengarkan gumaman Menik, tapi tidak menjawab. Menik telah keluar dari ruang rawat inap dan menuju ke mesin ATM. Tidak berapa lama dia kembali lagi.

" Bapak mau mengerjai saya ya?" Ucap Menik sewot.

" Kenapa?" Kevin bingung.

" Mana PINnya? Suruh ambil tapi tidak ada PINnya. Memangnya uang itu bisa keluar kalau hanya di pelototi saja." Gerutu Menik.

Kevin tertawa kecil. Dia terlupa untuk memberikan nomor Pinnya.

" Lila." Ucap Kevin cepat.

" Aih memangnya ada pin ATM sebuah abjad." Ucap Menik pintar.

" Lila artinya 7174. Kalau dibaca jadi Lila." Ucap Kevin.

Dia sengaja membuat pin atmnya sebuah kata, yang jika di artikan menjadi sebuah angka. Agar lebih gampang mengingatnya.

Menik menggaruk-garuk kepalanya, karena dia belum paham dengan pin Kevin.

" Sudaha berapa nomor ponsel kamu." Ucap Kevin cepat.

Menik menyebutkan nomor ponselnya. Kemudian Kevin mencoba menghubungi nomor tersebut. Setelah ponsel Menik berbunyi, Kevin mematikan panggilannya dan mengirim pesan singkat sebuah nomor pin atmnya.

" Sudah masukkan?" Ucap Kevin cepat.

Menik melihat sebuah notifikasi dari ponsel jadulnya. Ada pesan dari Kevin.

" Ya Pak sudah masuk." Ucapnya sambil berjalan keluar menuju mesin ATM.

Kevin sengaja memberikan kartu ATMnya kepada Menik. Dia tidak ingin wanita itu sakit, sekaligus dia ingin mengetes kejujuran wanita itu. Kevin bisa melihat berapa uang yang di tarik Menik dari ponsel pintarnya.

Menik masuk ke dalam ruangan kecil. Didalam ruangan itu ada sebuah mesin yang biasanya di gunakan orang-orang untuk menarik uangnya di situ.

Menik memasukkan kartu debit tersebut kedalam mesin ATM, tidak lupa dia menekan pinnya. Dia mengecek saldo di dalam rekening tersebut.

Betapa terkejutnya Menik, melihat angka nol berjejer di layar mesin ATM.

" Waduh, banyak banget uangnya." Ucap Menik sambil membelalakkan matanya.

Dia menarik sesuai permintaan Kevin. Dan setelah itu keluar dan kembali ke ruang rawat inap.

Ketika Menik masuk, Kevin sedang menonton televisi. Menik menyerahkan uang dan kartu debit tersebut kepada pemiliknya.

" Ini Pak." Ucap Menik sambil meletakkan setumpuk uang limapuluh ribuan di atas tempat tidur.

" Ambil, semua itu untuk kamu." Ucap Kevin cepat.

" Untuk apa Pak?"

" Untuk membeli makanan." Ucap Kevin cepat.

" Ini kebanyakan Pak, memangnya saya mau memborong makanan yang ada di kantin." Ucap Menik cepat.

" Yang suruh kamu memborong makan makanan di kantin siapa? Saya hanya bilang ambil semua uang itu. Anggap aja itu gaji kamu karena telah merawat saya dengan baik." Ucap Kevin menjelaskan.

" Tapi saya tidak merawat Bapak, yang merawat Bapak perawat." Ucap Menik lagi.

" Sudah jangan berdebat, kalau kamu tidak mau ambil uang ini, silahkan kamu pulang." Ancam Kevin.

" Wah pakai mengancam, baik saya akan mengambil uang Bapak." Ucap Menik.

Menik menhambil satu lembar uang limapuluh ribuan. Dan berjalan keluar menuju kantin.

" Hey, kenapa hanya selembar." Ucap Kevin teriak.

" Ini cukup." Ucap Menik teriak dari balik pintu.

Kevin tersenyum, tes pertama dan kedua lolos. Tes kejujuran dia lolos, dan tes tidak materialistis dia juga lolos.

Ada rasa senang ketika melihat seorang wanita yang kurang mampu tapi tidak menganggap uang sebagai segala-galanya. Walaupun Menik serba kekurangan, tapi dia tidak memanfaatkan kebaikan bosnya.

Menik telah kembali membawa sebungkus makanan yang ada ditangannya.

" Kamu beli apa?" Ucap Kevin cepat.

" Nasi goreng." Ucapnya.

" Kenapa hanya beli satu." Ucap Kevin lagi.

" Lah Nasi Bapakkan ada." Ucap Menik sambil melihat kotak nasi yang ada di meja sebelah tempat tidur.

" Aku tidak suka makanan rumah sakit." Ucap Kevin cepat.

" Kamu beli lagi." Ucap Kevin memerintahkan Menik untuk meninggalkan bungkus nasi goreng itu kepadanya.

" Kantinnya sudah tutup Pak, ini yang terakhir." Ucap Menik lagi.

Kevin melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan jam 9 malam.

