Chapter 238 episode 237 (S2)

Senja sudah menepi ke peraduannya. Walaupun senja hanya sejenak. Namun senja meninggalkan rasa hidup yang teramat indah.

Sepasang suami istri sudah kembali ke mansion menikmati waktu berduanya di kamar. Waktu kebersamaan dengan pasangan adalah kisah yang membuat siapapun tersenyum ketika mengingatnya di hari tua. Setiap kebersamaan pasti akan berakhir, tapi semua kenangan indah itu akan tetap abadi selamanya.

" Sayang, perut kamu sudah mulai membesar, aku jadi tidak sabar menunggu kehadirannya." Ucap Ziko mengecup perut istrinya.

" Sama aku juga tidak sabar ingin menggendong anak kita." Ucap Zira mengelus rambut suaminya.

" Berarti tinggal berapa bulan lagi lahirannya?" Ucap Ziko penasaran.

" Perkiraan dokter sembilan bulan sepuluh hari tinggal kamu kurang aja berapa bulan lagi. Tapi enggak tau juga." Ucap Zira pelan.

Suara ponsel Ziko berdering. Zira mengambil ponsel suaminya yang berada di atas nakas sambil melihat layar ponsel suaminya.

" Siapa?" Ucap Ziko cepat sambil mengulurkan tangannya.

" Kevin." Ucap Zira menyerahkan ponsel suaminya.

Ziko beranjak dari kasur dan menerima panggilan tersebut.

" Ya halo. Ada apa?" Ucap Ziko cepat.

" Maaf tuan mengganggu, malam ini bisa datang ke restoran X." Ucap Kevin dari ujung ponselnya.

" Ngapain?" Ucap Ziko lagi.

" Tuan, apa lupa jadwal ngidam nona Zira kan malam ini." Ucap Kevin mengingatkan.

" Serius kamu? Apa semua sudah di persiapkan?" Ucap Ziko lagi.

" Sudah tuan, tinggal datang aja ke restoran X." Ucap Kevin.

Kevin menjelaskan semuanya dari ujung ponsel. Dari private room dan segalanya yang berhubungan dengan artis itu. Dan apa saja yang harus di kerjakan Ziko ketika bertemu dengan artis tersebut.

Ziko manggut-manggut setelah mendengar penjelasan dari asistennya. Setelah itu panggilan tertutup.

" Kenapa sayang?" Ucap Zira penasaran.

" Ganti baju kamu, kita akan pergi keluar." Ucap Ziko memerintahkan Istrinya.

" Enggak ah, aku malas keluar lagi, badanku capek." Rengek Zira.

" Yakin capek. Kalau ketemu dengan idola kamu? Apa kamu juga capek." Ucap Ziko memberi perumpamaan.

" Ah yang bener sayang. Secepat itu aku bisa menemuinya." Ucap Zira antusias.

Ziko menganggukkan kepalanya cepat. Zira mengecup bibir suaminya tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada suaminya karena telah menuruti permintaannya.

Zira keluar dari ruang ganti dengan memakai gaun yang indah. Dia menggunakan makeup yang flawless warna senada dengan gaunnya.

" Bagaimana penampilanku." Ucap Zira sambil menggerakkan gaunnya ke kanan dan ke kiri seperti peragawati.

" Kenapa kamu terlalu formal sih. Pakai aja pakai yang biasa kamu gunakan. Enggak usah terlalu cantik di depan dia." Gerutu Ziko cepat.

" Sayang, aku juga harus cantik dong. Jangan dia aja yang cantik. Kita harus bisa mengimbangi artis idola kita." Ucap Zira lagi.

" Kamu sudah cantik sayang, jadi enggak usah kamu banyak berhias diri untuknya." Ucap Ziko cemburu.

" Sayang, apa kamu cemburu?" Ucap Zira penasaran.

Ziko tidak menjawab dia hanya menyelesaikan mengenakan pakaiannya. Ziko menggunakan pakaian yang kasual tidak sebanding dengan pakaian istrinya.

" Sayang, kenapa kamu harus cemburu, dia kan wanita. Jadi biarkan aku berdandan seperti ini ya." Ucap Zira merayu suaminya.

" Kalau makeup tidak masalah tapi pakaian harus kamu ganti, kita bukan seperti pasangan suami istri kalau kamu menggunakan gaun itu. Kita seperti majikan dan supir." Ucap Ziko protes.

Karena tidak mau berdebat, Zira akhirnya mengalah dia mengganti pakaiannya dengan baju kasual. Dengan seperti itu mereka jadi sangat serasi.

Mereka keluar dari mansion saling bergandengan tangan. Di luar sudah terparkir mobil lain. Seorang supir membukakan pintu mobil untuk mereka.

" Aku akan menyetir sendiri." Ucap Ziko kepada supirnya.

Si supir menyerahkan kunci mobil kepada majikannya. Zira sudah duduk di kursi depan di sebelah suaminya. Malam ini Ziko yang menyetir mobilnya sendiri tanpa ada Kevin di sisinya.

" Sayang, asisten Kevin mana?" Ucap Zira pelan.

" Dia sudah menunggu di sana." Ucap Ziko langsung menyalakan mesin mobil.

Mobil sudah meluncur meninggalkan mansion menuju pusat kota. Jalanan tidak begitu padat dengan kendaraan sehingga mobil bisa melaju dengan lancar tanpa ada hambatan.

Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di depan restoran X. Restoran yang cukup mewah. Lampu kristal berjejer di langit-langit restoran.

Pelayan langsung mengantarkan mereka ke ruangan khusus yang telah di sewa Kevin untuk artis itu.

Ada pemandangan yang aneh ketika masuk ke dalam restoran itu. Restoran itu sepi dari pengunjung.

