Chapter 240 episode 239 (S2)

Zira dan suami sudah kembali ke rumahnya. Jadwal yang hari ini bertemu dengan artis idolanya. Harus pupus di tengah jalan, karena semua tidak dapat di penuhi oleh suami tercinta.

Zira membaringkan tubuhnya terlebih dahulu. Hari yang cukup melelahkan pikirannya. Lebih baik dia beristirahat sebelum suaminya masuk itu pikirnya.

Ziko belum masuk ke dalam kamar. Dia masih berbicara dengan orang tuanya. Membahas acara empat bulanan. Walaupun yang mempersiapkan orang tuanya, tapi calon kakek dan nenek itu tetap menayangkan hal-hal lain yang diperlukan anaknya.

Setelah berbicara panjang lebar dengan orang tuanya. Ziko kembali ke kamar, menemukan istrinya sudah terlelap. Wajah yang bersih nan indah terlihat jelas di wajah istrinya. Auranya cukup kuat, membuat Ziko terlalu terpesona memandang bidadarinya.

Ziko memeluk tubuh istrinya, dan mengecupi perut dan bibir istrinya. Zira terbangun dari tidurnya karena mendapatkan gangguan dari sang suami.

" Kenapa sih?" Ucap Zira malas dengan mata setengah terbuka.

" Aku cinta kamu." Ucap Ziko membisikkan ke telinga istrinya.

" Hemmmm." Ucap Zira pelan sambil menutup matanya lagi.

" Aku sayang kamu." Ucap Ziko lagi.

" Hemmmmm." Zira malas untuk meladeni suaminya, dia lebih memilih untuk tetap tidur.

" Aku ingin kamu dan aku ingin itu." Ucap Ziko pelan membisikkan ke telinga Istrinya.

" Apaan sih." Ucap Zira cepat.

Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal, tangan suaminya sudah menempatkan posisi di bagian favoritnya.

" Enggak aku capek." Ucap Zira cepat.

" Sebentar aja, tadi siangkan enggak jadi di kantor. Jadi gantinya malam ini ya?" Rayu Ziko.

" Enggak ah, aku capek." Ucap Zira menolak.

" Sebentar aja, nanti apapun yang kamu minta aku turuti." Ucap Ziko lagi merayu istrinya.

" Alah artis idola aja enggak bisa memenuhi malah mau tawarin yang lain." Sindir Zira.

" Ya kalau itu jangan masuk hitungan dong. Yang masih bisa aku penuhi pasti aku penuhi. Tapi kalau seperti ketemu dengan artis lagi, lebih baik aku tidur di kamar mandi." Ucap Ziko cepat.

" Ya udah tidur sana di kamar mandi." Ucap Zira lagi.

Ziko tidak menghiraukan kicauan istrinya. Dia sudah menarik selimut dari tubuh istrinya. Dan melakukan kebiasaannya. Ada yang beda malam ini, Ziko melakukan jurus baru dalam melakukan pertempurannya yaitu jurus ngulek cabe. Permainan hanya berlangsung sebentar.

Tubuh Zira merasa cukup lelah, apabila telah memenuhi hasrat suaminya. Tapi dia tidak merasa khawatir, karena sudah di jelaskan oleh dokter kandungan bahwa selama proses kehamilan akan merasa cepat lelah.

Zira melirik suaminya, yang dengan cepat langsung tertidur pulas.

" Sial, aku yang ngantuk berat kenapa dia udah tidur duluan." Gumam Zira.

Zira memukul lengan suaminya dengan lembut. Tapi sang suami belum menunjukkan ada tanda-tanda kesadaran.

" Dasar . Ayo bangun, kamu belum memenuhi permintaan aku." Ucap Zira cepat menggoyang-goyangkan lengan suaminya.

" Apa, aku ngantuk nih." Gumam Ziko.

" Bangun , anak kamu mau makan nih." Ucap Zira lagi.

Si suami tetap saja masih tidur. Zira mulai berinisiatif mengganggu dengan berteriak di telinga suaminya.

" Woi bangun dasar ." Teriak Zira.

Ziko kaget dan langsung bangun dari posisi berbaringnya sambil memegang telinganya.

" Kenapa harus teriak sih. Apa kamu selalu berteriak, seperti tukang parkir aja." Gerutu Ziko sambil memegang telinganya.

Zira tertawa lucu ketika melihat ekspresi suaminya bangun tidur karena kaget.

" Kamu sih banget, udah di bangunin masih aja molor. Susah banget bangunnya." Gerutu Zira lagi.

" apaan sih? itu sejenis peluru bukan?" Ucap Ziko penasaran.

" itu asal nempel molor, seperti kamu ketemu kasur langsung ." Ucap Zira komplen.

" Ya udah kamu mau apa?" Ucap Ziko cepat agar bisa tidur kembali.

" Aku mau makan mie instan." Ucap Zira cepat.

" Mie instan yang macam mana?" Ucap Ziko bingung.

Karena selama dia di rumah itu tidak pernah terlintas di benaknya nama makanan itu. Dia tidak ingat apakah pernah memakannya apa tidak.

Zira membenamkan wajahnya dengan bantal. Dia heran dengan orang kaya di depannya. Menurutnya suaminya terlalu kaya sampai makanan alternatif untuk penunda lapar saja suaminya tidak tau.

" Itu loh mie yang sering wara wiri di televisi." Ucap Zira lagi.

" Owh mie itu. Aku tau, yang warna bungkusnya ada hitam merah putih dan warna apalagi ya." Ucap Ziko mengingat bungkus mie instan itu.