" Kalau Bapak mau kita bisa bagi dua." Ucap Menik menawarkan.

" Nanti kamu kurang."Ucap Kevin lagi.

" Kalau kurang kita berdua puasa." Ucap Menik sambil tertawa.

Menik mencari sesuatu yang bisa di gunakan untuk meletakkan sebagian nasi goreng itu. Tapi tidak ada sesuatu yang bisa di gunakannya.

" Pak tidak ada piring." Ucap Menik cepat.

" Ya sudah kita makan berdua saja." Ucap Kevin lagi.

" Enggak ah, nanti aku ketularan." Ucap Menik cepat.

" Ketularan? Memangnya saya sakit apa?" Ucap Kevin bingung.

" Sakit Rabies." Ucap Menik sambil tertawa kecil.

" Memangnya saya hewan." Ucap Kevin ketus.

Menik membuka bungkus nasi goreng itu di atas tempat tidur dan mengambil sendok yang ada di kotak makanan dari rumah sakit.

" Pak, nanti makannya saya makan dua sendok Bapak satu. Seperti itu seterusnya."

" Kenapa harus seperti itu." Ucap Kevin bingung.

" Biar saya kenyang."

" Ya, terserah kamu."

Kevin mengambil nasi goreng dengan sendoknya, dan menyuapkan ke mulutnya. Setelah itu Menik menyuapkan nasi kedalam mulutnya sebanyak dua kali. Mereka melakukannya secara berulang.

Kevin memperhatikan wajah Menik dari dekat. Posisi mereka sangat dekat seperti itu. Ada rasa lucu ketika melihat dia makan dengan orang asing. Tapi ada rasa senang karena bisa melihat lebih dekat wajah Menik yang polos tanpa riasan.

" Bapak mau makan enggak. Nanti saya habiskan nih." Ucap Menik cepat.

" Habiskan saja saya sudah kenyang." Ucap Kevin sambil memandang wajah Menik.

Sekilas Menik melihat kalau Kevin memperhatikannya.

" Bapak jangan memperhatikan saya terus. Nanti Bapak bisa jauh hati sama saya." Ucap Menik cepat.

Kevin terlihat gelagapan ketika, dia tertangkap basah memperhatikan Menik.

" Ge er, aku itu hanya memperhatikan cara makan kamu yang seperti pria." Ucap Kevin cepat.

" Hahaha, Bapak baru tau ya. Kalau saya itu dulu preman." Ucap Menik asal.

" Kalau kamu preman kenapa saya tidak melihat kamu pada saat saya mengumpulkan preman di aula." Ucap Kevin lagi.

" Maksud Bapak?" Ucap Menik bingung.

" Ah sudahlah." Ucap Kevin menyudahi.

Dia bisa membuat kesimpulan sendiri kalau wanita di depannya sedang bergurau.

" Kapan kamu akan menikah?" Ucap Kevin lagi.

" Siapa yang mau menikah, aku itu masih sing." Ucap Menik langsung menutup mulutnya rapat.

Menik hampir saja membuka jati dirinya, dengan mengatakan single. Kevin mendengarkan sambil mengernyitkan dahinya. Ada rasa curiga ketika Menik tidak melanjutkan ucapannya.

" Apa hubungan kamu baik-baik saja." Ucap Kevin pelan sambil menatap lekat wajah Menik.

" Baik... Pak." Ucap Menik gugup.

" Sepertinya hubungan kamu tidak dalam keadaan baik-baik saja. Ada apa? Kamu bisa menceritakan kepadaku." Ucap Kevin penuh selidik.

" Bukan Pak, aduh gimana ceritanya ya." Ucap Menik sambil menggaruk rambutnya.

" Apa dia berselingkuh?" Ucap Kevin asal.

Menik tambah bingung tidak mungkin dia membuat cerita yang mengada-ada tentang hubungannya.

" Baiklah aku akan membicarakan hal ini kepada tunanganmu. Walaupun aku orang luar, aku sangat tidak suka kalau suatu hubungan di khianati." Ucap Kevin cepat.

" Bukan itu Pak, tapi." Ucap Menik ragu untuk menjelaskan.

Tenang Menik, tenang. Kamu bisa berpikir jernih. Ceritakan semuanya sama Bima. Buat cerita yang mengatakan kalau hubunganku dalam keadaan baik-baik saja. Dan jangan tentang selingkuh.

" Bukan seperti itu Pak. Pernikahan saya di tunda. Karena kucing neneknya Bima melahirkan." Ucap Menik asal.

" Apa hubungannya kucing melahirkan dengan pernikahan kamu?" Ucap Kevin bingung.

" Kucingnya baru melahirkan sesar jadi tidak boleh banyak bergerak jadi si pusy butuh istirahat. Rencananya pernikahan kami di lakukan di rumah neneknya, tapi di tunda sampai jahitan si pusy mengering." Ucap Menik asal.

Dia tidak tau apakah alasannya bisa di terima akal sehat Kevin apa tidak. Kalau orang yang normal pasti langsung membantah ucapan Menik, tapi Kevin hanya memicingkan matanya bingung.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."