Chapter 253 episode 252 (S2)

Senja sudah berpindah ke malam. Malam semakin larut, Menik membaringkan tubuhnya di kasur kecilnya. Matanya belum bisa terpejam, dia masih mengingat kejadian tadi siang di kantor itu. Raut wajah Kevin terlintas di benaknya. Menurutnya wajah Kevin terlihat polos ketika berakting melamarnya.

" Seharusnya tadi aku terima saja lamarannya. Pasti bos klepon kaget." Gumam Menik di selingi gelak tawanya.

Menik memikirkan makanan apa yang dibawanya besok, secara dia juga belum tau selera makan bosnya.

" Tapi sepertinya bos itu tidak masalah dengan semua makanan, jengkol aja di makannya. Jadi besok aku masakin yang ayam cabe rawit. Jontor-jontor tuh bibir." Guman Menik dengan masih gelak tawanya.

Di Mansion.

Semua penghuni mansion sudah terlelap tidur. Tapi tidak dengan pasangan suami istri itu. Zira dan Ziko masih sibuk membicarakan hal-hal lainnya. Begitupun Zelin, dia masih belum bisa tertidur lelap. Ada rasa kangen dengan sosok Koko.

Zelin mengambil ponselnya yang ada di nakas. Dia memilih daftar kontak, ada nama Koko di sana. Dia mau menghubungi Koko tapi di letakkannya lagi. Ada rasa ragu ketika mau menghubungi pria itu.

" Apa dia juga merasakan hal yang sama padaku? Sudah beberapa hari ini dia tidak menghubungi aku, apa dia sudah tidak ada perasaan kepadaku." Gumam Zelin pelan.

Suara ponsel Zelin berdering. Ada nama Koko di sana. Dia berteriak histeris senang. Ternyata apa yang dipikirkannya salah. Zelin berakting pura-pura bangun tidur.

" Ya halo." Ucap Zelin dengan suara yang di buat-buat.

" Zelin ada?" Ucap Koko cepat.

Aih kenapa dia tidak kenal dengan suaraku. Apa aku terlalu berlebihan aktingnya.

" Ini aku Zelin." Ucap Zelin dengan suara yang normal.

" Owh, aku pikir tadi bukan kamu, soalnya suaranya jelek banget." Goda Koko.

" Ah kamu." Rengek Zelin.

" Ada apa?" Ucap Zelin basa-basi.

" Hemmm aku hanya mau tanya kabar kamu?"

" Kabarku baik." Ucap Zelin dengan perasaan yang berbunga-bunga.

Koko diam, dia tidak tau harus membicarakan hal apa lagi.

" Apa kamu sudah makan?" Ucap Koko sedikit kaku.

Pertanyaannya kaku banget. Kenapa tidak mengungkap perasaannya saja sih.

" Sudah." Ucap Zelin sambil memonyongkan bibirnya.

Zelin tidak ingin membicarakan hal-hal yang biasa. Dia ingin membicarakan masalah perasaan.

Koko menemukan arah pembicaraan yang menurutnya cocok untuk mereka berdua.

" Kamu tau, tadi ada office girl baru." Ucap Koko cepat.

" Cewek ya?" Ucap Zelin penasaran.

" Ya, kamu tau siapa office girl baru itu?"

" Enggak." Ucap Zelin jutek karena merasa cemburu dengan sosok cewek yang di bicarakan Koko.

" Dia pelayan di rumah makan." Ucap Koko lagi.

" Pelayan yang mana?" Ucap Zelin jadi ikut penasaran.

" Yang kesurupan?"

" Apa! Pelayan kesurupan itu bekerja di sana? Dia cantik loh. Apa kamu tidak suka?" Ucap Zelin memancing pria di ujung sana.

Zelin ingin mendengar reaksi apa yang di timbulkan ketika dia membicarakan wanita lain dengan Koko.

" Cantik sih tapi lebih cantik kamu." Ucap Koko pelan.

Zelin melompat-lompar kegirangan karena baru di puji sama cowok idamannya. Dia berusaha menutup mulutnya agar tidak terdengar kalau dia sangat bahagia ketika mendengarkan rayuan idolanya.

Sedangkan Koko menutup mulutnya rapat. Dia heran dengan mulutnya bisa menggombal seorang wanita tanpa memikirkan terlebih dahulu.

Kenapa aku bisa berkata seperti itu, apa aku sudah normal?

Koko menyukai Zelin, tapi dia belum ada keberanian untuk mengutarakan perasaannya. Dia khawatir akan mengecewakan Zelin nantinya.

Mereka melakukan obrolan lainnya, Dengan obrolan itu rasa kangen mereka bisa terobati. Menurut Zelin, walaupun Koko belum mengutarakan perasaannya, tapi dia merasa tetap bahagia karena telah mengetahui isi hati Koko kepadanya.

Zelin berpikir mengutarakan rasa cinta hanya merupakan simbolisasi untuk memiliki seseorang. Tanpa adanya pengutaraan mereka tetap memahami satu sama lain.

