Chapter 249 episode 248 (S2)

" Bapak, sampai berapa lama kita membelakangi mereka." Ucap Menik bingung.

" Nanti juga mereka berhenti." Ucap Kevin pelan.

" Ngapain sih mereka." Ucap Menik memiringkan kepalanya ke samping agar bisa melihat dari ujung matanya.

" Jangan lihat!" Ucap Kevin sambil memegang kepala wanita di sampingnya agar melihat ke depan lagi.

Zira tersadar akan kelakuan mereka yang di luar batas. Zira mengakhiri ciumannya sambil memandang dua orang yang membelakangi mereka.

" Sayang itu." Ucap Zira menunjuk dua orang di depannya.

Ziko memberikan sinyal berupa siulan. Kevin dan Menik masih melihat ke arah sofa.

" Pak siapa yang bersiul?" Ucap Menik bingung.

" Sudah waktunya membalikkan badan." Ucap Kevin pelan.

Menik dan Kevin langsung membalikkan badannya melihat sepasang suami istri itu.

" Kamu!" Ucap Zira dengan ekspresi yang sama dengan dua pria di dalam ruangan itu.

Waduh kompak banget mereka bertiga semuanya membuat ekspresi yang sama. Sama-sama melotot, apa mereka melihat aku seperti melihat hantu.

" Eh nona pengusir arwah ada di sini juga." Ucap Menik spontan.

Zira tidak mengetahui siapa yang berdiri di depan suaminya tadi. Ketika mereka berciuman dia juga tidak memperhatikannya siapa wanita itu. Sama halnya dengan Menik, dia kurang paham dengan wanita yang masuk ke dalam ruangan itu, karena dia hanya melihat sekilas.

" Apa kamu tidak kesurupan lagi?" Ucap Zira sambil mengedipkan matanya ke arah Menik akting.

" Tidak nona, saya sudah sembuh total." Ucapnya ngarang.

Zira memperhatikan pakaian wanita di depannya. Dia bisa langsung paham kalau Menik bekerja di perusahaan suaminya. Dia memandang Menik dan Kevin secara bergantian, muncul ide konyol di dalam benaknya.

" Sayang." Ucap Zira sambil membisikkan sesuatu ke telinga suaminya.

Ziko membelalakkan matanya, tidak habis pikir dengan ide istrinya.

" Apa kamu yakin?" Ucap Ziko kurang yakin.

Zira menganggukkan kepalanya cepat. Ziko langsung memanggil asistennya. Dia membisikkan sesuatu ketelinga Kevin.

" Apa!" Ucap Kevin kaget.

" Maaf tuan, saya tidak bisa itu terlalu berat untuk saya." Ucap Kevin menolak.

" Ingat kamu kalah dalam pertandingan." Ucap Ziko tegas.

" Tapi kenapa harus itu hukumanya? Apa tidak ada yang lain." Ucap Kevin memelas.

Ngomongin apa sih dua bos ini. Ini lagi sampai kapan aku harus berdiri. Kenapa mereka cakep-cakep banget ya kalau aku perhatikan. Apalagi nona pengusir arwah itu, cantiknya enggak ketolongan. Aku jadi ngiri.

" Udahlah laksanakan saja. Anggap aja kami patung kuda yang tidak mendengar dan melihat percakapan kalian." Ucap Zira ikut nimbrung.

" Ayo cepat." Ucap Ziko tidak sabar.

Dengan penuh pertimbangan, mau tidak mau dia melakukannya. Menurutnya lebih baik melakukan di sini dari pada di depan umum. Karena Kevin tau karakter bosnya yang tidak suka di bantah.

Kevin berjalan mendekati Menik sambil berlutut.

" Eng ing eng." Ucap Zira cepat.

Kevin melirik ke arah majikannya, ada ragu untuk melakukan hukuman itu.

" Bapak kenapa berlutut?" Ucap Menik bingung.

" Menik oh Menik." Ucap Kevin kemudian diam sejenak.

" Ya." Ucap Menik pelan.

Sepasang suami istri itu sudah kekeh tidak bisa menahan tawanya. Kevin melirik sinis ke arah majikannya.

" Sstt diam. Kevin marah tuh." Ucap Zira mengingatkan suaminya.

Ziko dan Zira berusaha untuk menahan tawanya sambil melipat bibirnya secara kuat, agar tidak keluar tawanya. Tidak lupa Zira mengambil ponselnya untuk merekam atraksi Kevin. Kevin melanjutkan kalimatnya.

" Menik, apa kamu mau menikah denganku?" Ucap Kevin cepat dengan jantung yang berdebar.

Deg deg deg, begitulah bunyi jantung Menik. Mendengar seorang pria di depannya melamar dirinya.

Wadow dia melamarku sungguhan apa hanya akting ya. Sepertinya dia berakting, pasti itu akal-akalan bosnya saja. Aku harus mengerjai dia balik.

