Chapter 251 episode 250 (S2)

Menik menghitung hutangnya selama setahun.

" Yang benar aja, masak memperbaiki mobil sampai 12 juta. Aku harus minta bukti pembayarannya." Gerutu Menik.

Menik berjalan ke ruangan asisten Kevin. Dia mengetuk pintu secara perlahan. Setelah ada sahutan, dia membuka pintu itu.

" Kamu! Ngapain lagi di sini?" Ucap Kevin ketus.

" Pak, berapa biaya perbaikan mobil itu?" Ucap Menik langsung.

" Memangnya kenapa?" Ucap Kevin santai tanpa melirik sedikitpun ke arah Menik.

" Ya saya mau buktinya, kalau tidak ada buktinya saya enggak mau bayar." Ucap Menik mengancam.

" Hahaha, gayamu nik nik. Memangnya siapa kamu pakai mengancam aku." Ucap Kevin tertawa mengejek.

" Ya anda benar saya memang tidak ada apa-apanya dibandingkan Bapak. Saya hanya kotoran di sepatu anda." Ucapnya pelan.

Kevin terdiam mendengar ucapan wanita di depannya. Menik begitu merendahkan dirinya dihadapannya.

" Kenapa kamu berkata seperti itu?" Ucap Kevin cepat.

" Lalu saya harus berkata seperti apa? Saya memang orang susah pak. Apa Bapak bisa memberi keringanan kepada saya." Ucap Menik lagi memohon.

" Keringanan?" Ucap Kevin sambil memikirkan.

" Baiklah biaya di tanggung kita berdua kamu 90 persen dan saya 10 persen." Ucap Kevin cepat.

" Aih, sepuluh persen? Dikit amat?" Gerutu Menik.

" Jadi kamu mau berapa persen?" Ucap Kevin memberi tawaran.

" Bagaimana kalau kita bagi dua." Ucap Menik cepat.

" Hey kenapa kamu menambahkan persennya." Ucap Kevin sedikit kencang.

" Aduh Bapak jangan teriak dong, jangan sampai satu kantor ini tau kalau saya ada hutang sama Bapak. Begini Pak, dalam hal ini Bapak juga salah. Coba kalau mau berhenti dan membuka kaca mobil pasti saya tidak akan melakukannya." Ucap Menik membela diri.

" Mana bisa seperti itu, yang paling bersalah di sini itu kamu. Kamu dengan sengaja menyiram air ke wajah saya. Dan dengan sengaja menggesekkan batu kemobil. Coba kalau di polisikan, sudah kena berapa pasal." Ucap Kevin menakuti.

Menik ketar ketir ketika Kevin mengatakan pasal. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran pria di depannya yang langsung ingin membawa kasus ini ke ranah hukum.

" Pak, jangan seperti itu lah. Aku sudah minta maaf. Bapak tega banget sama aku." Ucap Menik berakting nangis.

Kevin paling tidak tega melihat seorang wanita menangis, apalagi tangisan itu keluar karena ulahnya.

" Cup cup. Ya sudah cicilan kamu aku beri keringanan dengan membawakan aku setiap hari sarapan pagi." Ucap Kevin pelan.

" Serius Pak?" Ucap Menik langsung kegirangan.

" Hey bukannya tadi kamu menangis, mana air matanya?" Ucap Kevin bingung.

" Tadi lagi mampet Pak, makanya air matanya enggak keluar." Ucap Menik asal.

" Jadi kamu mengerjai aku lagi." Ucap Kevin kesal.

" Ya enggaklah. Mana mungkin saya mengerjai Bapak. Tapi terimakasih atas kebaikan Bapak. Besok saya bawakan sarapan."

Menik meninggalkan ruangan itu sambil tersenyum bahagia. Telah tiba waktunya makan siang. Dia berlari ke pantry untuk menikmati bekalnya. Di pantry tidak ada satupun orang di sana.

" Kenapa semua orang tidak ada semua. Apa mereka makan di bawah. Lebih baik aku makan bersama mereka. Dari pada di sini sendirian." Ucap Menik sambil memegang bekal di tangannya.

Menik melihat sekeliling lantai itu sepi tidak ada orang. Koko juga tidak ada. Dia bergumam sendiri.

" Apa semua orang makan di kantin ya? Tapi mana boleh di kantin bawa makanan dari luar."

Menik balik lagi ke pantry untuk menikmati makan siangnya sendirian. Semua sedang makan siang, Ziko dan Zira menikmati makan siangnya di dalam ruangan.

Kevin melihat jam di tangannya, waktu sudah menunjukkan jam 12 siang, telah waktunya masuk makan siang. Dia beranjak dari kursinya menuju luar ruangan. Dari jauh dia bisa melihat seseorang didalam pantry sedang duduk sambil menundukkan kepala.

