Chapter 229 episode 228 (S2)

Didalam ruangannya Ziko menghubungi istrinya.

" Ada apa sayang?" Ucap Zira dari ujung ponselnya.

" Kamu siang ini sibuk enggak?" Ucap Ziko.

" Kenapa?"

" Aku mau mengajak kamu pergi ke pengajian?" Ucap Ziko cepat.

" Pengajian? Tumben kamu insyaf." Ucap Zira santai.

" Manusia di berikan kemampuan untuk memilih, maka pilihan ku adalah menjadi manusia yang lebih baik dari sekarang." Ucap Ziko pelan.

" Hidupmu adalah di tempatku maka jadikan tempat itu taman surga buatku." Ucap Zira lagi.

Setelah mengobrol panjang dengan istrinya, dia mengakhiri panggilannya. Ada suara pintu di ketuk dari luar. Ziko memerintahkan seseorang yang berada di luar untuk masuk. Koko masuk ke dalam ruangan itu dengan tertunduk.

" Ada apa?" Ucap Ziko cepat.

" Saya mau menyerahkan ini?" Ucap Koko memberikan selembar kertas kepada bosnya.

" Apa ini." Ucap Ziko sambil membuka kertas dan membaca isinya. Ziko membelalakkan matanya tidak percaya.

" Apa? Kenapa kamu mau resign?" Ucap Ziko cepat.

Selama Koko berkerja sebagai sekretarisnya tidak pernah terjadi kesalahan sedikitpun. Malah bisa di katakan kalau Koko selevel dengan mantan sekertarisnya yang dulu yang bernama Lia.

Walaupun di awal Koko bersikap gemulai tapi setelah Ziko mengancamnya, Koko langsung menunjukkan perubahan sikap menjadi pria seutuhnya. Tidak ada jari jerami gemulai lagi. Dan pekerjaannya juga sempurna.

" Kenapa kamu mau keluar?" Ucap Ziko penasaran.

" Hemmm saya tidak pantas di sini tuan?" Ucap Koko pelan.

" Tidak pantas bagaimana? Bukannya kamu menginginkan pekerjaan ini kenapa tiba-tiba kamu mengundurkan diri? Apa kamu mendapat pekerjaan di tempat lain?" Ucap Ziko tegas.

" Tidak tuan. Saya belum mendapatkan pekerjaan di tempat lain. Saya hanya ingin keluar saja." Ucap Koko cepat.

" Alasan kamu tidak tepat dan seperti ada sesuatu yang kamu sembunyikan." Ucap Ziko sambil menyobek kertas pengunduran diri Koko.

Koko keluar dengan wajah sendu. Dia mengambil keputusan itu dengan pemikiran yang sangat berat. Dia enggan sebenarnya untuk keluar dari perusahaan itu. Tapi dia sengaja keluar dari perusahaan itu agar dirinya bisa berdekatan dengan Zelin. Jika dia masih berkerja di perusahaan itu, maka tidak ada kesempatan untuknya mendekati Zelin. Masih ingat di benaknya ketika Ziko mengatakan kalau dirinya tidak pantas bersama Zelin. Dan Koko mengambil kesimpulan kata pantas itu antara atasan dan bawahan. Dengan dia resign maka tidak ada lagi bawahan dan atasan yang ada hanya manusia biasa.

Koko keluar dari ruangan Presiden direktur, berpapasan dengan Kevin. Kevin melihat raut muka sendu pria gemulai itu.

" Tuan pengajian sudah 100 persen, tinggal menunggu kehadiran tuan dan nona Zira." Ucap Kevin mengingatkan.

" Sebentar lagi kita meluncur ke sana. Aku harus menyelesaikan pekerjaan ini dulu." Ucap Ziko menunjuk beberapa berkas di atas mejanya.

Kevin merasa agak yang ganjal dengan pria gemulai itu. Dia memberanikan diri untuk bertanya.

" Maaf tuan, sepertinya wajah Koko sedikit sendu ketika keluar dari ruangan ini. Apakah ada sesuatu hal yang terjadi?" Ucap Kevin penasaran.

" Hemmmmm, dia mau resign." Ucap Ziko tidak berpaling dari tumpukan kertas di depannya.

" Kenapa tuan?"

" Alasannya terlalu di buat-buat. Dia bilang kalau dia tidak pantas bekerja di sini. Kenapa tidak bilang di awal saja kalau dia tidak pantas." Gerutu Ziko.

