Chapter 254 episode 253 (S2)

Langit berwarna biru selalu indah di pandang. Saat fajar ketika matahari terbit warna jingganya juga mempunyai daya tarik sendiri. Daya tariknya selalu di nantikan siapapun.

Seperti Menik, dia selalu bersiap lebih awal untuk berangkat kerja. Setelah adiknya pulang, dia mengambil alih motor itu untuk mengendarai si roda dua. Jalanan pada pukul 5 lebih tidak cukup padat. Sehingga Menik dengan cepat sampai di tempat tujuan.

Seperti karyawan lainnya, begitu masuk dia harus di periksa tasnya. Dan melakukan absensi dengan sidik jari (fingerprint). Sebelum melakukan pekerjaan masing-masing, mereka di berikan pengarahan terlebih dahulu atau di sebut apel pagi.

Menik mulai membersihkan ruangan khusus terlebih dahulu, yaitu ruangan Presiden direktur. Ruangan itu ruangan favoritnya, karena besar dan juga arsitekturnya sangat bagus. Membersihkan ruangan bukan merupakan hal yang sulit untuknya dengan sigap dia langsung bisa menyelesaikan ruang itu.

Ada yang menjadi pusat perhatiannya. Yaitu sebuah pigura di atas meja. Didalam pigura ada sebuah foto kemesraan pasangan suami istri itu. Dimana foto itu terlihat Ziko sedang mengecup pipi istrinya.

" Pasangan yang cocok." Gumam Menik.

Setelah selesai ruangan Presiden direktur, Menik membersihkan ruangan asisten Kevin. Ruangan yang besar tapi tidak sebesar ruangan Presiden direktur. Penataan di ruangan itu juga sama bagusnya dengan ruangan Ziko.

" Ruangannya bagus tapi sayang tidak ada bunga di meja ini." Gumam Menik.

Setelah urusan bersih membersihkan selesai dia pergi ke pantry untuk mengistirahatkan kakinya. Para karyawan sudah banyak yang berdatangan. Termasuk Koko dia juga baru datang. Dan Mengambil minuman hangat untuk di bawanya ke mejanya.

" Pagi Koko?" Sapa Menik.

" Pagi, kamu sudah minum?" Ucap Koko menawari minuman kepada Menik.

Menik menganggukkan kepalanya cepat sambil melihat beberapa karyawan yang wara wiri kedalam pantry.

Dia memilih keluar dari pantry menuju ke lantai bawah. Di lantai bawah atau tepatnya di lobby ada dua orang temannya yang sedang membersihkan ruangan itu. Dia menghampiri temannya.

" Kenapa pekerjaan kalian belum selesai?" Ucap Menik.

" Bagaimana mau selesai, belum kering di pel sudah di injak. Jadi tapak sepatunya terlihat di atas keramik." Gerutu seorang wanita.

" Apa pekerjaan kamu sudah selesai?" Ucap temannya pria.

" Sudah." Ucap Menik cepat.

" Kamu enak hanya di berikan dua ruangan khusus. Sedangkan kami selesai di loby masuk ke ruangan HRD." Gerutu si cewek lagi.

" Ya sudah, sini aku bantu." Ucap Menik mengambil alat penyemprot kaca.

Menik membantu membersihkan kaca pintu loby. Memang pekerjaan dia yang paling ringan karena hanya membersihkan dua ruangan, ada rasa tidak enak hati ketika temannya mempermasalahkan pekerjaannya yang hanya dua ruangan. Sedangkan koridor lantai tempat dia bekerja bukan menjadi tanggung jawabnya, tetapi temannya yang lain. Untuk menenangkan pikiran temannya tentang pembagian tugas itu, Menik membantu temannya untuk membersihkan kaca loby.

Waktu sudah menunjukkan jam 8 pagi. Semuanya sudah terlihat sepi. Karyawan sudah tidak ada yang wara wiri di area loby. Hanya terlihat tiga orang resepsionis di depan mejanya. Dan tiga cleaning servis di lantai itu salah satunya adalah Menik.

Ada sebuah mobil sedan hitam yang berhenti tepat di depan pintu loby. Menik memberanikan diri untuk bertanya kepada temannya pria.

" Mobil itu harganya berapaan ya?" Ucap Menik penasaran.

" Waduh itu mobil mahal, harganya sampai em eman." Ucap temannya.

" Kalau ada kerusakan kena berapa tuh." Ucap Menik lagi.

Menik mencari informasi berapa kira-kira biaya kerusakan untuk mobil mewah itu.

" Wah mahal lah. Mungkin gaji kita setahun aja belum bisa memperbaiki mobil mewah itu. Asal kamu tau, itu pajak mobilnya sampai ratusan juta loh." Ucap temannya lagi.

Menik membelalakkan matanya tidak percaya.

Pantas si bos bilang gajiku setahun belum bisa melunasi cicilan perbaikan mobil itu.

Kevin turun dari mobil sendirian, tidak ada Ziko di dalam mobil itu. Dia melihat Menik sedang membersihkan kaca bersama temannya yang berjenis kelamin laki-laki.