Kevin bisa menebak wanita yang ada di pantry itu adalah Menik, tapi dia tidak bisa melihat apa yang di lakukan wanita itu. Karena posisi badan Menik yang membelakangi pintu masuk. Dari jauh hanya terlihat punggungnya saja.

" Kamu ngapain di sini? Bukannya seharusnya makan siang?" Ucap Kevin cepat.

" Eh Bapak, mari makan." Ucap Menik menawarkan makanan kepada bosnya.

Kevin melirik isi bekal Menik. Makanan rumahan yang sederhana tapi sangat menggugah seleranya.

" Kamu beli di mana makanan itu?" Ucap Kevin basa basi.

" Saya enggak beli, ini saya bawa dari rumah. Tadi subuh saya masak." Ucap Menik sambil menikmati makan siangnya.

" Itu apa?" Ucap Kevin menunjukkan makanan yang ada di mangkuk kecil.

" Jengkol." Ucapnya cepat.

Kevin mengernyitkan dahinya tidak percaya. Di dalam benaknya Menik dan Zira mempunyai karakteristik yang sama. Dan mempunyai selera makan yang juga.

" Apa semua wanita makan jengkol?" Ucap Kevin penasaran.

" Enggak tau Pak. Kalau saya yang karena jengkol masih dalam batas wajar harganya. Kalau mau beli ayam atau dagingkan mahal. Mending masak jengkol atau telur." Ucapnya lagi sambil makan.

" Bapak enggak makan?" Ucap Menik melirik bosnya masih berdiri di dekat meja sambil memperhatikan dirinya sedang makan.

" Saya mau keluar sekarang mencari makan." Ucap Kevin berjalan meninggalkan pantry tersebut.

" Pak enggak usah keluar. Saya bawa bekal banyak. Kalau Bapak berkenan makan masakan saya." Ucap Menik menawarkan diri.

Menik membawa rantang dari bahan plastik. Dan sengaja membawanya dengan terpisah agar lauk dan nasi tidak menjadi satu. Menurutnya jika terpisah rasanya tetap masih enak walaupun sudah dingin.

" Saya makan di luar saja." Ucap Kevin menolak.

" Ayolah Pak, anggap saja ini cicilan pertama saya." Ucap Menik memohon.

" Nanti kamu kasih guna-guna lagi di dalam sini." Ucap Kevin asal.

" Idih Bapak, ngapain saya guna-guna Bapak, saya juga mau menikah." Ucapnya bohong.

Menik mengambil piring yang ada di pantry dan meletakkan nasi dan lauk pauk.

" Ini hanya makanan sederhana, semoga Bapak suka." Ucap Menik sambil menyerahkan piring ke tangan Kevin.

Kevin menerima piring tersebut dan membawanya ke ruangannya. Dia tidak mau ada gosip yang beredar jika para staf memergoki dirinya sedang makan berdua dengan office girl.

Enak masakan, walaupun dingin tapi masih bisa di makan. Jengkol ini juga enak. Kenapa dia bawa begitu banyak?

Kevin menikmati makan itu dengan penuh penghayatan. Dia seperti sedang makan bersama keluarganya.

" Sayang, lusa adalah acara empat bulanan anak kita. Boleh aku mengundang Menik?" Ucap Zira meminta izin.

" Terserah kamu saja." Ucap Ziko cepat sambil menyandarkan badannya di sandaran sofa.

" Terimakasih sayang. Sayang kamu percaya kalau Menik sudah bertunangan?" Ucap Zira curiga.

" Memangnya kenapa? Apa urusannya dengan kamu tentang pertunangan dia." Ucap Ziko cepat.

" Kalau menurut aku, Menik cocok dengan Kevin. Kevin itu butuh pendamping loh. Umur dia sama kamu sama. Dan menurut aku dia sudah mapan dan sudah waktunya menikah." Ucap Zira cepat.

" Sayang, kamu kan sudah dengar kalau Menik sudah bertunangan, jangan kamu rusak pertunangannya dengan hadirnya Kevin. Dan Kevin juga bilang soal perasaan tidak bisa di paksakan. Biarkan saja dia mencari pendamping hidupnya sendiri." Ucap Ziko menasehati istrinya agar jangan ikut campur dengan masalah itu.

Zira hanya mengangguk kepalanya saja. Walaupun yang di katakan suaminya benar. Tapi dia masih belum percaya dengan omongan Menik tentang pertunangan. Menurut logikanya, cincin tidak mungkin di letakkan di jari kaki. Jika sudah bertunangan setidaknya Menik menyimpannya di rumah. Karena kekhawatiran Menik akan jambret sangat tidak bisa masuk di akal. Zira ingin mencari tau sendiri kebenarannya.

Melihat office girl itu, Zira seperti memandang dirinya sendiri. Itu yang menjadi daya tarik Menik, sehingga Zira ingin mengenalnya lebih jauh.

" Like, komen dan vote yang banyak ya. Biar semangat updatenya, Terimakasih."