Chapter 252 episode 251 (S2)

Hari sudah menjelang petang semua karyawan sudah beranjak meninggalkan gedung Raharsya group. Begitupun para cleaning service mereka mempersiapkan diri untuk pulang ke kerumahnya masing-masing.

Zira dan Ziko menunggu di depan pintu loby. Sedangkan Kevin masih mengambil mobil di area parkiran. Di area parkiran banyak karyawan yang mengambil kendaraannya masing-masing. Ada sosok yang menarik perhatian di area itu, yaitu Menik. Dimana yang lain mengendarai motor bebek sedangkan dia mengendarai motor gede layaknya seorang pembalap.

Menik menggunakan jaket tebal untuk menutupi tubuhnya, dan dipunggungnya ada tas ransel. Kevin hanya memperhatikan sekilas, walaupun menjadi pusat perhatian ketika seorang wanita mengendarai motor gede, tapi dia berusaha untuk bersikap cuek. Hanya para karyawan yang merasa riuh ketika melihat Menik dengan motor gedenya.

Kevin menyalakan mesin mobil, dan menekan pedal gas dengan pelan. Dia berhenti tepat di depan pintu loby. Setelah pasangan suami istri itu naik kedalam mobil. Dia menekan kembali pedal gas dan meluncur ke jalanan. Dari belakang ada yang menyelip mobil mereka dengan cukup kencang.

" Kencang banget tuh motor. Apa enggak takut sama nyawanya." Ucap Zira cepat karena kaget mendengar suara motor yang cukup memekakkan telinga mereka.

" Mungkin nyawanya ada sembilan." Ucap Kevin cepat.

" Kucing kali sembilan." Ucap Zira lagi.

" Kalau aku perhatikan seragamnya, itu seperti karyawan kita." Ucap Ziko cepat.

Mobil berjalan dengan kecepatan sedang, mereka berhenti di traffic light. Banyak kendaraan yang berhenti di situ. Salah satunya motor yang menyelip mereka. Motor itu tepat berhenti di samping mobil Ziko.

Semua yang ada di mobil memperhatikan orang yang berada di atas motor itu.

" Itu bukannya si Menik?" Ucap Ziko cepat.

" Ya tuan, itu memang dia." Ucap Kevin santai.

" Wah keren banget. Dia seperti sepupunya kapten Amerika." Ucap Zira asal.

" Sepupu dari mana?" Ucap Ziko bingung.

" Coba kamu perhatikan tasnya. Itu ibaratkan sebuah tamengnya kapten Amerika. Cuma bedanya di penutup kepala saja. Kalau kapten pakai penutup kepala dia pakai helm." Ucap Zira lagi.

Ziko melirik istrinya melihat ekspresinya, ketika menyangjung office girl itu.

" Kamu berlebihan sekali?" Ucap Ziko komplen.

" Ah sayang, aku itu salut dengan dia. Dia seperti diriku." Ucap Zira membayangkan dirinya sendiri.

Ziko memang memikirkan hal yang sama. Ketika dia mendengar office girl itu bicara, ada kesamaan dengan istrinya. Sama-sama humoris.

Mobil sudah meluncur mengikuti arah yang mereka tuju. Menik juga sudah meninggalkan jalanan. Dalam beberapa menit dia sudah sampai di jalanan sempit, tempat rumah dia berada. Dia memarkirkan motornya di depan rumah. Bima langsung membuka pintu ketika ada suara motor di depan rumahnya.

" Bagaimana kerjaan kakak?" Ucap Bima penasaran.

" Baik." Ucap Menik sambil membuka helmnya.

" Apa kakak bertemu dengan bos itu." Ucap adiknya penasaran.

" Aduh kamu itu, bukan di tawarkan minum malah di tanya aneh-aneh." Gerutu Menik.

Bima pergi ke dapur mengambil minuman hangat untuk kakaknya.

" Ini minumannya." Ucap Bima sambil menyerahkan gelas yang berisi teh hangat.

" Nah gitu, baru benar." Ucap kakaknya sambil tersenyum tipis.

Bima masih menunggu kelanjutan kakaknya ubur berbicara mengenai pekerjaan barunya.

" Kakak di tempatkan di lantai para bos."

" Serius Kak?" Ucap Bima ragu.