Kevin memikirkan sesuatu. Alasan Koko memang tidak bisa masuk akal. Di mana semua orang berlomba-lomba untuk dapat bekerja di perusahaan itu.

" Seingat saya pada saat dia di terima bekerja di sini, hatinya sangat gembira. Sepertinya ada sesuatu tuan." Ucap Kevin cepat.

" Sepertinya dia takut karena beberapa bulan yang lalu aku ancam." Ucap Ziko cepat.

" Maksud tuan?"

Ziko menceritakan pertemuan dirinya dengan Koko dan ada adiknya di sana. Semua di ceritakannya tanpa ada yang terlewati.

" Sepertinya benar tuan, dia merasa kurang nyaman karena telah mendapatkan ancaman itu." Ucap Kevin sambil manggut-manggut.

" Jadi bagaimana? Apa aku harus memberikan lampu hijau untuk kedekatan mereka berdua?" Ucap Ziko putus asa.

Kevin mengangkat kedua bahunya, dia tidak mau terlibat dalam masalah ini.

" Kalau seandainya dia pria seutuhnya mungkin aku akan memberi restu." Gumam Ziko.

Ziko sudah menyelesaikan semua pekerjaannya. Waktu makan siang tiba. Ziko dan Kevin pergi keluar gedung dan berangkat menjemput Zira.

Didalam mobil.

" Kita mau makan siang dulu ya?" Ucap Zira cepat.

Dua orang pria yang berada di dalam mobil itu tidak menjawab. Mereka tidak ingin memberitahu hal itu kepada Zira.

Mobil menuju sebuah gedung serbaguna. Gedung itu biasanya di gunakan untuk melakukan aktivitas besar seperti pernikahan, atau kegiatan positif lainnya.

" Sayang apa di sini tempat pengajiannya?" Ucap Zira heran. Karena di dalam pikirannya pengajian itu akan di adakan di sebuah rumah atau tempat ibadah. Dan ternyata pengajian itu di adakan di sebuah gedung serbaguna.

" Pasti banyak jamaahnya nih." Ucap Zira antusias.

Mereka memasuki gedung. Sebelum masuk ke dalam gedung mereka di sambut dengan pria-pria berbadan besar. Zira sedikit heran dengan sambutan itu. Dan tidak ada suara lantunan apapun yang di perdengarkan.

Di lantai sudah terbentang karpet besar. Dan di atas ada sebuah panggung kecil, dan ada seorang pria yang sedang memakai baju Koko.

" Sayang jamaahnya cuma kita aja?" Ucap Zira heran karena tidak ada orang selain mereka bertiga dan pak ustadz. Dan puluhan orang-orang Ziko yang berada di luar gedung.

" Enggak sebentar lagi juga datang." Ucap Ziko pelan.

Mereka berjalan ke atas panggung sambil bergandengan tangan. Pak ustadz menyalami yang mempunyai hajatan.

Setelah semuanya duduk di atas panggung kecil. Kevin memberi isyarat sebuah siulan. Lagi - lagi Zira heran dengan tingkah Kevin.

" Bisa enggak jangan bersiul. Seperti tukang parkir aja yang takut kehilangan setoran." Gerutu Zira.

Pintu di buka lebar. Masuklah ratusan orang pria berbadan besar dengan mata tertutup dan tangan terikat kebelakang.

Zira membelalakkan matanya. Yang lain tidak terkejut apalagi Pak Ustadz juga tidak terkejut karena dari awal sudah mendapatkan penjelasan dari Kevin.

" Sayang, ini pengajian apa kontes bodyguard sih?" Gerutu Zira karena badan pria yang masuk sama besar dengan badan orang-orang Raharsya group.

Semua preman itu masuk dan duduk di atas karpet sesuai instruksi dari Kevin.

" Kenapa kami di bawa kesini?" Ucap salah satu preman.

" Sstt diam, kalian tidak berhak bicara." Ucap Kevin tegas.

" Beri penjelasan kepada kami, kenapa kami dibawa kesini dengan mata tertutup?" Ucap preman lain.

" Karena istriku ngidam ingin ketemu dengan preman pasar." Ucap Ziko cepat.

Suasana jadi riuh ketika Ziko berbicara seperti itu. Hampir rata-rata berpikir kalau mereka di culik, dan ingin di musnahkan.

" Sayang kenapa kamu membawa begitu banyak preman sih. Aku cuma perlu satu preman saja." Gerutu Zira berbisik.

Kevin yang mendengar langsung menepuk dahinya dengan keras.