Zira bersandar di badan suaminya. Saling mengobrol satu sama lain. Menurutnya dengan saling berkomunikasi hubungan itu semakin dekat.

" Sayang sejak kapan keluarga Kevin di luar negeri?" Ucap Zira penasaran.

" Kevin besar di luar negeri. Jadi dari kecil orang tuanya sudah berada di sana." Sambil mengelus rambut Zira.

" Kenapa dia tidak pernah izin cuti ya, untuk menjenguk keluarganya?" Ucap Zira lagi.

" Dia mungkin terlalu cinta dengan Raharsya group." Ucap Ziko asal.

" Yang benar cinta sama kamu."

Ziko memiringkan kepalanya melihat ke arah istrinya.

" Cinta dari mana?" Ucap Ziko lagi sambil menaikkan salah satu alisnya.

" Iyalah, dia tidak pernah cuti atau libur karena seharian selalu bersama kamu." Ucap Zira protes.

" Cih kamu salah. Besok akan aku beri surat cuti untuknya. Pasti dia akan menolaknya. Sayang, kamu harus tau kalau Kevin tipe pria pekerja keras. Dia belum pernah mengambil cutinya selama bekerja denganku. Kadang aku heran, apa dia tidak rindu dengan keluarganya." Ucap Ziko sambil membayangkan kejadian-kejadian pada saat asistennya menolak semua tawaran cutinya.

" Sayang boleh tidak kita pergi naik kapal. Bermalam di atas kapal seperti asik ya." Ucap Zira sambil membayangkan hamparan angin yang semilir di atas sebuah kapal mewah.

" Apa ini termasuk dalam kategori ngidam?" Ucap Ziko penasaran.

" Enggak tau, tapi aku pengen banget nginap di atas kapal. Menikmati air laut yang saling berkejaran." Ucap Zira lagi.

" Apa tidak membahayakan kalau kamu lagi hamil seperti ini?" Ucap Ziko khawatir.

" Bagaimana kalau kita ajak dokter Diki. Jadi ada yang memantau kondisi bayi kita." Ucap Zira penuh harap.

" Nanti aku pikirkan. Sekarang fokus ke acara empat bulanan anak kita. Setelah selesai acara aku janji akan membawa kamu naik kapal pesiar." Ucap Ziko sambil memeluk erat tubuh istrinya.

" Nanti bawa Menik, Kevin, dokter Diki, Zelin dan Koko." Ucap Zira cepat.

" Hey kamu bukan mau jadi Mak comblang untuk merekakan?" Ucap Ziko penasaran.

" Ya iyalah. Memangnya enak kalau mereka hanya sebagai penonton kemesraan kita." Ucap Zira lagi.

" Sayang, Office girl itu bukannya sudah bertunangan, nanti kalau tunangannya minta ikut bagaimana? Atau malah gara-gara perjalanan ini hubungan mereka bubar bagaimana?" Ucap Ziko khawatir.

" Sudah tenang saja. Istrimu ini yang atur, tidak akan ada pertengkaran atau keributan." Ucap Zira menenangkan suaminya.

" Baiklah jangan sampai kamu menjadi duri di dalam hubungan mereka." Ucap Ziko lagi.

" Tidak sayang, aku tidak akan jadi duri ataupun benalu. Aku akan jadi Ibu peri disana." Ucap Zira dengan gelak tawanya.

Kevin tidak bisa tidur, bukan karena matanya tidak bisa terpejam tapi karena perutnya sakit. Dia sudah beberapa kali ke kamar mandi buang hajat. Kevin sampai terkulai lemas, karena beberapa kali mengeluarkan kotoran.

Kevin membaringkan tubuhnya di atas kasur. Sambil memegang perutnya.

" Ini pasti karena makan jengkol si Menik. Awas saja kalau besok membawakan makanan yang pedas." Gerutu Kevin pelan.

Ada rasa kosong ketika di dalam rumah sendirian. Dimana pada saat sakit seperti itu pasti jika ada seorang pendamping akan beda rasanya. Karena ada yang mengurusinya.

Tiba-tiba bayangan wajah Menik terlintas di benaknya. Cara bicara Menik yang hampir mirip dengan Zira membuat Kevin sedikit terpesona.

" Kenapa aku memikirkan sepupu kapten Amerika. Kalau kapten tau, bisa mati aku kena tamengnya." Gerutu Kevin.

Kevin menutup matanya dan bayangan wanita itu tetap ada. Wajah Menik menghiasi semua isi kepalanya.

" Kenapa aku memikirkan dia terus, apa jangan-jangan dia pakai jampi-jampi di jengkol itu."

" Besok aku akan menanyakan hal ini kepadanya." Ucap Kevin lagi.

Kevin menyalakan televisi agar dia bisa tertidur dan bayang-bayang Menik hilang dari pikirannya.

" Like, komen dan vote yang banyak ya. Biar semangat updatenya terimakasih."