Mungkin restoran ini sengaja di sewa satu malam untuk artis idolaku.

Dengan perasaan bahagia Zira masuk ke dalam ruangan khusus. Di dalam ruangan itu Zira agak heran karena ruangan itu hanya ada satu lampu yang menyala.

" Sayang kenapa restoran ini seperti restoran remang-remang." Ucap Zira berbisik.

" Sstt diam. Itu artis idola kamu duduk di pojok." Ucap Ziko menunjuk seseorang dalam remang-remang.

" Sayang kenapa tidak ada bodyguard di sini." Ucap Zira lagi heran."

" Sudah sapa saja artis idola kamu." Ucap Ziko lagi.

" Aku menggunakan bahasa apa untuk menyapanya." Ucap Zira lagi.

" Terserah kamu, mau gunakan bahasa apa?" Ucap Ziko pelan.

" shubh sandhya mera naam jeera hai (Selamat malam nama saya zira)."

Zira menunggu jawaban dari artis idolanya.

" Sayang kenapa dia tidak bisa bahasa Hindi?" Ucap Zira penasaran.

" Mana aku tau?" Ucap Ziko asal.

Seharusnya dia paham bahasa Hindi. Tapi mungkin penyampaianku yang salah makanya dia enggak ngerti.

" Good evening my name is zira (Selamat malam nama saya zira)."

" Good evening too (Selamat malam juga)." Ucap artis idola itu.

" Aih kenapa suaranya seperti alat musik bass." Gerutu Zira.

Uhuk-uhuk, terdengar seseorang batuk dari pojok kursi.

" Dia mungkin lagi batuk sayang." Ucap Ziko cepat.

Zira berjalan ke pojok ruangan mendekati artis idolanya.

" Sayang kamu ngapain ke situ?" Ucap Ziko cepat sambil mencegah istrinya.

" Ssstt diam." Ucap Zira pelan sambil meletakkan jari telunjuk ke bibirnya.

Zira berjalan mendekati artisnya. Dia merasa curiga. Prok, Zira memukul artis Idolanya itu dengan tas jinjing.

" Sayang apa yang kamu lakukan?" Ucap Ziko cepat.

" Aw sakit nona, ampun ampun."

" Kevin. Ngapain kamu berdandan seperti banci?" Ucap Zira cepat.

" Ini permintaan suami anda nona, saya hanya menjalankan perintah saja." Ucap Kevin sambil pelan.

Zira melihat ke arah suaminya dengan tatapan mematikan.

" Jadi kalian berdua ingin mengerjai aku ya?" Ucap Zira emosi.

" Bukan seperti itu sayang, jujur aku tidak bisa memenuhi permintaan ngidam kamu yang itu. Jadi aku memerintahkan Kevin untuk pura-pura jadi artis idola kamu. Dan berdandan semirip mungkin dengan artis idola kamu." Ucap Ziko menjelaskan.

" Cih, berdandan semirip mungkin. Ya mirip kalau aku lihatnya pakai sedotan." Ucap Zira kesal.

" Jangan marah ya sayang. Aku jamin anak kita enggak akan ngences setelah melihat artis kw itu." Rayu Ziko sambil menunjuk ke arah kevin.

" Bersihkan wajah kamu! Aku jijik lihat kamu seperti itu." Ucap Zira kesal.

Dia masih emosi karena seharusnya hari ini adalah hari bahagianya karena dapat bertemu dengan artis idolanya. Tapi hari ini merupakan hari sial baginya.

" Nona bagaimana penampilan saya. Apakah mirip?" Ucap Kevin lagi.

" Mirip dari mananya, kamu itu malah mirip banci kaleng kerupuk." Gerutu Zira cepat.

Ziko menarik tangan istrinya untuk duduk didekatnya. Dengan malas Zira menjatuhkan badannya di sebelah suaminya.

" Maaf ya sayang, aku tidak tau harus berbuat apa. Aku pikir dengan kamu melihat dari jauh saja rasa ngidam kamu akan terpenuhi. Tapi aku tidak memikirkan kalau kamu bisa langsung paham kalau itu Kevin." Ucap Ziko heran.

" Pastilah aku ngerti. Batuk musimannya itu yang membuat aku paham." Ucap Zira cepat.

Ziko langsung menendang kaki Kevin.

" Makanya jangan batuk." Ucap Ziko cepat.

" Ya gimana lagi tuan, walaupun saya enggak batuk pasti nona Zira juga tau kalau saya artis dadakan. Secara suara saya sudah mirip alat musik bass sama seperti yang nona Zira ucapkan tadi." Ucap Kevin menjelaskan.

" Sudahlah tidak usah di permasalahkan lagi tentang ngidamku. Aku hargai kerja keras kalian. Tapi ingat kalau sampai anakku ngences kalian berdua harus bertanggung jawab." Ucap Zira mengancam.

Ada perasaan takut ketika mereka berdua mendapatkan ancaman seperti itu dari Zira.

" Sayang kalau anak kita ngences apa kamu akan memanggil semua pasukan Avengers." Ucap Ziko asal.

Ziko sengaja mengatakan seperti itu agar Istrinya bisa tersenyum lagi.

" Bukan hanya pasukan Avengers yang akan aku panggil, Thanos dan kawan-kawannya juga akan aku panggil." Ucap Zira menggertak.

Ziko dan Kevin mencari aman untuk tidak mengatakan apapun yang bisa menyinggung perasaan ibu hamil. Perasaan ibu hamil memang sedikit sensitif. Biarlah itu menjadi pelajaran buat mereka berdua. Belajar memahami dan belajar mengerti.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya terimakasih."