" Udah enggak usah kamu pikirkan warna bungkusnya. Aku hanya mau isinya." Ucap Zira cepat.

Ziko pergi meninggalkan istrinya sendiri di kamar. Dia pergi ke dapur mencari tempat mie instan itu berada. Semua laci di periksanya dan dia menemukan benda keriting itu ada di laci paling bawah bersamaan dengan makanan pokok lainnya.

" Aha ketemu kamu, main sembunyi di bawah kamu ya." Ucap Ziko cepat.

Beberapa menit kemudian Ziko sudah kembali ke kamar membawa nampan, diatas nampan ada tutup yang berbahan stainless.

Ziko meletakkan nampan itu ke depan istrinya dan membuka tutup tersebut. Zira mengernyitkan dahinya sambil nyengir.

" Apa ini?" Ucap Zira heran.

" Mie instan." Ucap Ziko cepat.

" Ya mie instan, tapi kenapa enggak di masak?" Ucap Zira bingung.

" Lah kamu bilang mie instan, di situ tertulis mie instan." Ucap Ziko menunjuk tulisan yang tertera di depan bungkus merek mie tersebut.

" Iya sayang tapi kenapa kamu memberi aku sama bungkusnya. Kalau seperti ini akupun bisa ambil sendiri ke dapur." Protes Zira.

" Aih kenapa kamu yang protes? Seharusnya kamu bilang ke pada aku, kalau kamu mau mie instan masak. Bukan hanya mie instan jadi enggak salah dong kalau aku bawa yang itu." Ucap Ziko membela diri.

Zira menepuk jidatnya dengan keras. Zira bingung, yang sebenarnya bodoh dia apa suaminya. Berdebat tidak akan membuat dia kenyang.

Zira beranjak dari kasur dan turun ke lantai bawah menuju dapur. Dari belakang suaminya mengikutinya.

" Kamu mau ngapain?" Ucap Ziko cepat sambil mengikuti langkah Istrinya.

" Masak, tadi ada suami mau bunuh bayi dan istrinya." Sindir Zira.

" Siapa yang mau membunuh?" Ucap Ziko belum loading.

" Kamulah, kamu sengaja mau membunuh aku dan bayi kita dengan memberi makanan mentah." Ucap Zira komplen.

" Aih sejak kapan aku mau membunuh, aku cuma mau memenuhi permintaan kamu." Ucap Ziko membela.

" Suamiku tersayang coba kamu pikirkan dengan baik, apa mungkin ibu hamil makan mie instan mentah?" Ucap Zira cepat.

" Mungkin saja." Ucap Ziko tetap pada pendiriannya.

Zira malas berdebat, dia menyalakan kompor dan mulai memasak benda kerting itu.

" Awas kalau kamu minta." Ancam Zira sambil melirik suaminya.

" Enggak, aku tidak selera dengan makanan itu." Ucap Ziko lagi.

Ziko memperhatikan cara istrinya masak. Zira memberikan potongan sawi dan cabe rawit ke dalam rebus mie tersebut.

" Sayang itu sayur apa?" Ucap Ziko penasaran.

" Rumput."

Ziko mengernyitkan dahinya mendengar kata rumput.

" Kenapa kamu memberikan rumput sama anak kita?" Ucap Ziko komplen.

" Ssstt diam, jangan ganggu selera makanku." Ucap Zira sambil meniup sendok yang masih panas.

Setelah dingin Zira menyuapi sendok itu ke dalam mulut suaminya.

" Coba kamu cicip rumput ini." Ucap Zira cepat menyodorkan sendok ke arah suaminya.

" Aku bukan sapi, kamu aja yang makan." Ucap Ziko cepat.

" Ya sudah kalau enggak mau. Aku habiskan semuanya." Ucap Zira menikmati mie rebusanya dengan uap panas yang masih terlihat.

Ziko menelan air liurnya, dia merasa seleranya makannya tergugah, aroma yang di keluarkan dari makanan tersebut sungguh tidak bisa di tolak apalagi uap panas yang masih keluar dari dalam mangkuk itu cukup menarik menurutnya.

" Kenapa? Mau?" Ucap Zira melihat suaminya yang tidak berkedip sedikitpun.

Ziko menganggukkan kepala dengan cepat. Dan menyambar mangkuk tersebut. Dia menikmati sesendok demi sesendok mie instan itu. Sampai tidak terasa makanan itu sudah kosong.

" Aih kenapa di habiskan? Yang lapar aku yang makan kamu." Gerutu Zira cepat.

" Enak sayang, ternyata rumput juga enak di makan dengan mie instan itu. Pantas saja sapi badannya gemuk-gemuk." Ucap Ziko ngelantur.

" Iya tapi kalau besok pagi kamu berbicara aneh awas ya." Ucap Zira wanti-wanti.

" Aneh gimana?"

" Besok pagi jangan kaget, kalau bicaramu sedikit moooow." Ucap Zira mempraktekkan.

" Maksudnya moooow apa?" Ucap Ziko bingung.

" Ya nanti kamu sedikit-sedikit menjulurkan lidah seperti sapi." Ucap Zira mengerjai suaminya.

Ada rasa tidak percaya ketika istrinya berkaitan seperti itu. Tapi entah kenapa ekspresi Zira ketika mengatakan itu cukup meyakinkan, jadi ada sedikit ketakutan ketika membayangkan kalau dirinya sering menjulurkan lidah.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya terimakasih."