" Buahahhaha, Bapak lucu deh. Saya itu sudah tunangan." Ucap Menik bohong.

Kevin langsung berdiri ketika mendengar Menik tertawa. Dia bersyukur karena wanita itu tidak menganggap serius perkataannya.

" Tunangan?" Ucap Ziko memperhatikan wanita di depannya.

Zira membisikkan sesuatu ketelinga suaminya. Ziko manggut-manggut paham.

" Siapa tunangan kamu?" Ucap Ziko penasaran.

Menik langsung berpikir cepat ketika di tanya perihal siapa tunangannya.

" Tunangan saya juga berkerja di sini. Sebagai sekuriti." Ucap Menik bohong.

Owh sekuriti itu tunangannya. Pantesan dia terlihat akrab dengan si wanita setengah genre.

" Sekuriti yang mana?" Ucap Ziko penasaran.

" Mungkin tuan tidak paham, dia sekuriti baru di Perusahaan kita." Ucap Kevin menjelaskan.

Walaupun di jelaskan pasti bosnya tidak akan mengenal satu persatu karyawan di perusahaannya. Ziko hanya mengenal beberapa orang saja di gedung itu.

" Kenapa tidak ada cincin di jari kamu?" Ucap Ziko lagi.

" Owh, karena saya pakainya di jari kaki." Ucap Menik asal.

" Buahahhaha, memangnya bisa seperti itu." Ucap Zira dengan gelak tawanya.

" Bisa nona, saya khawatir ada jambret makanya saya letakkan di jari kaki. Soalnya harta saya cuma itu. Mana mau jambret mengambil ponsel saya yang butut. Udah butut cuma lima digit lagi." Ucap Menik cepat.

Menik mengarang indah untuk menutupi kegugupannya karena dilamar Kevin. Walaupun dia tau kalau itu hanya candaan, tapi dia merasa harus melakukan sandiwara itu.

" Lima digit? Apa maksud kamu dengan lima digit." Ucap Ziko bingung.

Kevin bisa berlega hati ketika Menik tidak menganggap serius tapi ada rasa kekecewaan ketika mendengar kata tunangan dari mulut wanita itu.

" Iya Pak lima digit." Ucap Menik merogoh kantong celananya sambil mengambil ponselnya.

Menik meletakkan ponselnya di atas meja Ziko.

" Itu ponsel saya Pak." Ucap Menik.

Ziko memegang ponsel menik yang lumayan tebal. Dan memang hanya ada lima digit di atas ponsel itu.

" Kenapa ponsel kamu seperti sabun batangan." Ucap Zira kasihan.

" Ya, karena saya memang orang susah nona. Menurut saya ponsel di gunakan hanya untuk berkomunikasi jarak jauh. Jadi tidak perlu mahal-mahal untuk benda seperti itu." Ucapnya lagi.

Ponsel menik bukan ponsel layar sentuh seperti pada umumnya. Punya Menik keluaran lama, yang hanya berguna untuk menelepon dan SMS. Sisanya tidak bisa. Dan keypadnya hanya ada 5 digit. Lima digit lagi sudah hilang bahkan sompel.

" Bagaimana cara kamu menghubungi seseorang kalau hanya ada 5 digit?" Ucap Ziko penasaran.

" Dari daftar kontak Pak." Ucap Menik cepat.

" Maksud saya bagaimana cara kamu mencatat nomor baru, jika tidak ada keypadnya di sini." Ucap Ziko sambil menunjuk ke arah ponsel Menik.

" Pakai pena pak." Ucap Menik sambil menunjukkan pena yang ada di kantongnya.

Ada rasa kasihan ketika melihat wanita di depannya tampil seadanya. Ketika mereka berfoya-foya untuk mengganti ponsel setiap ada keluaran model terbaru. Tapi tidak dengan Menik, dia tetap menggunakan ponsel jadulnya untuk berkomunikasi.

" Apa kamu tidak malu, dengan ponsel seperti itu." Ucap Kevin pelan.

" Enggaklah, kenapa saya harus malu. Inikan dari hasil saya kerja. Kecuali saya mencuri baru malu." Ucapnya bangga.

Zira berjalan menghampiri wanita didepannya sambil memeluk erat Menik. Menik bingung karena mendapatkan pelukan hangat dari Zira.

" Terimakasih telah mengajarkan kami banyak hal, kamu sangat pemurah dan rendah hati. Saya salut sama kamu." Ucap Zira memeluk erat tubuh wanita itu.

Menik hanya diam, dia tidak tau harus menjawab apa. Menurutnya perkataannya hanya biasa saja tanpa harus menggurui atau mengajari seseorang.

" Like, komen dan vote yang banyak. Biar Author rajin updatenya terimakasih.