Chapter 239 episode 238 (S2)

" Nona bagaimana penampilan saya?" Ucap Kevin lagi.

" Cih, jijik tau. Aku itu tambah mual lihat kamu seperti itu. Cepat bersihkan wajah kamu." Gerutu Zira marah.

Kevin beranjak dari kursi, berjalan menuju toilet. Langkahnya terhenti ketika ada suara Zira lagi menahan langkahnya.

" Tunggu." Ucap Zira cepat.

Kevin berhenti dan membalikkan badannya.

" Iya nona?" Kevin berhenti tepat di depan Ziko dan Zira.

Zira beranjak dari kursinya mengelilingi pria tersebut. Zira melihat dari atas sampai bawah.

" Gaun siapa ini?" Ucap Zira langsung.

" Gaun dari butik nona." Ucap Kevin cepat.

Kevin berdiri sambil menutupi bagian depannya agar tidak menyembul.

" Serius kamu? Kenapa aku tidak bisa mengenal gaun hasil rancanganku." Ucap Zira lagi sambil melihat brand butiknya pada gaun yang di gunakan Kevin.

" Ya mungkin karena Kevin yang pakai, jadi semua terlihat menonjol semua." Ucap Ziko ikut nimbrung.

" Iyalah. Gaun ini seharusnya tidak terlalu ketat tapi kamu pakai jadi ketat banget. Dan itu lagi, kenapa balon di bawa-bawa." Gerutu Zira.

Kevin melihat gaun yang di gunakannya. Sambil memperhatikan arti kata balon yang di ucapkan majikannya.

" Maksud nona ini?" Ucap Kevin sambil menunjukkan lengannya.

Zira menganggukkan kepalanya cepat.

" Nona oh nona, ini bukan balon tapi otot. Sayakan atletis jadi otot lengan saya nongol seperti ini." Ucap Kevin membanggakan diri sambil memperagakan seorang binaragawan.

" Cih, ini lagi. Apa yang kamu pakai? Kenapa kamu pakai celana training?" Ucap Zira protes.

Kevin menggunakan gaun hasil rancangan Zira yang dengan model terusan. Dan ada belahan panjang di sampingnya.

" Ini legging model terbaru nona." Ucap Kevin asal.

" Aih kenapa kamu merusak hasil karyaku. Tidak seharusnya ini di padu padankan dengan training olah raga atau kamu sebut legging kekinian. Seharusnya biarkan belahannya gaunnya terlihat, bukan di tutupi." Ucap Zira komplen.

" Maaf nona ini aurat." Ucap Kevin lagi.

Prok, Zira memukul lengan Kevin dengan kuat. Karena telah merusak hasil karyanya.

" Cepat ganti atau aku foto dan aku kirim ke Koko. Biar Koko terpesona dengan tingkahmu yang kemayu." Ancam Zira.

" Dari tadi saya mau ganti tapi nona yang memanggil saya." Ucap Kevin kembali komplen.

" Cih alasan aja. Cepat!" Ucap Zira teriak.

Pasangan suami istri itu menunggu asistennya. Walaupun perasaannya kecewa tapi Zira cepat melupakannya.

" Jangan marah-marah sayang, nanti kamu keriput." Ucap Ziko menasehati istrinya.

" Biarin aja, kalau keriput nanti aku operasi plastik." Ucap Zira lagi asal.

" Aih, memangnya operasi plastik bisa menghilangkan keriput?" Ucap Ziko penasaran.

" Bisalah. Tapi bahannya apa dulu harus di sesuaikan sebelum mau operasi." Ucap Zira lagi.

" Memangnya bahannya bukan plastik?" Ucap Ziko penasaran.

" Ya plastik. Kalau bahanya dari plastik asongan berarti wajah kita di rubah mirip plastik asongan, atau yang lebih keren lagi bahan plastik untuk membuat ember." Ucap Zira asal.

" Kalau bahan dari ember berarti wajahnya seperti ember dong." Ucap Ziko bloon.

" Bukan ember tapi gayung." Ucap Zira asal.

Ziko bergidik, entah apa yang di bayangkan ketika istrinya mengucapkan kata operasi plastik. Yang jelas operasi plastik itu sangat membahayakan itu pikirnya.

" Stop sayang, mulai sekarang kamu tidak boleh marah-marah lagi. Aku tidak mau kamu keriput. Dan tidak mau kamu operasi plastik. Aku tidak bisa bayangkan wajah kamu mirip keranjang berlubang-lubang." Ucap Ziko bergidik lagi.

Zira senang dapat mengerjai suaminya. Menurutnya suaminya bisa di kerjai. Padahal suaminya pintar tapi entah kenapa kalau istrinya bicara dia langsung yakin. Mungkin itu yang membuat Zira di sebut power of faces.