Menik menceritakan awal mula dia, di pindahkan dengan keempat temannya. Dan menceritakan cara mereka bertemu dengan satu sama lain. Menik juga menceritakan ruangan apa saja yang menjadi tanggung jawabnya untuk di bersihkan.

" Jadi kakak, membersihkan ruangan Presiden direktur dan asistennya?" Ucap Bima kurang yakin.

Menik menganggukkan kepalanya dengan cepat. Dia juga menceritakan tentang Kevin melamar dirinya di ruangan Presiden direktur.

" Apa! Kakak bercanda ya?"

" Kakak tidak bercanda menceritakan ini. Yang becanda bos itu." Ucap Menik kesal.

" Maksud kakak apa?"

" Jadi sebelum bos Kevin melamar kakak, presiden direktur dan istrinya berbisik sesuatu. Sepertinya mereka memerintah asisten itu untuk melamar kakak. Seperti tantangan gitu." Ucap Menik menjelaskan.

" Owh nama bos itu Kevin, terus kakak jawab apa?" Ucap Bima penasaran.

" Kakak bilang aja kalau kakak sudah bertunangan dan kamu tunangannya." Ucap Menik sambil memegang rambut adiknya.

" Waduh kakak menjatuhkan pasaranku, aku tidak mau terlibat dalam urusan ini." Ucap Bima menolak.

" Jadi apa kakak harus menerima lamaran pura-pura itu. Mau di letak dimana nih wajah kalau kakak menerimanya. Ya supaya enggak kalah malu, mau tidak mau kakak berakting seolah sudah bertunangan dengan kamu." Ucap Kakaknya lagi.

" Ya, tapi apa tidak ada ide yang lebih masuk akal. Kalau mereka tau kita kakak adik bagaimana?" Ucap Bima juga bingung.

" Sudah tidak usah di pikirkan. Yang penting mereka tidak tau kalau kita kakak adik. Dan kamu jangan panggil di sana dengan sebutan kakak. Panggil nama saja Menik."

Bima menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia harus terlibat dengan urusan kakaknya. Walaupun dia berusaha untuk menolak tapi ada rasa kasihan ketika melihat kakaknya di kerjain atasannya.

" Kenapa mereka jahat banget ya kak. Mempermainkan kakak seperti itu." Ucap adiknya kesal.

" Sudahlah tidak usah dipikirkan. Mungkin bos Kevin kalah dalam pertandingan yang mereka lakukan beberapa hari. Buktinya dia juga terpaksa melakukannya." Ucap kakaknya menjelaskan.

" Ya tapi jangan acara melamar segala. Coba kalau kakak tidak sampai memikirkan ide tunangan itu. Kakak jawab apa?" Ucap adiknya lagi.

" Kakak tolaklah. Mana mungkin kakak terima pria seperti dia. Levelnya terlalu tinggi, kita tidak sederajat dengannya." Ucap Menik cepat.

Menik memikirkan sesuatu tentang di kantor dan di rumah makan. Dalam benaknya ada sosok wanita yang ada di dekat Kevin. Dan dia pernah berpikir kalau wanita itu adalah pacar dari Kevin. Tapi setelah lamaran pura-pura, dia menyimpulkan kalau Kevin belum mempunyai kekasih, karena dengan gampang mau menerima tantangan dari bosnya.

" Jadi wanita itu siapa ya? Apa dia juga berkerja di sana, tapi kenapa aku tidak melihatnya." Gumam Menik.

" Kakak bicara apa sih." Ucap Bima tidak jelas mendengarkan perkataan kakaknya.

" Ah sudahlah, ini kunci motor. Ingat jangan pernah memanggil dengan sebutan kakak di sana."

" Iya kak, kalau aku enggak lupa ya."

Bima sangat menyayanginya kakaknya. Hanya Menik keluarga satu-satunya. Begitupun dengan Menik, mereka saling mengasihi satu sama lain.

Kesusksesan dan harta bukanlah jaminan bisa membuat keluarga bahagia. Akan tetapi rasa cinta, waktu dan kepedulian yang mereka dambakan. Karena keluarga merupakan satu-satunya tempat kita belajar arti kebahagiaan dan kebersamaan.

" Like, komen dan vote yang banyak ya. Biar semangat updatenya."