" Kenapa nona tidak menjelaskan kepada kami kalau hanya satu preman bukan seratus preman." Gerutu Ziko.

" Sayang kalau kasih perintah yang jelas dong." Ucap Ziko kesal.

" Ya maaf, aku lupa menyebutkan nama pasarnya." Ucap Zira merapatkan kedua tangannya meminta maaf.

Kevin memperintahkan Pak ustadz untuk mulai ceramah. Dan lagi-lagi preman mulai membuat kebisingan.

" Lepaskan penutup mata kami agar kami bisa melihat siapa kalian semua." Ucap salah satu preman.

" Diam." Ucap Ziko teriak.

" Kalian tidak berhak bicara di sini, kalau kalian masih bicara dan tidak mendengarkan dengan baik, maka selamanya mata dan tangan kalian akan seperti itu." Ucap Ziko tegas.

" Siapa yang bisa menjawab isi ceramah Pak ustadz akan mendapatkan sebuah bingkisan yang berisi sejumlah uang tunai. Tapi ingat uang ini hanya untuk modal wirausaha. Kalau sampai saya melihat uang ini tidak di gunakan pada tempatnya, maka saya akan meminta uang itu kembali. Dan kalian akan saya kirimkan ke satu pulau terpencil." Ancam Ziko.

Semua preman yang tadinya bising mulai terkontrol. Mereka sudah bisa menutup mulutnya rapat-rapat. Kevin memerintahkan Pak Ustadz untuk ceramah. Ceramah Pak ustadz di awali dengan pengucapan salam dan di lanjutkan dengan isi ceramah.

Setelah beberapa menit berlalu Pak ustadz mengajukan pertanyaan. Salah satu preman mengangkat tangannya.

" Ya kamu, apa jawabannya?" Ucap Pak ustadz.

" Aku bukan mau menjawab pertanyaan tapi aku mau ke toilet." Ucap preman itu.

Semua yang berada di situ bising dengan menyebutkan kata hu hu hu, mengejek si preman.

Kevin memerintahkan anak buahnya untuk menemani si preman ke toilet. Zira mengingat wajah si preman.

" Tunggu, dia preman itu. Ya aku masih ingat pulau (botak) di tengah kepalanya." Teriak Zira kencang.

Ziko memerintahkan anak buahnya untuk mengajak preman itu naik ke atas panggung. Si preman dengan keadaan tertutup bingung apakah dia sudah sampai di toilet apa belum.

" Halo penjaga, aku mau buang air kecil. Apa kita sudah sampai di toilet?" Ucap preman itu. Semua yang berada di situ tertawa terbahak bahak melihat tontonan itu.

Zira membisikan sesuatu ketelinga suaminya.

" Apa! Aku? Enggak, yang ngidamkan kamu? kenapa harus aku yang menjitak kepalanya." Ucap Ziko kencang.

Preman yang berada di karpet dan di panggung mulai ketar ketir. Apalagi di sebutkan Ziko tentang kata ngidam. Mereka sudah bisa memikirkan kalau kepala mereka akan kena jitak.

Setelah melakukan perdebatan dengan istrinya akhirnya Ziko mau melakukannya. Dia tidak menjitak tapi hanya mengelus kepala preman tersebut.

Zira bertepuk tangan riuh dan gembira. Ziko dan Kevin bingung dengan kegembiraan Zira. Apalagi si preman dia malah lebih bingung karena kepalanya mendapatkan sentuhan lembut dari seseorang yang dia tau pasti wanita yang ngidam.

" Apa yang aku lakukan benar?" Ucap Ziko heran.

Zira menganggukkan kepalanya cepat sambil tertawa senang.

" Bukannya kamu bilang menjitak kepala preman yang pernah mengganggu kamu?" Ucap Ziko bingung.

" Hahaha, bukan sayang aku hanya sedang memberikan tes kepadamu. Dan ternyata kamu lulus. Aku tidak punya dendam dengan preman ini. Aku hanya ingin melihat seberapa siap kamu mengabulkan permintaanku. Dan seberapa kejam kamu dengan preman yang pernah menyakiti aku dulu. Dan ternyata kamu tidak melakukan kekerasan sama sekali." Ucap Zira bangga dengan suaminya

Kevin menjatuhkan badannya ke atas karpet yang berada di atas panggung. Dia merasa ikut dikerjai oleh istri majikannya. Sudah di persiapkan dengan matang dan sempurna, ternyata hanya tes belaka.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya terimakasih."