Di lain sisi. Di jalan sempit dua orang kakak beradik itu saling mengobrol satu sama lain.

" Dek, kakak tadi ketemu sama pria yang di halte."

" Serius Kak? Dimana kakak melihat dia?" Ucap adiknya.

" Di rumah makan. Tadi dia datang bersama teman dan istrinya. Dan kalau enggak salah namanya Kevin." Ucap Kakaknya menjelaskan.

" Kevin? Namanya tidak asing, tapi di mana ya?" Gumam adiknya.

" Kamu tau, tadi ada cerita lucu." Ucap kakaknya sambil menceritakan tentang akting kesurupan.

Semua di ceritakannya dari pertanyaan yang di lontarkan pengunjung rumah makannya sampai cara mengeluarkan roh dari dalam tubuhnya juga di ceritakannya. Adiknya ikut tertawa membayangkannya.

" Ngomong-ngomong kenapa kakak tau kalau mereka suami isteri." Ucap adiknya penasaran.

" Gini dek. Kan ada lima orang nih yang datang. Tiga pria dan dua wanita. Kalau pria yang satu duduk di sebelah wanita yang berperan sebagai pengeluar arwah. Nah kakak perhatikan mereka mengenakan cincin yang sama. Pasti mereka suami istri. Wanita yang satu lagi masih keliatan muda. Dia duduk dekat dengan si klepon. Jadi itu pasti istrinya ataupun kekasihnya. Dan pria yang satu lagi lebih cocok jadi supir mereka." Ucap kakaknya menjelaskan.

" Tunggu kak? Klepon itu siapa?" Ucap adiknya bingung.

" Klepon itu si Kevin lah. Dia lebih cocok dengan nama itu. Nah kalau si supir ini entah kenapa wajahnya tidak asing. Kakak pernah melihatnya tapi sudah lama. Tapi dengan penampilan yang berbeda." Ucap kakaknya penasaran.

" Dimana kakak melihat? Coba ingat-ingat."

Kakaknya mencoba mengingat sesuatu. Dia memang sering melihat wajah-wajah baru yang berkunjung ke rumah makan atau ke cafe. Tapi dengan pria itu dia merasa penasaran.

" Kalau kakak perhatikan dia mirip Cici. Pelanggan tetap di cafe koma, tempat kakak bekerja." Ucap kakaknya ragu.

" Kok Cici? Apa hubungannya Cici sama pria di rumah makan itu?" Ucap adeknya bingung.

" Jadi begini dek. Di cafe koma ada langganan tetap kami. Yaitu para banci mereka berenam. Mereka berdandan layaknya seorang perempuan. Tapi mereka tidak menjual diri mereka. Mereka hanya melakukan hobi saja." Ucap kakaknya menjelaskan.

" Sepertinya kakak paham betul dengan tamu kakak itu." Ucap adeknya bingung.

" Pahamlah. Mereka sendiri yang cerita. Mereka mempunyai pekerjaan hebat di siang hari. Dan malam mereka hanya nongkrong di cafe tanpa melakukan apapun. Pokoknya mereka bersenang-senang di sana. Dan yang kakak tau mereka tidak boleh saling menyukai sama kelompok mereka. Itu peraturannya. Tapi itu dulu ya. Sekarang kakak perhatikan Cici tidak pernah datang ke cafe koma lagi. Grup itu juga tinggal 3 orang. Enggak tau kenapa." Ucap kakaknya menjelaskan.

" Mungkin mereka sudah bertaubat kak?" Ucap adiknya lagi.

" Mungkin juga. Tapi enggak tau juga, apa yang di rumah makan itu Cici apa bukan. Karena kakak juga belum pernah melihat Cici versi prianya. Tapi kalau dari cara bicaranya mirip Cici sih." Ucap kakaknya.

" Ya sudahlah kak. Itu urusan mereka dan kehidupan mereka. Yang penting jangan pernah ikut campur. Jadi ngomong-ngomong gimana hasil wawancara kakak di Perusahaan jasa itu?" Ucap adiknya lagi.

" Belum tau nih. Mungkin besok mereka akan menghubungi kakak. Tapi kalau tidak ada yang menghubungi balik berarti kakak enggak di terima." Ucap kakaknya pelan.

" Ya sudah. Di terima atau tidaknya aku tidak mempermasalahkan, yang penting aku sudah bekerja. Dari hasilnya cukup untuk membiayai hidup kita sebulan." Ucap adiknya menyemangati kakaknya.

Walaupun sudah sering adiknya melarang kakaknya untuk bekerja tapi tetap di lakukannya. Karena dia merasa tanggung jawab ada di tangannya. Berperan sebagai orang tua dan menjadi tulang punggung pernah di lakukannya. Menurutnya tidak ada masalah kalau dia tetap bekerja sediakala.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya terimakasih."