Dia memandang sinis ke arah wanita itu. Menik hanya mengangguk kepalanya ketika berhadapan dengan bosnya.

" Apa pekerjaan kamu sudah selesai?" Ucap Kevin cepat.

" Sudah Pak bos." Ucap Menik cepat.

" Ikut saya." Ucap Kevin cepat.

Menik memberikan alat penyemprot kaca dan kain yang di pegangnya kepada temannya. Dia mengikuti Kevin dari belakang. Kevin memilih lift khusus presiden direktur. Sedangkan Menik menuggu lift khusus karyawan.

Pintu lift khusus presiden direktur sudah terbuka dan Kevin masuk ke dalam ruangan persegi itu. Dia menahan pintu itu untuk Menik. Tapi Menik tak kunjung masuk. Kevin melihat keluar sudah tidak ada wanita itu di luar. Dia langsung memencet tombol khusus lantai ruangannya. Setelah lift berhenti pintu terbuka sudah ada Menik di depan pintu lift khusus itu.

" Bapak kalah." Ucap Menik bangga.

" Apa kamu pikir kita baru bertanding." Ucap Kevin cepat.

Kevin berjalan menuju ruangannya di ikuti Menik dari belakang. Dia melihat hasil kerja wanita itu. Sambil meletakkan jari jemari di semua sudut ruangan, untuk memastikan masih ada debu apa tidak di ruangan itu.

Kevin manggut-manggut seperti puas dengan hasil kerja si Menik. Kemudian Kevin pergi keluar ruangan menuju ruangan Presiden direktur masih tetap di ikuti Menik.

Kevin melakukan hal yang sama seperti di ruangannya. Mengecek sudut mana yang masih ada debu.

" Ikuti saya." Ucap Kevin lagi keluar dari ruangan Presiden direktur menuju ruangannya.

Di dalam ruangan.

Kevin sudah duduk di kursi kerjanya.

" Apa yang kamu lakukan di bawah?" Ucap Kevin langsung.

" Membantu teman Pak."

" Kamu membantu atau mengobrol?" Ucap Kevin lagi.

" Membantu sekaligus mengobrol." Ucap Menik jujur.

" Saya tidak mau kamu berkeliaran di mana saja. Tugas kamu hanya di lantai ini. Di ruangan saya dan ruangan Presiden direktur." Ucap Kevin sedikit emosi.

Kevin memang tidak suka melihat karyawan yang ngobrol satu sama lainnya. Apalagi Menik, dia tidak suka melihat Menik berbicara dengan lawan jenis.

" Iya Pak, tapi kenapa Bapak emosi seperti itu." Ucap Menik cepat.

" Karena kamu." Kevin terdiam tidak melanjutkan perkataannya.

" Ah sudahlah." Ucap Kevin.

Menik membalikkan badannya hendak meninggalkan ruangan itu.

" Siapa yang suruh kamu pergi?" Ucap Kevin lagi.

" Lah tadi Bapak bilang sudahlah, jadi saya pergi dong." Ucap Menik membela diri.

" Ya tapi saya belum mengizinkan kamu untuk pergi dari ruangan ini."

Menik kembali dengan posisi bersiap seperti layaknya seorang tentara.

" Besok empat bulanan nona Zira. Hari ini tuan dan Nona tidak datang ke kantor karena lagi mempersiapkan untuk acara besok." Ucap Kevin menjelaskan.

" Terus urusannya dengan saya apa Pak?" Ucap Menik bingung dengan arah pembicaraan bosnya.

" Ya makanya kamu diam dulu, jangan main potong aja." Ucap Kevin dengan menekan intonasinya.

Menik memegang mulutnya dengan jari tangannya.

" Kamu di undang ke acara besok." Ucap Kevin cepat.

Owalah Pak, tinggal bilang kamu di undang aja pakai acara mutar-mutar enggak menentu.

" Baik Pak." Ucap Menik cepat.

" Ingat besok acara pengajian, jadi jangan pakai pakaian kasual. Pakai pakaian feminim." Ucap Kevin cepat.

" Waduh Pak, saya tidak punya pakaian yang feminim. Semuanya celana setan." Ucap Menik cepat.

" Setan?"

" Jins maksud saya celana jins." Ucap Menik memperbaiki kosa katanya.

" Kamu wanita apa pria sih. Rok aja enggak punya." Gerutu Kevin.

" Kalau rok ada pak, tapi rok sekolah. Mana mungkin saya pakai itu ke sana. Nanti di kirain orang-orang saya mau reunian." Ucap Menik lagi.

" Pokoknya saya enggak mau tau kamu harus terlihat." Ucap Kevin diam.

" Cantik? Maksud Bapak cantikkan?" Ucap Menik cepat.

Kevin terdiam, tidak mengiyakan perkataan wanita itu. Dia memang ingin melihat penampilan wanita itu jika memakai pakaian feminim. Apakah dengan memakai pakaian feminim dia masih terlihat seperti sepupu kapten Amerika atau malah seperti ibu kapten Amerika.

" Like, komen dan vote yang banyak biar semangat updatenya terimakasih."